Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Selasa, 18 Januari 2011

Niat Taubat Menukar Arak Menjadi Madu

Pada suatu hari, Omar Al-Khatab sedang bersiar-siar di lorong-lorong dalam kota Madinah. Di hujung simpang jalan beliau terserempak dengan pemuda yang membawa kendi. Pemuda itu menyembunyikan kendi itu di dalam kain sarung yang diselimutkan di belakangnya. Timbul syak di hati Omar AL-Khatab apabila terlihat keadaan itu, lantas bertanya, "Apa yang engkau bawa itu?" Kerana panik sebab takut dimarahi Omar yang terkenal dengan ketegasan, pemuda itu menjawab dengan terketar-ketar yaitu benda yang dibawanya ialah madu. Padahal benda itu ialah khamar.

Dalam keadaannya yang bercakap bohong itu pemuda tadi sebenarnya ingin berhenti dari terus minum arak.

Dia sesungguhnya telah menyesal dan insaf untuk melakukan perbuatan yang ditegah oleh agama itu. Dalam penyesalan itu dia berdoa kepada Tuhan supaya Omar Al-Khatab tidak sampai memeriksa isi kendinya yang ditegah oleh agama itu.

Pemuda itu masih menunggu sebarang kata-kata Khalifah, "Kendi ini berisikan madu."

Kerana tidak percaya, Khalifah Omar ingin melihat sendiri isi kendi itu. Rupanya doa pemuda itu telah dimakbulkan oleh Allah s.w.t. seketika itu juga telah menukarkan isi kendi itu kepada madu.

Begitu dia berniat untuk bertaubat, dan Tuhan memberikan hidayah, sehingga niatnya yang ikhlas, ia terhindar dari pergolakan Khalifah Omar Al-Khatab, yang mungkin membahayakan pada dirinya sendiri kalau kendi itu masih berisi khamar.

Allah Taala berfirman:, "Seteguk khamar diminum maka tidak diterima Allah amal fardhu dan sunatnya selama tiga hari. Dan sesiapa yang minum khamar segelas, maka Allah Taala tidak menerima sholatnya selama empat puluh hari. Dan orang yang tetap minum khamar, maka selayaknya Allah memberinya dari 'Nahrul Khabal'.

Sabtu, 01 Januari 2011

Makna Tahun Baru

Tahun baru, dimana kita akan hidup didalam suasana dan alam baru yang tidak hanya berdimensi materialistik, tapi juga mengandung arti perubahan tingkah laku secara keseluruhan seperti pengetahuan, wawasan, sikap, kebiasaan, dan lain sebagainya.

Hingga saat ini masih banyak diantara kita yang menyambut tahun baru dengan cara yang berlebihan. Contohnya dengan cara glamour, bersorak ria sambil berdansa, mabuk-mabukan, dan berpesta pora. Yang demikian itu mereka lakukan dengan dalih ingin menyambut tahun baru dengan cara modern.

Padahal sebenarnya cara ini adalah cara yang kuno. Dalam ajaran agama islam, tahun baru tidak dipandang sebagai peristiwa yang luar biasa, tetapi dipandang sebagai peralihan tahun yang biasa terjadi seiring dengan gerak hukum alam yang diciptakan Tuhan. Allah berfirman dalam surat Ali Imron ayat 140 :

“Itulah hari-hari yang telah kami edarkan diantara umat manusia”

Sebab itu setiap gerak dan langkah kita lakukan sebenarnya harus berjalan seirama dengan sunatullah diatas. Menyadari hal itu, alangkah baiknya bila kita dalam menyambut tahun baru dengan mengadakan intropeksi diri, merenung dan muhasabah terhadap keberhasilan, kegagalan, kesalahan, dan dosa-dosa kita. Bukan dengan berpesta pora menghamburkan uang dan waktu. Allah berfirman