Nabi Muhammad s.a.w. datang dan
dijumpainya di tengah-tengah masyarakat ada sekelompok manusia tukang dusta
yang disebut kuhhan (dukun) dan arraf (tukang ramal). Mereka mengaku dapat
mengetahui perkara-perkara ghaib baik untuk masa yang telah lalu mahupun yang
akan datang, dengan jalan mengadakan hubungan dengan jin dan sebagainya.
Justru itu Rasulullah s.a.w.
kemudian memproklamirkan perang dengan kedustaan yang tidak berlandaskan ilmu,
petunjuk maupun dalil syara'. Rasulullah membacakan kepada mereka wahyu Allah
yang berbunyi:
“Katakanlah! Tidak ada yang dapat
mengetahui perkara ghaib di langit dan di bumi melainkan Allah semesta.”
(an-Naml: 65).
Bukan Malaikat, bukan jin dan
bukan manusia yang mengetahui perkara-perkara ghaib.
Rasulullah juga menegaskan
tentang dirinya dengan perintah Allah s.w.t. sebagai berikut:
“Kalau saya dapat mengetahui
perkara ghaib, niscaya saya dapat memperoleh kekayaan yang banyak dan saya
tidak akan ditimpa suatu musibah; tidak lain saya hanyalah seorang (Nabi) yang
membawa khabar duka dan membawa khabar gembira untuk kaum yang mau beriman.”
(al-A'raf: 188).
Allah memberitakan tentang jinnya
Nabi Sulaiman sebagai berikut: “Sungguh andaikata mereka (jin) itu dapat
mengetahui perkara ghaib, niscaya mereka tidak kekal dalam siksaan yang hina.”
(Saba': 14).