Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Selasa, 18 September 2012

Waktu Dalam Kehidupan Muslim

Detik-detik berubah perlahan menjadi menit, bergeser perlahan menjadi jam dan berlalulah hari demi hari. Tidak seorangpun dapat menahan pergantian waktu. Setahun telah berlalu dari bulan Ramadhan 1420H dan sekarang kita telah berada di bulan suci Ramadhan 1421H.

          Di dalam Al-Quran surat Al-Isra’ (103) ayat 1-3, Allah SWT telah mengingatkan kepada kita;
Artinya :
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat –menasehati supaya menetapi kesabaran. (Al-Isra’ : 1-3)

Tidak sedikit orang hidup di dunia ini hidup dalam kerugian karena menyia-nyiakan waktu sebagai mencapai peluang dalam mencapai kebahagiaan, keselamatan dan kesejahteraan bagi dirinya dalam kehidupan bersama orang lain. Mereka lupa bahwa keberhasilan di dunia adalah ujian Allah SWT, keberhasilan itu sifatnya tidak abadi. Karena mereka lupa akan hal itu, maka mereka berlomba-lomba untuk mencapainya dengan jalan yang tidak diridhoi Allah SWT.

          Firman Allah SWT dalam surat At-Taghabun (64) ayat 15, Artinya:
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (At-Taghaabun : 15)

Mulianya Memaafkan

Ada sebuah buku yang ditulis oleh seorang penulis terkenal, Dave Pelzer, berjudul A Man Named Dave, yang menggambarkan sebuah kisah tentang keberhasilan dan kekuatan dari sikap memaafkan. Buku tersebut - yang merupakan kesimpulan dari dua buku Pelzer sebelumnya yang menjadi best seller, A Child Called “It” dan The Lost Boy – begitu menyentuh hati siapapun yang membacanya, karena tidak seperti buku sebelumnya yang membuat dada berdegub, A Man Named Dave juga mengajak kita untuk meneguhkan hati, membalas kezaliman dengan sikap memaafkan.

Sebagaimana digambarkan Pelzer, selama tidak kurang dari delapan tahun –sejak usia 4 tahun hingga usia 12 tahun- mengalami berbagai siksaan yang sangat brutal dari ibunya sendiri yang menganggap Pelzer hanya sebagai “It” yang bisa diperlakukan dengan seenaknya, meninju, menendang, melemparkan dari atas menggelundung ke dasar tangga, menginjak-injak bahkan mencekiknya sampai nyaris mati. Sebuah kebesaran hati yang mengesankan dari Dave Pelzer bahwa kemudian ia tak sedikitpun menyalahkan sikap The Mother (ibunya) selama delapan tahun itu yang menyebabkan ia tak bisa lepas dari bayang-bayang masa lalu. Hingga akhirnya Pelzer menemukan dirinya sendiri di dalam hati, sampai ia mampu membebaskan diri.

Bahkan dalam catatan di belakang buku tersebut, Jack Canfield, salah seorang penulis Chicken Soup for The Soul mengatakan bahwa Pelzer adalah bukti nyata yang menunjukkan bahwa kita masing-masing memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri sendiri, tak peduli pengalaman seburuk apapun yang menimpa diri kita.