Nabi Uzair A.s adalah seorang hamba Allah Swt
yang hidup pada jaman antara Nabi Shaleh A.s dan Nabi Ibrahim A.s, yaitu
sekitar 5000 sampai dengan 4000 tahun sebelum masa Nabi Isa A.s.
Nabi Uzair A.s adalah seorang Nabi dan Rasul utusan
Allah Swt, satu diantara 313 Rasul utusan Allah Swt.
Dari segi bahasa, kata UZAIR berasal dari
kata AZARO, yang artinya “mengkoreksi”, yaitu mengkoreksi kebenaran dengan
kebenaran yang sebenarnya dan mengkoreksi kesalahan menjadi suatu
kebenaran yang semestinya.
Nabi Uzair A.s adalah seorang lelaki
yang amat sholeh dan Hafidz kitab Taurat. Beliau dikatakan memahami setiap isi
kandungan Taurat. Beliau menjadi rujukan setiap masyarakat Yahudi pada
zamannya.
Dari Uzair A.s ini, Allah Swt telah memperlihatkan
kebesaran-Nya dengan membangkitkannya dari kematian dan kembali kepada
masyarakat untuk menyelamatkan isi Taurat.
“Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang
yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia
berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka
Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali.
Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu
tinggal di sini?”
Ia menjawab: “Saya (Uzair A.s) tinggal di
sini sehari atau setengah hari.”
Allah berfirman: “Sebenarnya kamu (Uzair A.s)
telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan
minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah
menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu (Uzair A.s) tanda kekuasaan
Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian
Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.”
Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana
Allah Swt menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya (Uzair A.s) yakin
bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(Surah al-Baqarah ayat 259)
Suatu saat Nabi Uzair A.s berjalan-jalan
dengan keledainya, sehingga sampai ke suatu wilayah yang sunyi dan yang telah hancur
semua bangunannya, yang sangat gersang dan tidak ada satupun tanamannnya yang
hidup. Wilayah itu kira-kira berada di daerah Mesir yang berbatasan
dengan negeri Palestina.
Beliau kemudian, turun dari keledainya dan
bersujud kepada Allah Swt, dengan berkata “Bagaimana Allah menghidupkan kembali
negeri ini setelah hancur?.
Mendengar perkataan beliau itu, kemudian
Allah Swt menidurkan atau mematikan beliau dan memanggilnya untuk pindah ke
alam bathiniyah selama 100 tahun. Dalam tidur/matinya itu, beliau berkumpul
dengan para nabi terdahulu dan melalui beliau-beliau itu, Allah Swt mengajarkan
berbagai ilmu kepada beliau, terutama ilmu pengelolaan negara.
Setelah 100 tahun tertidur itu, Allah Swt
membangunkan atau menghidupkan kembali beliau dengan jasadnya sebagaimana
semula saat mulai tertidur. Kemudian Allah Swt bertanya kepada beliau: “Berapa
lama kamu tinggal di sini?”
Beliau menjawab: “Saya telah tinggal di sini
sehari atau setengah hari”.
Allah Swt berfirman: “Sebenarnya kamu telah
tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu
yang belum lagi berobah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi
tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia;
dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya
kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”.
Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana
Allah menghidupkan yang telah mati) beliau pun berkata: “Saya yakin bahwa Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS 2 Al Baqarah 259).
Setelah bangun/hidup kembalinya Nabi
Uzair A.s dari tidur/kematiannya itu, beliau mengelola wilayah itu, dari
kehancuran, kegersangan, kesunyian tanpa kehidupan sampai menjadi suatu wilayah
dengan masyarakat yang beriman kepada Allah Swt yang aman dan sejahtera. Beliau
mengelola wilayah itu selama 75 tahun. Tersebarlah keadaan beliau dan wilayah
itu ke semua penjuru bumi hingga ke kerajaan Namrudz (jaman sebelum kelahiran
Nabi Ibrahim A.s). Kemudian tentara kerajaan Namrudz itu menyerang wilayah itu,
sehingga akhirnya beliau dipindahkan dan diangkat oleh Allah Swt ke alam
bathiniyah, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Isa A.s.