Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Selasa, 17 Agustus 2010

Aku Ingin Membaca Qur’an Untuk Ibuku

Sebuah kisah yang menyentuh hati tentang harapan indah seorang ibu kepada anaknya dan bakti sang anak kepadanya.

Ahmad berumur sebelas tahun ketika ibunya (orang tua tunggal) mengantarnya untuk kelas Qira’ati (membaca Al Qur’an). Saya suka anak-anak itu memulai belajar membaca Qur’an di awal usia, terutama anak laki-laki. Aku sampaikan hal itu pada Ahmad. Namun ia menyampaikan alasannya, bahwa ibunya selalu berharap dapat mendengar bacaan Al Qur’an darinya.

Ahmad memulai pelajaran Qira’atinya dan sejak itu aku berfikir ini merupakan pekerjaan yang sia-sia. Meskipun aku sudah berusaha keras mengajarinya, ia tampaknya belum bisa mengenal huruf-huruf hijaiyah dan tidak bisa menalar bagaimana membacanya. Namun ia patuh untuk terus membaca Al Qur’an seperti yang kuwajibkan untuk semua murid-muridku.

Dalam beberapa bulan ia terus berusaha sementara aku menyimak bacaannya dan terus menyemangatinya. Di setiap akhir pekan ia selalu berkata: “Ibuku akan mendengarku membaca Al Qur’an suatu hari.” Di balik itu aku melihatnya tak bisa diharapkan. Ia tidak berbakat!

Aku tak mengenal ibunya dengan baik. Aku hanya sempat melihatnya dari kejauhan ketika ia mengantar atau menjemput Ahmad dengan mobil tuanya. Ia selalu melambaikan tangan kepadaku tapi tak pernah berhenti untuk masuk ke kelas.

Suatu hari, Ahmad berhenti dari mendatangi kelas kami. Aku pernah berniat akan menelponnya tetapi kemudian berfikir mungkin ia memutuskan untuk melakukan hal lain. Mungkin ia akhirnya menyadari akan ketiadaan bakatnya dalam Qira’ati. Aku juga merasa lega dengan ketidakhadirannya. Ia bisa menjadi iklan yang buruk bagi kelas Qira’atiku!

Beberapa minggu kemudian, aku mengirimkan selebaran kepada murid-muridku di rumah akan adanya acara pembacaan qira’ah Al Qur’an. Tak disangka, Ahmad (yang juga menerima pengumuman itu) menanyakan apakah ia diperkenankan untuk tampil membaca qira’ah Al Qur’an. Aku menyatakan bahwa sebenarnya acara ini untuk murid yang masih aktif saja dan karena ia sudah tidak pernah hadir lagi, maka ia tidak berhak tampil. Ia menyatakan bahwa ibunya akhir-akhir ini sakit dan tak bisa mengantarnya ke kelas. Ia juga menyatakan bahwa dirinya masih terus berlatih Qira’ati di rumah meskipun tidak masuk kelas.

Titip Rindu Untuk Pemimpin Yang Shalih

Kutipan : Naungan Allah

”Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu : Pemimpin yang adil; Pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah Ta’ala; seorang yang hatinya senantiasa dipertautkan dengan masjid; Dua orang saling mencintai karena Allah, yang keduanya berkumpul dan berpisah karenanya; seorang laki-laki yang ketika diajak seorang wanita bangsawan yang cantik lalu ia menjawab: ”Sesungguhnya saya takut kepada Allah”; seorang yang mengeluarkan sedekah sedang ia merahasiakannya, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya; dan, seorang yang mengingat Allah di tempat sepi sampai meneteskan air mata.” (HR Mutafaqun ’Alaih)

Di negeri yang belum kunjung reda dilanda bencana, sepertinya tidak ada yang lebih menyesakkan dada, selain perilaku tercela yang semakin menambah duka lara. Hal itu akan bertambah menyakitkan, ketika hukum ternyata juga tidak punya batasan jelas,  siapa yang sebenarnya paling layak mendapat hukuman. Kita sudah berbuat baik, tapi justru kebaikan tersebut mendatangkan tuduhan dan hukuman. Lebih menyedihkan lagi bila itu dilakukan oleh pemimpin atau penguasa yang semestinya mengayomi kita.

Kenyataan seperti itu, barangkali sangat bisa dirasakan oleh Muhammad Iqbal Abdul Rahman alis Abu Jibril (48). Lelaki yang dikenal warga Perumahan Witana Hardja, Tangerang sebagai ustad itu ditangkap aparat dengan tuduhan teroris. Padahal, berdasar kesaksian warga, tidak ada hal yang pantas dicurigai dari dirinya sebagai Imam Masjid Al Munawarah, Perumahan Witana Hardja, Tangerang. Abu Jibril mengajar taklim dengan buku ”Sifat Sholat Nabi (Karya Syaikh Nashiruddin Al Al Bani), Riyadhus Shalihin (Karya Imam Nawawi), Tafsir Ibnu Katsier, dan Fathul Majid. Buku-buku tersebut adalah buku yang termasyhur, ditulis oleh ulama-ulama besar dan menjadi rujukan utama kalangan Islam. Namun, inilah kenyataannya. Di kala subuh, tatkala Abu Jibril beserta jamaah masjid belum juga usai menyelesaikan wiridnya, bom itu meledak. Tepat di halaman rumah Abu Jibril. Tidak berselang lama, tanpa bukti yang memadai, aparat menangkap Abu Jibril dan menyita barang-barang yang ada di rumahnya.

Jumat, 06 Agustus 2010

Pantaskah Aku Mengeluh...???

Ketika aku mengeluh : “Ah mana mungkin.....”Allah menjawab : “Jika AKU menghendaki,cukup Ku berkata “Jadi”,maka jadilah (QS. Yasin ; 82)

Ketika aku mengeluh : “Capek banget gw....”Allah menjawab : “...dan KAMI jadikan tidurmu untuk istirahat.” (QS.An-Naba :9)



Ketika aku mengeluh : “Berat banget yah, gak sanggup rasanya...”Allah menjawab : “AKU tidak membebani seseorang, melainkan sesuai kesanggupan.” (QS. Al-Baqarah : 286)

Ketika aku mengeluh : “Stressss nih...Panik...”Allah menjawab : “Hanya dengan mengingatku hati akan menjadi tenang”. (QS.Ar-Ro’d :28)

Ketika aku mengeluh : “Yaaaahh... ini mah semua bakal sia-sia..”Allah menjawab :”Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji dzarah sekalipun,niscaya ia akan melihat balasannya”. (QS. Al-Zalzalah :7)

Ketika aku mengeluh : “Gilaaa..gw sendirian..gak ada seorangpun yang mau bantuin...”Allah menjawab : “Berdoalah (mintalah) kepadaKU,niscaya Aku kabulkan untukmu”. (QS. Al-Mukmin :60)