Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Rabu, 16 September 2009

AS, Polisi Yang Sering Melanggar

Apa jadinya kalau aturan lalu lintas yang ada di jalan raya justru dilanggar oleh bapak-bapak polisi sebagai pembuat peraturan tersebut. Kelihatannya rambu-rambu yang dibuat itu memang hanya diperuntukan bagi para pengguna jalan, tapi tidak untuk polisi. Meski bukan sebagai bentuk pelanggaran, misalnya mobil polisi parkir di sembarang tempat, motor polisi masuk jalan tol, dan lain-lain. Bagi orang awam ada penilaian, ternyata polisi sendiri tidak memberikan contoh yang baik.
Tamsil itu sepertinya pas buat negeri Paman Sam yang saat ini masih dirundung duka pasca tragedi WTC. Di satu sisi AS menyuarakan diri sebagai polisi dunia. Di sisi lain ia juga tampil sebagai pihak yang mudah saja melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang sudah disepakati negara-negara di dunia.

Sedikit saja dalam catatan kita, seperti keengganan Amerika melaksanakan hasil-hasil kesepakatan dua kontrak politik berskala mondial soal pertahanan dan lingkungan hidup. Pertama, perjanjian Traktat ABM (Anti Ballistic Missile) tahun 1972. Intinya, negara-negara yang terlibat dalam kontrak itu setuju tidak membangun sistem pertahanan antirudal nasional dan sistem sejenis di negaranya masing-masing. Tujuan kesepakatan ini adalah membuat masing-masing pihak tak dirangsang untuk melakukan serangan pertama. Karena ia tahu, pembalasan musuh akan menghancurkan dirinya.


Bagi kita yang mengikuti perkembangan politik luar negeri Amerika, semasa pemerintahan Bill Clinton, bahkan dipromosikan oleh pemerintahan Presiden George W Bush muncul political will membangun satu sistem pertahanan yang jelas-jelas tidak diinginkan oleh banyak negara didunia. Traktat ABM oleh Bush dianggap sudah ketinggalan zaman.
Dalam konferensi pers 12 Juni 2001 lalu, pemimpin AS ini bersama PM Spanyol Jose Maria Aznar, di Madrid menyatakan bahwa Traktat ABM adalah peninggalan (relic) masa lalu. Ia mencegah rakyat yang cinta kebebasan menjelajahi masa depan. Meski negara-negara lain tidak bisa menerima rencana pertahanan tersebut Presiden seakan tidak menghiraukan dan terus berjalan sendiri.

Kedua, pelanggaran AS terhadap Protokol Kyoto dengan tidak mau mengurangi emisi gas-gas Rumah Kaca khususnya karbondioksida, yang diyakini berperan besar dalam terjadinya pemanasan global. Dengan entengnya, Bush menegaskan bahwa pemerintahannya tetap terikat (comitted) untuk mengurangi gas-gas Rumah Kaca di AS. Bagi negara-negara lain tidak akan ada gunanya Protokol Kyoto kalau ternyata negara penyumbang emisi gas terbesar mengambur-hamburkan gasnya ke atmosfer dunia. Mereka mendesak Bush agar mengubah pikirannya dan kembali pada Traktat Kyoto untuk urusan pemanasan global. Lagi-lagi teguran itu tidak memberikan dampak yang berarti bagi perubahan sikap Bush.
Terkait dengan tragedi WTC beberapa pekan silam, saya terhenyak membaca judul : "AMERIKA BERHAK DIDUKUNG", di sebuah media ibukota tulisan seorang aktivis LSM. Walau secara implisit dinyatakan ia mendukung tindakan Amerika memerangi terorisme, namun isinya memberi kesan dukungan moral perang terhadap Afganistan (Umat Islam).
Sejauh yang kita baca di berbagai media massa soal aksi fantastis meruntuhkan gedung kembar WTC, kecaman dan kutukan seolah menjadi pendapat umum penduduk dunia. Kupasan yang sepotong-potong akan berdampak luas kepada masyarakat dunia ihwal peran dan permainan Amerika yang sering bersikap ambivalensi dalam menyelesaikan pertikaian antar negara di dunia. Ada kesan dan nyata-nyata disengaja, media membawa emosi publik bersimpati terhadap AS, untuk bersama perang melawan pihak yang disebutnya teroris. Mudah ditebak siapa teroris yang dimaksud. Dalam kamus Amerika, tidak ada pengertian teroris kecuali Islam.

Melihat tayangan live misalnya, saat Boeing 767 perlahan mendekati gedung WTC kemudian menancap dan bersarang di leher gedung itu, seketika pesawat meledak menghamburkan bola api raksasa dan kepulan asap hitam. Tak lama kemudian si burung besi dan gedung jangkung itu ditarik gravitasi bumi akhirnya rata dengan tanah. Tak habis sampai disitu, tragedi itu menyisakan cerita getir keluarga korban yang dimuat di sejumlah harian ibukota.
Kita memang sedang digiring untuk turut menganggap peristiwa itu sebagai aksi biadab serta tidak berperikemanusiaan. Tetapi, tidak ada kutukan dan hanya sedikit kecaman ketika si polisi dunia itu membombardir Irak, membiarkan etnic cleansing di Bosnia tahun silam dan yang hingga detik ini berlangsung memberi kelapangan bagi Israel menduduki Palestina. Sangat kontras.

Walau sejumlah kepala negara menyatakan kesediaanya menawarkan jasa untuk menumpas teroris, namun sebagian diantara negara Eropa itu sebenarnya pernah dikecewakan oleh Amerika. Tak pelak tentu muncul sedikit perasaan lega dalam diri kepala negara yang pernah dikecewakan, meski tidak nampak secara eksplisit. Perlu diketahui, dalam tata pergaulan dunia, bagi negara lain dengan klaimnya sebagai polisi dunia Amerika dikenal sebagai negara yang gemar melanggar perjanjian, susah diberi nasehat, sok kuasa, merasa paling benar dengan kekuasaan privilese-nya.
Jadi untuk apa mendukung AS ? 


Terima kasih, admin haturkan kepada Iko Musmulyadi yang telah mengirimkan artikel ini untuk dipublikasikan di blog ruang.berkah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!