Seorang pria datang menemui Yunus ibn Ubaid. Ia
mengeluh di depannya.
“Hidupku susah sekali…,”ujarnya. “Entah aku harus
berbuat apa. Hidupku benar-benar susah. Dunia ini begitu sempit untukku. Ah,
aku tak tahu harus berbuat apa… Duhai, mengapa ini semua terjadi padaku…,”
begitulah ia seperti tidak akan berhenti menyampaikan semua keluhannya.
“Maafkan aku, saudaraku… Bolehkah aku bertanya
padamu??” ujarnya.
“Silahkan, Tuan…”
“Bagaimana jika kedua matamu diganti dengan 1000
dinar? Maukah engkau??” Tanya Yunus ibn Ubaid.
“Apa?? Tidak mungkin, Tuan. Bagaimana mungkin aku
mengganti kedua mataku hanya dengan 1000 dinar???!”
“Bagaimana dengan kedua telingamu??”
“Ah, mustahil, Tuan. Bagaiamna aku akan mendengar
nanti??”
“Kalau begitu, lidahmu sajalah…”
“Tidak, Tuan. Apakah Anda ingin saya jadi bisu hanya
karena 1000 dinar??!”
Begitulah Yunus ibn Ubaid terus mencecarnya dengan
pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Hingga akhirnya, Yunus ibn Ubaid mengatakan,
“Lihatlah, saudaraku. Kulihat betapa banyaknya nikmat Allah padamu. Lalu
mengapa engkau harus mengeluh hingga seolah-olah tidak lagi ada harapan untuk
hidup??”
Pria itu tersipu. Lalu pamit meninggalkan Yunus ibn
Ubaid.