Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Rabu, 29 Mei 2013

Pelajaran Dari Sebuah Jam

Seorang pembuat jam berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. “Hai jam, sanggupkah kamu berdetak 31.104.000 kali selama setahun?” “Ha?! Sebanyak itukah?!” kata jam terperanjat, “Aku tidak akan sanggup!”

“Ya sudah, bagaimana kalau 86.400 kali saja dalam sehari?”
“Delapan puluh enam ribu empat ratus kali?! Dengan jarum yang ramping seperti ini?! Tidak, sepertinya aku tidak sanggup,” jawab jam penuh keraguan.

“Baik, bagaimana jika 3.600 kali dalam satu jam?”
“Dalam satu jam berdetak 3.600 kali? Tampaknya masih terlalu banyak bagiku.” Jam bertambah ragu dengan kemampuannya.

Dengan penuh kesabaran, tukang jam itu kembali berkata, “Baiklah kalau begitu, sebagai penawaran terakhir, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?”
“Jika berdetak satu kali setiap detik, aku pasti sanggup!” Kata jam dengan penuh antusias. Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik.

Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31.104.000 kali dalam setahun, yang juga setara dengan berdetak 86.400 kali dalam sehari, yang setara pula dengan berdetak 3.600 kali dalam satu jam.

Pesan Dari Kisah Tersebut:

Kita sering meragukan dan underestimated terhadap kemampuan diri sendiri untuk mencapai goal, pekerjaan, dan cita-cita yang tampak sangat besar. Kita lantas menggangapnya sebagai hal sangat berat yang tidak mungkin dapat kita angkat. Namun sebenarnya apabila hal yang dianggap besar tersebut kita perkecil dan perkecil lagi, lantas kemudian kita realisasikan hal-hal kecil tersebut secara konsisten serta kontinu, niscaya hal besar yang semula kita anggap tidak mungkin tercapai itu akan terealisasikan.
Intinya, hal besar akan tercapai dengan konsistensi dan kontinuitas, atau dengan istilah lain yang sering digunakan masyarakat: istiqamah! Tentu melekatkan konsistensi dan kontinuitas kepada diri sendiri itu bukan hal yang mudah, karena akan menimbulkan kelelahan yang sangat.

Senin, 20 Mei 2013

Cara Mensucikan Diri Setelah Zina

Suatu hari, Rasulullah sedang duduk di dalam masjid bersama para sahabat. Tiba-tiba datanglah seorang wanita yang kemudian masuk ke dalam masjid. Dengan ketakutan, wanita tersebut mengaku kepada Rasulullah bahwa dia telah berzina. Mendengar hal itu, memerahlah wajah Rasulullah SAW seperti hampir meneteskan darah. Kemudian beliau bersabda kepadanya, Pergilah, hingga engkau melahirkan anakmu.

Sembilan bulan berlalu, wanita itu akhirnya melahirkan. Dihari pertama nifasnya, dia datang kembali membawa anaknya, dan berkata kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah, sucikanlah aku dari dosa zina

Rasulullah melihat kepada anak wanita tersebut, dan bersabda: Pulanglah, susuilah dia, maka jika engkau telah menyapihnya, kembalilah kepadaku.

Dengan sedih, wanita itu akhirnya kembali lagi kerumahnya.

Tiga tahun lebih berlalu, namun si wanita tetap tidak berubah pikiran. Dia datang kembali kepada Rasulullah untuk bertaubat. Dia berkata: Wahai Rasulullah, aku telah menyapihnya, maka sucikanlah aku!

Rasulullah SAW bersabda kembali kepada semua yang hadir disana, Siapa yang mengurusi anak ini, maka dia adalah temanku di surga

Kamis, 16 Mei 2013

Ibu Sekuat Seribu Laki-Laki

Disebuah masjid di perkampungan Mesir, suatu sore. Seorang guru mengaji sedang mengajarkan murid-muridnya membaca Al-Qur'an. Mereka duduk melingkar & berkelompok. Tiba-tiba, masuk seorang anak kecil yg ingin bergabung dilingkaran mereka. Usianya kira-kira 9 tahun. Sebelum menempatkannya di satu kelompok, sang guru ingin tahu kemampuannya. Dengan senyumnya yg lembut, ia bertanya pada anak yg baru masuk tadi, " adakah surat yg kamu hafal dalam Al-Qur'an?" "Ya," jawab anak itu singkat.

" Kalau begitu, coba hafalkan salah satu surat dari juz 'Amma?' pinta sang guru. Anak itu lalu menghafalkan beberapa surat, fasih & benar. Merasa anak tersebut punya kelebihan, guru itu bertanya lagi, "Apakah kamu hafal surat Tabaraka?" (Al-Mulk) "Ya", jawabnya lagi, & segera membacanya. Baik & lancar. Guru itu pun kagum dengan kemampuan hapalan si anak, meski usianya terlihat lebih belia ketimbang murid-muridnya yang ada.

Dia pun coba bertanya lebih jauh, "kamu hapal surat An-Nahl?" Ternyata anak itu pun menghapalnya dengan sangat lancar, sehinggal kekagumannya semakin bertambah. Lalu ia pun coba mengujinya dgn surat-surat yg lebih panjang. "Apakah kamu hapal surat Al-Baqarah?" anak itu kembali mengiyakan dan langsung membacanya tanpa sedikitpun kesalahan. dan rasa ingin menutup penasaran itu dgn pertanyaan terakhir, "Anakku, apakah kamu hapal Al-Qur'an ?" "Ya," tutur polosnya. Mendengar jawaban itu, seketika ia mengucapkan, "Subhanallah wa masyaallah, tabarakkallah"

Dosa Besar

1) Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., bersabda: "Jauhilah tujuh macam hal yang merusakkan." Para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah.apakah tujuh macam hal itu?"

Beliau s.a.w bersabda:

"Yaitu menyekutukan sesuatu dengan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah, melainkan dengan hak - yakni berdasarkan kebenaran menurut syariat Agama Islam - makan harta riba, makan harta anak yatim, mundur pada hari berkecamuknya peperangan serta mendakwa kaum wanita yang muhshan - pernah bersuami-lagi mu'min dan pula lalai - dengan dakwaan melakukan zina. (Muttafaq 'alaih)

2. Dari Abul Asqa' yaitu Watsilah bin al-Asqa' r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya termasuk sebesar-besar kedustaan ialah apabila seseorang itu mengaku-aku pada orang yang selain ayahnya - yakni bukan keturunan si Fulan, tetapi ia mengatakan keturunannya, atau orang yang mengatakan ia bermimpi melihat sesuatu yang sebenar- nya tidak memimpikannya atau ia mengucapkan atas Rasulullah s.a.w. sesuatu yang tidak disabdakan olehnya - yakni bukan sabda Nabi s.a.w. dikatakan sabdanya." (Riwayat Bukhari)

3.Dari Sa'ad bin Abu Waqqash r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang mengaku - sebagai nasab atau keturunan - kepada orang yang bukan ayahnya, sedang ia mengetahui bahawa orang itu memang bukan ayahnya, maka syurga adalah haram atasnya." (Muttafaq 'alaih)

4.Dari Abu Zar r.a. bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorang pun yang mengaku bernasab atau berketurunan kepada seseorang yang selain ayahnya, sedangkan ia mengetahui akan hal itu, melainkan kafirlah ia Dan barangsiapa yang mengaku sesuatu yang bukan miliknya, maka ia tidaklah termasuk golongan kita - kaum Muslimin - dan hendaklah ia menduduki tempat dari neraka. Juga barangsiapa yang mengundang seseorang dengan sebutan kekafiran atau ia berkata bahawa orang itu musuh Allah, sedangkan orang yang dikatakan tadi sebenarnya tidak demikian, melainkan kembalilah - kekafiran atau sebutan musuh Allah - itu kepada dirinya sendiri." (Muttafaq'alaih)

Rabu, 15 Mei 2013

Mas Kawin, Bolehkah Digunakan Oleh Sang Suami?

Ada pertanyaan yang saya anggap menarik pada rubrik yang diasuh oleh KH Achmad Daroini pada Rakyat Bengkulu tanggal 12 September 2008. Pertanyaannya adalah sebagai berikut: “Saya ingin bertanya, apakah boleh mas kawin yang berupa mukena tidak digunakan lagi untuk sholat. Berhubung mukena tersebut sudah usang jadi untuk sholat saya menggunakan mukena yang lain. Dan boleh tidak kalau mukena yang usang tersebut saya sedekahkan kepada orang yang membutuhkan (fakir miskin misalnya) dan bagaimanakan pertanggungjawaban saya terhadap mas kawin tersebut.

Pertanyaan tersebut mengingatkan kepada saya bahwa ada sementara pendapat yang beredar di masyarakat Bengkulu bahwa mas kawin itu harus digunakan oleh sang isteri sampai  habis. Oleh sebab itu, beberapa tokoh menyarankan untuk memberikan mas kawin berupa barang yang cepat habis jika dipakai oleh sang isteri. Selain itu, mereka berpendapat bahwa mas kawin itu tidak boleh dipakai oleh sang suami. Oleh sebab itu, mereka menganjurkan bahwa mas kawin jangan berupa Al Qur’an, sajadah atau yang lainnya yang memungkinkan san suami nanti ikut menggunakannya. Saya juga sempat membatin apa benar demikian? Sebab, selama ini saya tidak mendengar tentang hal itu. Saya juga ingat ketika saya menikan saya juga memberi mas kawin berupa Al Qur’an dan sebentuk cincin. Lah yang menjadi ganjalan setelah mendengar pendapat itu adalah karena saya juga membaca Al Qur’an  itu. Isteri saya juga tidak melarangnya.

Nah, jawaban dari KH Achmad Daroini membuat hati saya plong. Berikut jawaban beliau: “Jika mas kawin sudah diserahkan oleh suami kepada isterinya setelah akad nikah, maka barang itu mutlak menjadi hak milik isteri. Dipakai untuk sholat atau tidak dipakai karena keleihatannya sudah kurang menarik (usang) itu tidak menimbulkan risiko apa-apa bagi Anda. Disedekahkan kepada orang yang memerlukannya boleh saja. Yang tidak boleh adalah jika disia-siakan (mubazir).

Kamis, 09 Mei 2013

Keunggulan Umat Nabi Muhammad SAW

Salah satu kaum yang diazab adalah umat Nabi Nuh as, dimana mereka ditenggelamkan dengan banjir bandang yang sangat besar dan tak seorang pun bisa menghindarinya meskipun dia berada di tempat yang paling tinggi di dunia. Ada lagi kaum Nabi Luth as dan masih banyak kaum para Nabi lainnya yang Allah SWT turunkan azab.

Bukti kebesaran Allah SWT atas umat Nabi Muhammad SAW sangatlah jelas dan nyata, di zaman sebelum datangnya Nabi Muhammad SAW bilamana suatu kaum pengikut para Nabi berbuat dosa kepada Allah SWT (maksiat) maka Allah akan menulis dikeningnya umat yang berdosa tersebut dan tidak bisa ditutupi umat tersebut atas diri mereka masing-masing bahwa mereka berbuat dosa dan begitu banyak pula azab Allah yang diturunkan sebelum datangnya Nabi Muhammad SAW.

Betapa beruntunglah umat Nabi Muhamad SAW atas kasih sayang Allah SWT yang begitu sayang terhadap umat Nabi Muhammad SAW, walaupun begitu banyak dosa dan kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat umatnya tetapi Allah SWT masih membuka pintu ampunan selagi ruh masih berada dijasadnya dan sebelum sampai di tenggorokkannya, Allah SWT masih mengampuni dosanya selagi ia tidak menyekutukan Allah SWT.

Semua ini bertanda Allah SWT menjaga umat Nabi Muhammad SAW dengan Allah SWT membuktikan kebesaran-Nya, kasih sayang-Nya dengan Allah SWT menurunkan mujizat yang abadi berupa Al-Qur’an dan shalat 5 waktu dan mengagungkan bulan-bulan dengan ganda pahala yang berlipat ganda untuk umat Nabi Muhammad SAW di antaranya adalah bulan Rajab yang begitu banyak fadhilah-fadhilahnya yang bepuasa maupun yang berdzikir.

Selasa, 07 Mei 2013

Kisah Balasan Dari Sesuap Nasi

Allah SWT memiliki sifat Ar-Rahman, yang artinya Dzat Yang Maha Pengasih.
Kasih sayang dan RahmatNya meliputi seluruh hamba-hambaNya tanpa terkecuali, baik di dunia maupun di akhirat.
Allah SWT akan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada kita, juga mengasihi seluruh makhluk ciptaanNya, tanpa kecuali.
Berikut ini ada kisah yang bisa membuktikan bahwa Allah SWT Maha Pengasih.

Alkisah, pada jaman dahulu ada seorang fakir yang datang meminta-minta kepada seorang perempuan yang kebetulan sedang menyuap nasi. Maka diberikanlah sesuap makanan itu kepada si fakir.

Selang lama waktunya, akhirnya perempuan itu dikarunia seorang anak. Dan saat anak sudah mulai bisa merangkak, tiba-tiba saja bayinya dibawa lari oleh seekor macan, sehingga membuat perempuan itu sedih.

Lalu dikejarlah macam tersebut, berlari, berjalan bergantian tanpa kenal capek seraya memanggil-manggil anaknya "Anakku...anakku..."

Kemudian Allah SWT mengutus seorang malaikat, meskipun sebenarnya semua itu adalah atas Kehendak dan PengawasanNya, untuk mengejar macan itu serta mengambil bocah dari genggaman macan tersebut.

Malaikat kemudian menyerahkan bocah tersebut kepada ibunya serta berkata, "Allah SWT kirim salam untukmu. Dia berfirman: "Inilah sesuap dibalas dengan sesuap."

Minggu, 05 Mei 2013

Amar : Syahid Selepas Mengucapkan Syahadah

Suatu ketika tatkala Rasulullah s.a.w. sedang bersiap di medan perang Uhud, tiba-tiba terjadi hal yang tidak terduga. Seorang lelaki yang bernama Amar bin Thabit telah datang menemui Baginda s.a.w.. Dia rupanya ingin masuk Islam dan akan ikut perang bersama Rasulullah s.a.w. Amar ini berasal dari Bani Asyahali. Sekalian kaumnya ketika itu sudah Islam setelah tokoh yang terkenal Saad bin Muaz memeluk Islam. Tetapi Amar ini enggan mengikut kaumnya yang ramai itu. Keangkuhan jahiliyyah menonjol dalam jiwanya, walaupun dia orang baik dalam pergaulan. Waktu kaumnya menyerunya kepada Islam, ia menjawab, "Kalau aku tahu kebenaran yang aku kemukakan itu sudah pasti aku tidak akan mengikutnya." Demikian angkuhnya Amar.

Kaum Muslimin di Madinah pun mengetahui bagaimana keanehan Amar di tengah-tengah kaumnya yang sudah memeluk Islam. Ia terasing sendirian, hatinya sudah tertutup untuk menerima cahaya Islam yang terang benderang. Kini dalam saat orang bersiap-siap akan maju ke medan perang, dia segera menemui Rasulullah s.a.w., menyatakan dirinya akan masuk Islam malah akan ikut berperang bersama angkatan perang di bawah pimpinan Rasulullah s.a.w.  Pedangnya yang tajam ikut dibawanya.

Rasulullah s.a.w.  menyambut kedatangan Amar dengan sangat gembira, tambah pula rela akan maju bersama Nabi Muhammad s.a.w.. Tetapi orang ramai tidak mengetahui peristiwa aneh ini, kerana masing-masing sibuk menyiapkan bekalan peperangan. Di kalangan kaumnya juga tidak ramai mengetahui keIslamannya. Bagaimana Amar maju sebagai mujahid di medan peperangan. Dalam perang Uhud yang hebat itu Amar memperlihatkan keberaniannya yang luar biasa. Malah berkali-kali pedang musuh mengenai dirinya, tidak dipedulikannya. Bahkan dia terus maju sampai saatnya dia jatuh pingsan.

Rabu, 01 Mei 2013

Beberapa Penyimpangan Pengamalan Surat Al Fatihah

Banyak keutamaan Surat Al-Fatihah ini dibandingkan dengan surat yang lain dalam Al Qur'an.

Tapi sayangnya, masih banyak peyimpangan dalam mengamalkan surat ini, terutama di pulau Jawa. Maklumlah karena pulau jawa adalah basis utama dakwahnya para walisanga.

Dan sangat yakin pula, para walisanga berdakwah dengan mengislamkan penduduk jawa lewat adat istiadat, yang otomatis setiap adat pasti ada islamnya.

Hanya surat al-Fatihah saja yang menjadi salah satu rukun shalat. Tidak sah shalat bagi siapa yang tidak membaca surat Al-Fatihah.

Surat Al-Fatihah adalah surat ruqyah, jika ia dibaca atas orang sakit dengan izin Allah SWT, ia akan sembuh.

Ini karena Nabi SAW bersabda kepada sebagian sahabatnya yang membacakannya atas orang yang disengat lebah lalu ia sembuh, "Tidakkah engkau tahu bahwa ia adalah ruqyah."

Praktek-Praktek Baru


Namun disayangkan, sebagian orang salah dalam mengamalkan surat Al-Fatihah. Mereka menciptakan praktek-praktek baru dalam beberapa moment sebagai pengagungan surat ini. Padahal mengamalkan surat ini adalah bagian dari ibadah yang pondasinya adalah Tauqif Wal Ittiba'. Yakni tidak boleh menetapkan kecuali berdasarkan dalil dan contoh dari Nabi SAW.

Sesungguhnya kita diperintahkan untuk mengikuti petunjuk Nabi SAW dan menjauhi perkara-perkara baru atas nama agama.

Karena Nabi SAW bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ

"Siapa yang mengada-adakan hal baru dalam urusan kami ini (Islam) yang bukan darinya, maka dia tertolak." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

BAB III : Konsep Perang Dalam Islam Dan Kristen

Jihad Dan Perang Suci

 Jihad dan Perang suci, merupakan pengistilahan yang berasal dari konsep yang berbeda. Jihad merupakan Istilah Al-quran yang dalam bahasa berarti “berusaha keras” atau “berjuang”. Dan Perang merupakan pemaknaan khusus dari jihad. Islam sebelumnya tidak mengenal istilah Perang suci, ataupun istilah lain yang memaknai Jihad sebagi dasar untuk melakukan perang.

Perang Suci merupakan Istilah yang timbul dari Barat untuk pemaknaan sebuah peperangan yang terjadi karena pembelaan nilai-nilai kesakralan dalam sebuah agama, atau karena perang yang ditujukan untuk tujuan pembelaan agama.


Dua Istilah ini berangkat dan berpijak pada dasar yang berbeda, dalam hal ini Perang suci sudah berarti sebagai bentuk perang yang suci, sedangkan Jihad belum tentu berjuang dalam arti fisik. Namun banyak penulis sekarang menyamakan antara Jihad dan Perang suci. Seperti halnya Penulis Barat: John L. Esposito, Samuel P. Huntington, James Turner Johnson, Karen Armstrong dll. Dari penulis Islam sendiri ada juga sbagian penulis yang menggunakn Perang suci sebagi jihad.

A.                Jihad

1. Pengertian

Jika ditelaah akar katanya dalam bahasa arab, kata Jihad berasal dari akar kata jahad-yajhadu-jahdan / juhdan, yang diartikan sebagai ath-Thaqah, al-mashaqqah dan mubalaqqah “kesungguhan, kekuatan dan kelapangan” Hilmy Bakar Al-Mascaty, Panduan Jihad Untuk Aktivis Gerakan Islam, gema Insani press, Jakarta, 2001, hlm 13