Semenjak Rasulullah SAW diangkat oleh Allah SWT
menjadi Utusan-Nya, beliau tidak memiliki harta apapun karena seluruhnya
dibelanjakan demi tegaknya Islam. Jika ada orang muslim yang tak punya pakaian
mendatangi beliau, beliau biasa meminta bantuan Bilal, yang juga merupakan
muadzin beliau, untuk meminjam sesuatu dari orang lain dan membelikan orang itu
pakaian dan makanan.
Suatu saat, ada seorang dari kalangan musyrikin datang
kepada Bilal. Orang itu mengetahui kebiasaan Rasulullah SAW. Ia berkata, “Wahai
Bilal, aku bisa memberimu pinjaman. Karena itu pinjam saja padaku, tak usah
kamu pinjam kepada orang lain.”Bilal pun menerima tawaran itu dengan senang
hati. Sejak saat itu, Bilal pun terkadang meminjam pada orang itu.
Pada suatu hari, Bilal berwudhu lalu bergegas untuk
mengumandangkan adzan, sementara orang musyrik itu sedang berdiri di tengah
kerumunan pedagang. Ketika melihat Bilal, ia berseru, “Wahai Orang Habsyi!”
Bilal menjawab, “Ya, ada apa?” Lalu ia berbicara dengan nada yang agak
keras, “Tahukah kamu, berapa jarak antara kamu dan bulan depan?!” Bilal
menjawab, “Sudah dekat.” Ia balik berkata lagi, “Sesungguhnya jarak antara kamu
dan bulan depan adalah empat malam lagi. Pada saat itu aku akan menagih uang
yang aku pinjamkan kepadamu. Karena sesungguhnya aku tidak pernah memberikan
kamu sesuatu dikarenakan kemuliaanmu atau kemuliaan sahabatmu itu. Kalau kamu
tak bisa membayar hutangmu itu, kamu harus menjadi budakku!” Lalu orang itu
berlalu.