Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Minggu, 25 Desember 2011

Umat Islam Dan Permasalahannya

Sampai saat ini masih ada public image bahwa Islamic learning identik dengan kejumudan, kemandegan serta kemunduran. Kesan ini didasarkan pada kenyataan bahwa dewasa ini mayoritas umat Islam hidup di negara-negara dunia ketiga dalam serba keterbelakangan ekonomi dan pendidikan. Lebih tragis lagi adalah berkembangnya cara berfikir serba dikotomis dan hitam putih sebagian besar umat Islam seperti Islam vis-a-vis non-Islam, Timur-Barat, dan ilmu-ilmu agama versus secular sciences.



Pola berfikir semacam ini biasanya sangat dipengaruhi oleh anggapan bahwa sains dan tehnologi tinggi yang merupakan lambang kemajuan budaya dan peradaban bangsa dewasa ini tumbuh dan berkembang di dunia Barat yang notabene negera non-Muslim. Akibat pemahaman semacan ini, penjajahan Barat atas Timur semakin menguat. Dominasi Barat dalam pelbagai hal seperti sains dan tehnologi moderen, informasi, ekonomi dan kultur makin menyisihkan umat Islam yang berada dalam kedalaman inferior complex. Umat Islam tidak hanya didikte oleh hegemoni Barat, tapi lebih parah lagi mereka kehilangan jati diri dan penghargaan diri ( self-identity and self-esteem), sebagai akibat dari kemunduran ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan yang berkepanjangan. Konsekuensi logis dari situasi ini adalah proses marginalisasi umat Islam semakin menjadi-jadi (the marginalization of Islamic world continues).

Lahirnya ide yang masih diperdebatkan tentang Islamisasi pengetahuan yang pada awalnya  dilancarkan oleh al-Marhum Professor Ismail Faruqi (Temple University AS) sejak tahun l970-an, pada dasarnya dimotivasi oleh kenyataan kemunduran ini dan kerinduan akan revitalisasi potensi umat Islam sebagaimana yang terjadi di masa silam. Konkritnya krisis tersebut disebabkan oleh:

Selasa, 15 November 2011

Mimpi Buruk

Bantal gulingku jatuh dilantai terkena tendangan kakiku. Akupun terbangun. Ketika aku tersadar aku baru tahu bahwa aku bermimpi dalam tidurku. Aku tidak ingat bagaimana mimpi itu, hanya satu yang kuingat bahwa mimpiku semalam mengerikan. Aku bermimpi buruk. Akupun terbangun dengan kepala berat. Baru kali ini aku bermimpi tentang peristiwa interogasi itu. aku teringat saat aku dituduh pencuri oleh staff bagian keamanan di Pondok Gontor. Aku tidak tahu pasti apa yang menyebabkan mimpi itu datang dalam tidurku. Seingatku aku sudah berdoa sebelum tidur, tetapi mengapa peristiwa itu hadir dalam mimpiku? Akupun duduk dan diam sejenak. Aku selalu membutuhkan waktu itu untuk berdoa dan menenangkan pikiranku. Aku tak pernah bermimpi seperti ini sebelumnya. Selama ini tidurku baik-baik saja. Tidurku selalu lelap dan aku tak pernah bermimpi yang bukan-bukan.


Namun mengapa akhir-akhir ini aku jadi sering dikunjungi oleh mimpi buruk? Seminggu yang lalu aku bermimpi melihat orang menangis, lalu mendengar seseorang meminta pertolongan, Bahkan mimpi burukku yang pertama adalah mimpi yang paling mengerikan. Dalam mimpi itu aku melihat rohku berjalan-jalan sementara jasadku diam saja. Aku menjerit, ada apa ini? Mengapa rohku bisa berjalan dan melayang tanpa mengajak jasadku serta? Bisa saja aku menganggap ini adalah mimpi biasa, sebagai bunga tidur. Namun mengapa setelah mimpi rohku berjalan dan melayang tersebut, beberapa hari berikutnya samapi sekarang aku selalu dikunjungi mimpi yang tidak aku harapkan?

Selasa, 25 Oktober 2011

Ketika Seorang Wanita Enggan Di Dapur

Selain harus cerdas, Muslimah juga mesti lihai dalam urusan kerumahtanggaan. Seperti Fathimah Radhiyallahu ‘anha (RA), sosok yang cerdas dan jago masak.

Sebut saja namanya Fulanah. Sudah beberapa tahun terakhir gadis yang telah duduk di bangku madrasah aliyah ini sibuk menjalani studi di sebuah pondok pesantren terkenal di Pulau Jawa. Di pesantrennya yang luas itu, Fulanah hidup nyaman. Dia hanya dituntut belajar dan belajar. Tidak perlu pusing memikirkan bagaimana mau makan. Juga tak merasa risau repotnya mencuci pakaian. Wajar saja, orangtuanya memang sudah mengeluarkan anggaran jutaan untuk itu semua.

Agaknya, tradisi di pesantren yang serba tersedia membuat Fulanah secara perlahan-lahan tak nyaman berurusan dengan dapur. Pasalnya, ia sudah terbiasa dibelenggu pada suatu kondisi yang serba instan dan semua langsung tersedia.

Sehingga tak mengherankan ketika sudah berada di rumah, di mana aturan pesantren dianggap tak berlaku lagi, ia lebih enjoy berlama-lama dengan teknologi seperti internet, Facebook, atau BlackBerry-nya ketimbang memasak atau mencuci. Kondisi ini kian diperparah dengan sikap orangtuanya yang kerap memanjakan, serta tidak pernah menyuruh cuci piring atau membantu memasak.

Tentu kondisi ini sebenarnya tidak sehat bagi Fulanah pada kehidupan berikutnya. Situasi di pesantren dan sikap orangtuanya tersebut sedikit banyak akan merugikan dia.

Kebiasaan di pesantren yang berlangsung terus menerus tanpa kendali ini, efeknya bisa jadi akan membuat peserta didik memiliki tradisi pola pikir instanitas (serba tersedia), yaitu tanpa perlu usaha keras, semua sudah tersedia.

Tentu ini dapat menjegal kreativitas dan potensi sang anak, serta membuat malas. Pengaruhnya di masa mendatang pun tak bisa disepelekan. Dalam jangka pendek ini mungkin belum nampak dan tak terasa, tapi yang harus disadari yaitu pengaruhnya lebih kepada mentalitas dan kepribadian.

Bisa jadi salah satunya, akibat dari kebiasaan itu, ketika sudah menikah, atau setidaknya setelah beranjak usia dewasa, si Fulanah belum juga cakap memasak dan tak pintar menyetrika. Dan nyatanya kondisi seperti ini lazim kita temukan di zaman ini.

Rabu, 12 Oktober 2011

Perempuan, Antara Eksploitasi Dan Prestasi

"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang khusu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatanya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar". (QS. Al-Azhab. 35)

Seorang ibu yang baru saja melahirkan tampak sedikit kecewa dengan kabar yang baru saja ia diterima dari seorang suster yang membantu persalinannya. Suster mengatakan bahwa anaknya yang keempat ini ternyata perempuan lagi.

"Perempuan?" kening si ibu mengkerut.
"Coba dicek lagi suster, mungkin suster salah lihat, sebab hasil USG beberapa bulan lalu, terlihat dalam kandungan saya, anak saya laki-laki!" desak si ibu yang masih tampak lemah.

"Benar Bu, anak Ibu perempuan, tidak mungkin salah apa lagi tertukar, karena hanya Ibu saja yang melahirkan hari ini di sini. Sama saja antara laki-laki dan perempuan Bu. Yang penting bagaimana Ibu mendidiknya kelak menjadi anak yang sholeh. Di mata Allah, laki-laki dan perempuan memiliki derajat yang sama." papar suster dengan bijaksana. Namun sang ibu masih tampak kecewa, hal itu terlihat jelas dari raut wajahnya.

Rabu, 21 September 2011

Yahudi Dan Nasrani Dalam Perspektif Aqidah Islam

Hari-hari ini ummat Islam mendapatkan serangan dari berbagai penjuru, bukan saja serangan ekonomi, moral dan badai fitnah bom terorisme, tetapi juga serbuan pemikiran yang membawa kepada pemurtadan.

Salah satu di antara pemikiran itu adalah inklusivisme teologi, liberalisme atau pluralisme yang memandang bahwa semua agama adalah sama, atau sama-sama memiliki nilai-nilai kebenaran, khususnya terhadap agama-agama yang dikenal sebagai agama samawi yang mempunyai sumber asal kitab suci, yaitu Yahudi dan Nashrani.

Tulisan singkat ini, ditulis untuk menegaskan kembali padangan aqidah Islam terhadap Yahudi dan Nashrani yang tidak wajar orang Islam tidak tahu, dalam rangka membentengi ummat Islam dari serbuan pemurtadan yang kini tengah menjadi-jadi. “Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.

Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah: 217).

“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). (An-Nisa’: 89).

Selasa, 16 Agustus 2011

Waktu Mu Ayah

Seorang pria pulang kantor terlambat, dalam keadaan lelah dan penat, saat menemukan anak lelakinya yang berumur 5 tahun menyambutnya di depan pintu.

“Ayah, boleh aku tanyakan satu hal?”
“Tentu, ada apa?”
“Ayah, berapa rupiah ayah peroleh tiap jamnya?”
“Itu bukan urusanmu. Mengapa kau tanyakan soal itu?” kata si lelaki dengan marah.
“Saya cuma mau tahu. Tolong beritahu saya, berapa rupiah ayah peroleh dalam satu jam?” si kecil memohon.


“Baiklah, kalau kau tetap ingin mengetahuinya. Ayah mendapatkan Rp 20 ribu tiap jamnya.”

“Oh,” sahut si kecil, dengan kepala menunduk. Tak lama kemudian ia mendongakkan kepala, dan berkata pada ayahnya, “Yah, boleh aku pinjam uang Rp 10 ribu?”

Si ayah tambah marah, “Kalau kamu tanya-tanya soal itu hanya supaya dapat meminjam uang dari ayah agar dapat jajan sembarangan atau membeli mainan, pergi sana ke kamarmu, dan tidur. Sungguh keterlaluan. Ayah bekerja begitu keras berjam-jam setiap hari, ayah tak punya waktu untuk perengek begitu.”

Senin, 15 Agustus 2011

Fadhilah Mempelajari Hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

Hadits adalah salah satu sumber hukum syariat Islam dan merupakan salah satu wahyu dari Allah
swt :

) ÙˆَÙ…َا ÙŠَÙ†ْØ·ِÙ‚ُ عَÙ†ِ الْـهَÙˆَÙ‰  Ø¥ِÙ†ْ Ù‡ُÙˆَ Ø¥ِلاَّ ÙˆَØ­ْÙ‰ٌ ÙŠُّÙˆْØ­َÙ‰   ( ( النجم : 3-4 )

Artinya : “Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”  (An Najm : 3-4)


Sabda Rasulullah saw :

((  ألا إنى  أوتيت  القرآن Ùˆ مثلـه معه    ))

“Ketahuilah sesungguhnya telah diturunkan kepadaku Al Qur’an dan yang semisal dengannya (As Sunnah)” (HSR. Abu Dawud, Tirmidzy, Ahmad dan Hakim)

Karena dia merupakan salah satu sumber hukum maka wajib atas kita untuk mempelajarinya dan berpegang teguh padanya.

Beberapa fadhilah/ keutamaan mempelajari hadits :

Selasa, 19 Juli 2011

Rumah-Rumah Di Surga

Dari Abu Umamah al-Bahily radhiallaahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda: "aku adalah penjamin/penanggung jawab rumah di surga yang paling rendah terhadap orang yang meninggalkan perdebatan meskipun dia berada dalam kebenaran, (juga penjamin/penanggung jawab) rumah di surga yang (berada) ditengah-tengah terhadap orang yang meninggalkan dusta meskipun sekedar bercanda, (juga penjamin/penanggung jawab) rumah di surga yang paling tinggi terhadap orang yang baik akhlaknya". [Diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad hasan].

Sekilas tentang Periwayat Hadits
 
Dia adalah shahabat yang agung, Abu Umamah al-Bahily, Shuday bin 'Ajlan al-Bahily, seorang shahabat Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam. Beliau meriwayatkanilmu yang banyak. Wafat pada tahun 81 H atau 86 H, semoga Allah meridhainya. 

Faedah-Faedah Hadits Dan Hukum-Hukum Terkait
 
·     Seorang Da'i yang sukses dan pendidik yang Naashih (suka memberi nasehat) adalah orang yang memaparkan faedah-faedah, adab dan akhlak dengan cara yang simpatik dan menarik sehingga audiens menyambutnya dengan bersemangat dan penuh kerinduan, lalu menerimanya secara penuh. Demikian pula-lah yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam dalam hadits diatas dimana beliau menyebutkan beberapa jaminan bagi orang-orang yang memiliki spesifikasi tersebut.

·      Surga merupakan sesuatu yang paling dicari-cari oleh para pencarinya dan yang paling mahal untuk dipersaingkan oleh orang-orang yang bersaing memperebutkannya; maka beruntunglah orang yang berupaya untuk meraihnya lalu memenangkannya dan berbahagialah orang yang berusaha demi untuk mendapatkannya. Harganya memang mahal namun mudah dan murah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah. Dalam hal ini, Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam memberikan jaminan bagi orang yang melakukan perbuatan-perbuatan mulia tersebut.

Selasa, 14 Juni 2011

Berawal Dari Mengemis

Pada Tahun 2001, disebuah toko besar yang berada di sebuah komplek perkantoran, pada sore hari ketika banyak orang pulang kerja. Ada satu orang pengusaha menaiki mobil BMW serta terlihat seda
ng terburu - buru.

Dia turun dan menuju ATM terdekat untuk mengambil sejumlah uang. Yang pasti uangnya dalam jumlah BESAR. Di depan ATM itu ada seorang yang sedang duduk - duduk dilantai. Pakaiannya kumuh, belubang dan seperti tidak pernah dicuci. Sorot matanya menunjukkan seseorang yang tidak mempunyai harapan. Didepannya ada sebuah gelas berisi uang. Jika anda sedang berpikir dia adalah seorang pengemis. Anda 100% benar.

Tapi si pengusaha dengan cueknya melangkah melewati si pengemis dan masuk kedalam ruang ATM. Ternyata di dalam pengusaha itu tidak ingin mengambil uang, dia hanya sekedar ingin mentransfer uang. Yang pasti transfernya dalam jumlah BESAR.

Ketika dia hendak keluar, entah kenapa si pengusaha menjadi iba kepada pengemis tersebut, dia mengambil dompet dari sakunya setelah melihat dari pojok kiri, pojok kanan sisi dompet, dia akhirnya berhasil menemukan uang dengan nominal paling kecil. Seribu Rupiah dia berikan kepada si pengemis.

Tarian Dan Seni Tubuh

Islam tidak dapat menerima apa yang disebut pekerjaan tarian hot dan semua pekerjaan yang dapat menimbulkan ghairah, seperti nyanyian-nyanyian porno dan sandiwara kosong. Semua permainan macam ini, sekalipun oleh sementara orang dianggap seni atau dikatakan kemajuan dan sebagainya dari nama-nama yang cukup menyesatkan orang.

Islam mengharamkan semua macam hubungan lain jenis di luar perkawinan. Begitu juga setiap omongan atau pekerjaan yang dapat membuka pintu yang ada hubungannya dengan perbuatan haram. Inilah rahasia dilarangnya zina oleh al-Quran, iaitu dengan ungkapan yang ampuh sekali:

“Jangan kamu mendekati zina, kerana sesungguhnya dia itu kotor dan cara yang tidak baik.” (al-Isra': 32)

Islam tidak cukup melarang jangan berzina, tetapi dilarang mendekatinya.
Semua yang kami sebutkan di atas dan apa yang dikenal oleh orang ramai sebagai perbuatan yang dapat membangkitkan syahwat, adalah termasuk kalimat fahisyah (kotor). 
Bahkan dapat menggerakkan dan mendorong orang untuk berbuat kotor. Alangkah jeleknya usaha mereka itu.

Rabu, 11 Mei 2011

Hikmah Poligami

Islam adalah hukum Allah yang terakhir yang dibawa oleh Nabi yang terakhir pula. Oleh kerana itu layak kalau ia datang dengan membawa undang-undang yang komplit, abadi dan universal. Berlaku untuk semua daerah, semua masa dan semua manusia.
Islam tidak membuat hukum yang hanya berlaku untuk orang kota dan melupakan orang desa, untuk daerah dingin dan melupakan daerah panas, untuk satu masa tertentu dan melupakan masa-masa lainnya serta generasi mendatang.

Islam telah menentukan keperluan perorangan dan masyarakat, dan menentukan ukuran kepentingan dan kemaslahatan manusia seluruhnya. Di antara manusia ada yang ingin mendapat keturunan tetapi sayang isterinya mandul atau sakit sehingga tidak mempunyai anak. Bukankah suatu kehormatan bagi si isteri dan keutamaan bagi si suami kalau dia kahwin lagi dengan seorang wanita tanpa mencerai isteri pertama dengan memenuhi hak-haknya?
Sementara ada juga laki-laki yang mempunyai nafsu seks yang luarbiasa, tetapi isterinya hanya dingin saja atau sakit, atau masa haidhnya itu terlalu panjang dan sebagainya, sedang si laki-laki tidak dapat menahan nafsunya lebih banyak seperti orang perempuan. Apakah dalam situasi seperti itu si laki-laki tersebut tidak boleh kahwin dengan perempuan lain yang halal sebagai tempat mencari kawan tidur?

Dan ada kalanya jumlah wanita lebih banyak daripada jumlah laki-laki, lebih-lebih kerana akibat dari peperangan yang hanya diikuti oleh laki-laki dan pemuda-pemuda. Maka di sini poligami merupakan suatu kemaslahatan buat masyarakat dan perempuan itu sendiri, sehingga dengan demikian mereka akan merupakan manusia yang bergharizah yang tidak hidup sepanjang umur berdiam di rumah, tidak kahwin dan tidak dapat melaksanakan hidup berumahtangga yang di dalamnya terdapat suatu ketenteraman, kecintaan, perlindungan, nikmatnya sebagai ibu dan keibuan sesuai pula dengan panggilan fitrah.

Selasa, 12 April 2011

Doa Terakhir Seorang Preman

Di sebuah kota besar yang padat penduduk, hiduplah seorang preman yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan jahat dan keji. Loreng, begitu orang mengenalinya. Konon pria ini sudah sering keluar masuk penjara. Tubuhnya dempal dan berkulit hitam. Rambut keriting, agak gondrong dengan beberapa bekas luka mengerikan ada di wajah dan lengannya.

Ia sering memalak orang-orang yang dianggapnya lemah. Sehari ia bisa dapat Rp 200 ribu dan bila ia sedang merampok namun tak terciduk polisi, Loreng bisa memegang hingga dua juta di saku rompi kulitnya yang bau rokok. Ia akan tertawa girang setengah serak dengan komplotannya. Namun bila ia terciduk oleh polisi, maka ia harus bertahan di dalam penjara. Syukur bila ia disegani oleh penghuni selnya, namun bila ia menemukan lawan lebih kuat, kadang Loreng bisa babak belur di sana. Baru sebulan lalu Loreng bebas dari penjara, setelah untuk keenam kalinya ia masuk dalam bui.

Meski begitu, Loreng tidak kapok. Rokok masih menjadi kembang gulanya, bir masih menjadi air putihnya. Hidupnya masih bergantung pada jati dirinya sebagai preman. Kadang ia ingin insyaf dan menjadi tukang ojek atau buruh. Namun keinginan itu jatuh bangun hingga jatuh dan belum pernah bangun lagi. Dunia hitam masih begitu menggoda baginya.

Gara-Gara Kesiangan

Dunia serasa akan runtuh … (ehemm...). Mungkin kalau pernah mengalaminya tentu akan terasa lucu untuk dipikirkan saat sedang senggang. Bagaimana begitu menjadi sibuknya kita saat itu. Semua berjalan jauh dari rencana. Apa yang kita lakukan sepertinya salah semua. Belum lagi suasana yang terbangun menjadi tegang, akibat kita tidak dalam kondisi tenang. Kita menyalahkan angkot yang jalannya terasa seperti keong, mengumpat-umpat Jakarta yang begitu macet. Termasuk ngomelin pengendara-pengendara yang tidak disiplin, dan seabrek kata "menyalahkan" keadaan yang sebenarnya keadaan itu sendiri tidak bersalah.

Terlambat datang ke kantor, tugas sudah menumpuk, harus menghubungi bapak Anu, konfirmasi ke ibu itu, boro-boro mikirin perut, ingat untuk minum segelas airpun sudah alhamdulillah. Harus mengawasi ini, membuat laporan itu dan entah ada saja yang harus dilakukan. Belum lagi ibadah rutin yang menjadi biasa sedikit terganggu. Saat makan siang menjadi sesuatu yang dinanti. Bisa bernafas lega saat sudah duduk di bus yang membawa saya pulang. Ups... membawa saya ke Kampus, saya masih ada kuliah. Teringat akan tugas dosen yang belum di print. Ah, saya memilih untuk tidak ambil pusing. Saat itu saya hanya butuh untuk bersandar dan tertidur, nanti jika sudah sampai di Kampus tinggal telepon ke kantor (berharap masih ada yang dikantor) untuk mengirimkan file yang saya butuhkan ke e-mail saya saat itu juga hingga saya bisa menge-print-nya.

Tunggu... saya kelewatan hingga sampai terminal, karena saking lelah dan nyenyaknya tertidur. Lagi-lagi saya seperti dikejar waktu. Belum sholat maghrib membuat saya semakin deg-degan. Telat masuk kelas. Hanya mendapat menit-menit terakhir disesi pertama. Mending kalau tidak ada kelas gabungan, nyatanya tidak. Jadilah saya intermezo yang sukses dilihat teman-teman satu kelas yang isinya lebih dari empat puluh orang. Sedih…
Saya menghempaskan nafas dalam-dalam. Jika teringat hal itu. Ternyata banyak hal yang selama ini menjadi berarti saat saya sering menganggap itu sepele. Tapi minimal saya masih merasakan teguran Allah kepada saya agar saya lebih menghargai waktu. Nggak buruk-buruk amat kok kalau dicermati. Menjadi salah satu kisah yang unik dan menjadi penghias sejarah perjalanan hidup saya.

Selasa, 05 April 2011

Abu Nawas Berdoa Minta Jodoh

Ada saja cara Abu Nawas berdoa agar dirinya mendapatkan jodoh dan menikah. Karena kecerdasan dan semangat dalam dirinya, akhirnya Abu Nawas mendapatkan istri yang cantik dan shalihah.

Sehebat apapun kecerdasan Abu Nawas, ia tetaplah manusia biasa. Kala masih bujangan, seperti pemuda lainnya, ia juga ingin segera mendapatkan jodoh lalu menikah dan memiliki sebuah keluarga.

Pada suatu ketika ia sangat tergila-gila pada seorang wanita. Wanita itu sungguh cantik, pintar serta termasuk wanita yang ahli ibadah. Abu Nawas berkeinginan untuk memperistri wanita salihah itu. Karena cintanya begitu membara, ia pun berdoa dengan khusyuk kepada Allah SWT.

"Ya Allah, jika memang gadis itu baik untuk saya, dekatkanlah kepadaku. Tetapi jika memang menurutmu ia tidak baik buatku, tolong Ya Allah, sekali lagi tolong pertimbangkan lagi ya Allah," ucap doanya dengan menyebut nama gadis itu dan terkesan memaksa kehendak Allah.

Abu Nawas melakukan doa itu setiap selesai shalat lima waktu. Selama berbulan-bulan ia menunggu tanda-tanda dikabulkan doanya. Berjalan lebih 3 bulan, Abu Nawas merasa doanya tak dikabulkan Allah. Ia pun introspeksi diri.

"Mungkin Allah tak mengabulkan doaku karena aku kurang pasrah atas pilihan jodohku," katanya dalam hati.

Kemudian Abu Nawas pun bermunajat lagi. Tapi kali ini ganti strategi, doa itu tidak diembel-embeli spesifik pakai nama si gadis, apalagi berani "maksa" kepada Allah seperti doa sebelumnya.

"Ya Allah berikanlah istri yang terbaik untukku," begitu bunyi doanya.

Berbulan-bulan ia terus memohon kepada Allah, namun Allah tak juga mendekatkan Abu Nawas dengan gadis pujaannya. Bahkan Allah juga tidak mempertemukan Abu Nawas dengan wanita yang mau diperistri. Lama-lama ia mulai khawatir juga. Takut menjadi bujangan tua yang lapuk dimakan usia. Ia pun memutar otak lagi bagaimana caranya berdoa dan bisa cepat terkabul.

Selasa, 22 Maret 2011

Laki-Laki Menyerupai Perempuan Dan Perempuan Menyerupai Laki-Laki

Rasulullah s.a.w. pernah mengumumkan, bahawa perempuan dilarang memakai pakaian laki-laki dan laki-laki dilarang memakai pakaian perempuan. Disamping itu beliau melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki. Termasuk diantaranya, ialah tentang perkataannya, geraknya, cara berjalannya, pakaiannya, dan sebagainya.

Sejahat-jahat bencana yang akan mengancam kehidupan manusia dan masyarakat, ialah kerana sikap yang abnormal dan menentang tabiat. Sedang tabiat ada dua: tabiat laki-laki dan tabiat perempuan. Masing-masing mempunyai keistimewaan tersendiri. Maka jika ada laki-laki yang berlagak seperti perempuan dan perempuan bergaya seperti laki-laki, maka ini berarti suatu sikap yang tidak normal dan meluncur ke bawah.

Rasulullah s.a.w. pernah menghitung orang-orang yang dilaknat di dunia ini dan disambutnya juga oleh Malaikat, diantaranya ialah laki-laki yang memang oleh Allah dijadikan betul-betul laki-laki, tetapi dia menjadikan dirinya sebagai perempuan dan menyerupai perempuan; dan yang kedua, yaitu perempuan yang memang dicipta oleh Allah sebagai perempuan betul-betul, tetapi kemudian dia menjadikan dirinya sebagai laki-laki dan menyerupai orang laki-laki (Hadis Riwayat Thabarani). Justru itu pula-lah, maka Rasulullah s.a.w. melarang laki-laki memakai pakaian yang di celup dengan 'ashfar (zat warna berwarna kuning yang biasa dipakai untuk mencelup pakaian-pakaian wanita di zaman itu).

Senin, 21 Maret 2011

Maksiat Penduduk Negeri

Taqwa adalah bekal seorang hamba ketika ia menghadap kepada Sang Pencipta, bekal yang kelak menjadi hujah baginya di hadapan Tuhannya, bahwa kehidupannya dialam dunia telah dipergunakan sebaik-baiknya. Untuk itulah wahai kaum Muslimin sekalian, marilah kita perbaiki dan satukan niat serta tekad, untuk meraih predikat golongan mahluk Allah yang muttaqin yang selalu meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah dan RasulNya, untuk dapat mengambil apa-apa yang telah dijanjikan, berupa kehidupan yang baik di dunia dan Surga yang abadi kelak di akhirat.

“Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa”. (Al-baqarah: 197).

“Sesungguhnya orang-orang bertaqwa itu berada dalam Surga (taman-taman) dan (didekat) mata air-mata air yang mengalir”. (Al-Hijr: 45).

Allah ciptakan mahluk dan Allah sertakan bersama mereka nabi-nabi dan rasul-rasul sebagai utusan yang menerangkan dan menjelaskan konsep tatanan hidup selama berada di alam yang serba cepat dan fana ini, Allah turunkan pula kitab-kitab-Nyabersama para utusan-utusan itu, sebagai aturan main di dalam dunia, baik hubungan sesama mahluk, lebih-lebih hubungan mahluk dengan penciptanya. Di antara kitab-kitab yang Allah turunkan ialah Al-Qur'an, mu’jizat nabi mulia yang menjelaskan tuntunan Allah, aturan terakhir penutup para nabi dan rasul.

“Sesungguhnya kami telah pengutusmu (muhammad) dengan kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan”. (Al-Baqarah: 119).
Allah turunkan Al-Qur’an untuk menyelesaikan masalah-masalah di antara mereka dan juga untuk mengingatkan mereka akan yaumul mii’aad yaitu hari pembalasan terhadap apa-apa yang telah dilakukan oleh para penghuni alam dunia.

Senin, 14 Februari 2011

Ta'addud (Poligami) : Merelakan Giliran Kepada Madu

Islam telah mensyari’atkan Ta’addud (polygami) sebagai salah satu pemecahan bagi problematika rumah tangga, khususnya manakala sebuah rumah tangga sudah diambang kehancuran.

Bila sebuah rumah tangga sudah tidak lagi harmonis dan hubungan suami-isteri selalu diwarnai oleh pertengkaran bahkan pengkhianatan (baca: perselingkuhan), maka kehancurannya hanya tinggal menunggu waktu. Secara logika, dalam kondisi yang sudah sampai ke taraf demikian itu, sangat sulit untuk memulihkan kembali hubungan tersebut seperti semula dan kalaupun bisa, maka akan membutuhkan waktu yang tidak singkat. Maka, jalan satu-satunya – bila masih menghendaki tetap utuhnya rumah tangga dan tidak menghendaki kehancuran itu – adalah dengan cara berdamai dan mengalah tetapi halal.

Dalam hal ini, kita mendapatkan keteladanan dari salah seorang Ummul Mukminin, yaitu Saudah binti Zam’ah.

Dia memiliki sikap yang perlu di tiru oleh setiap wanita shalihah, sikap yang menampilkan sosok seorang isteri shalihah, seorang Ummul Mukminin yang menyadari bahwa dirinya harus menjadi suriteladan yang baik bagi kaum Mukminat di dalam mempertahankan keutuhan sebuah rumah tangga.

Singkatnya, bahwa Rasulullah sebagai manusia biasa memiliki perasaan suka dan tidak suka secara alami. adalah Saudah wanita pertama yang dinikahinya setelah wafatnya, Khadijah. Dia seorang janda dan sudah berusia, namun karena ketabahan dan keimanannya-lah, beliau Shallallâhu 'alaihi wa sallam kemudian menikahinya dan memuliakannya sebagai Ummul Mukminin.

Setelah beberapa lama berumah tangga, dan Rasulullah juga setelah itu sudah memiliki isteri-isteri yang lain, tampak ada perubahan sikap dari diri beliau terhadapnya seakan-akan sudah tidak menginginkan serumah lagi dengannya alias ingin menceraikannya. Sikap ini ditangkap dengan baik oleh Saudah dan gelagat yang tidak menguntungkan dirinya ini dia manfa’atkan momennya, yaitu dengan suka rela dia mau berdamai dan mengalah, demi keutuhan rumah tangga dan mempertahankan martabatnya yang telah dimuliakan sebagai Ummul Mukminin. Artinya, dia dengan rela dan ikhlash memberikan jatah gilirnya kepada isteri Rasulullah yang lain, yaitu ‘Aisyah radliyallâhu 'anha.

Selasa, 18 Januari 2011

Niat Taubat Menukar Arak Menjadi Madu

Pada suatu hari, Omar Al-Khatab sedang bersiar-siar di lorong-lorong dalam kota Madinah. Di hujung simpang jalan beliau terserempak dengan pemuda yang membawa kendi. Pemuda itu menyembunyikan kendi itu di dalam kain sarung yang diselimutkan di belakangnya. Timbul syak di hati Omar AL-Khatab apabila terlihat keadaan itu, lantas bertanya, "Apa yang engkau bawa itu?" Kerana panik sebab takut dimarahi Omar yang terkenal dengan ketegasan, pemuda itu menjawab dengan terketar-ketar yaitu benda yang dibawanya ialah madu. Padahal benda itu ialah khamar.

Dalam keadaannya yang bercakap bohong itu pemuda tadi sebenarnya ingin berhenti dari terus minum arak.

Dia sesungguhnya telah menyesal dan insaf untuk melakukan perbuatan yang ditegah oleh agama itu. Dalam penyesalan itu dia berdoa kepada Tuhan supaya Omar Al-Khatab tidak sampai memeriksa isi kendinya yang ditegah oleh agama itu.

Pemuda itu masih menunggu sebarang kata-kata Khalifah, "Kendi ini berisikan madu."

Kerana tidak percaya, Khalifah Omar ingin melihat sendiri isi kendi itu. Rupanya doa pemuda itu telah dimakbulkan oleh Allah s.w.t. seketika itu juga telah menukarkan isi kendi itu kepada madu.

Begitu dia berniat untuk bertaubat, dan Tuhan memberikan hidayah, sehingga niatnya yang ikhlas, ia terhindar dari pergolakan Khalifah Omar Al-Khatab, yang mungkin membahayakan pada dirinya sendiri kalau kendi itu masih berisi khamar.

Allah Taala berfirman:, "Seteguk khamar diminum maka tidak diterima Allah amal fardhu dan sunatnya selama tiga hari. Dan sesiapa yang minum khamar segelas, maka Allah Taala tidak menerima sholatnya selama empat puluh hari. Dan orang yang tetap minum khamar, maka selayaknya Allah memberinya dari 'Nahrul Khabal'.

Sabtu, 01 Januari 2011

Makna Tahun Baru

Tahun baru, dimana kita akan hidup didalam suasana dan alam baru yang tidak hanya berdimensi materialistik, tapi juga mengandung arti perubahan tingkah laku secara keseluruhan seperti pengetahuan, wawasan, sikap, kebiasaan, dan lain sebagainya.

Hingga saat ini masih banyak diantara kita yang menyambut tahun baru dengan cara yang berlebihan. Contohnya dengan cara glamour, bersorak ria sambil berdansa, mabuk-mabukan, dan berpesta pora. Yang demikian itu mereka lakukan dengan dalih ingin menyambut tahun baru dengan cara modern.

Padahal sebenarnya cara ini adalah cara yang kuno. Dalam ajaran agama islam, tahun baru tidak dipandang sebagai peristiwa yang luar biasa, tetapi dipandang sebagai peralihan tahun yang biasa terjadi seiring dengan gerak hukum alam yang diciptakan Tuhan. Allah berfirman dalam surat Ali Imron ayat 140 :

“Itulah hari-hari yang telah kami edarkan diantara umat manusia”

Sebab itu setiap gerak dan langkah kita lakukan sebenarnya harus berjalan seirama dengan sunatullah diatas. Menyadari hal itu, alangkah baiknya bila kita dalam menyambut tahun baru dengan mengadakan intropeksi diri, merenung dan muhasabah terhadap keberhasilan, kegagalan, kesalahan, dan dosa-dosa kita. Bukan dengan berpesta pora menghamburkan uang dan waktu. Allah berfirman