Taqwa
adalah bekal seorang hamba ketika ia menghadap kepada Sang Pencipta, bekal yang
kelak menjadi hujah baginya di hadapan Tuhannya, bahwa kehidupannya dialam
dunia telah dipergunakan sebaik-baiknya. Untuk itulah wahai kaum Muslimin
sekalian, marilah kita perbaiki dan satukan niat serta tekad, untuk meraih
predikat golongan mahluk Allah yang muttaqin yang selalu meninggalkan apa-apa
yang dilarang oleh Allah dan RasulNya, untuk dapat mengambil apa-apa yang telah
dijanjikan, berupa kehidupan yang baik di dunia dan Surga yang abadi kelak di
akhirat.
“Sesungguhnya
orang-orang bertaqwa itu berada dalam Surga (taman-taman) dan (didekat) mata
air-mata air yang mengalir”. (Al-Hijr: 45).
Allah
ciptakan mahluk dan Allah sertakan bersama mereka nabi-nabi dan rasul-rasul
sebagai utusan yang menerangkan dan menjelaskan konsep tatanan hidup selama
berada di alam yang serba cepat dan fana ini, Allah turunkan pula kitab-kitab-Nyabersama
para utusan-utusan itu, sebagai aturan main di dalam dunia, baik hubungan
sesama mahluk, lebih-lebih hubungan mahluk dengan penciptanya. Di antara
kitab-kitab yang Allah turunkan ialah Al-Qur'an, mu’jizat nabi mulia yang
menjelaskan tuntunan Allah, aturan terakhir penutup para nabi dan rasul.
“Sesungguhnya
kami telah pengutusmu (muhammad) dengan kebenaran sebagai pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan”. (Al-Baqarah: 119).
Allah
turunkan Al-Qur’an untuk menyelesaikan masalah-masalah di antara mereka dan
juga untuk mengingatkan mereka akan yaumul mii’aad yaitu hari pembalasan
terhadap apa-apa yang telah dilakukan oleh para penghuni alam dunia.
“Dan
Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa
yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”. (An-Nalh:
44).
Akan
tetapi di balik semua itu, realita yang terjadi, kita sering dan teramat sering
dikejutkan dan dibuat prihatin dengan musibah yang acap kali menimpa negeri
ini. Masih terngiang ditelinga kita peristiwa gempa bumi yang terjadi beberapa
waktu yang lalu, yang memakan korban manusia dan memaksa mengungsi dari
tempat-tempat mereka, banjir yang berulang kali terjadi di beberapa tempat,
padahal baru kemarin kita merasakan beratnya kemarau panjang, gunung di
beberapa tempat sudah mulai aktif dan memuntahkan isi kandungannya, huru-hara
terjadi diberbagai kota diiringi hancurnya tempat-tempat tinggal dan
pusat-pusat keramaian dengan kobaran api yang melalap baik materi maupun
sosok-sosok jiwa sebagai pelengkapnya, pembantaian yang telah dan terus
berlangsung secara biadab terjadi di beberapa tempat dan entah berapa tempat
lagi yang akan terjadi di belahan negeri ini, busung lapar anak manusia negeri
ini sering kita dengar meskipun katanya kita berada di negeri subur nan tropis,
dengan disusul jatuhnya nilai rupiah yang mengakibatkan krisis moneter yang
berdampak kemiskinan, pengangguran dan kelaparan masih saja kita rasakan,
penyakit-pernyakit aneh dan kotor mulai merebak dan meng-gerogoti penduduk
negeri ini dan berbagai musibah yang telah menghadang di hadapan mata, termasuk
di dalam hancurnya generasi-generasi muda penerus bangsa ini disebabkan
terhanyut dan tenggelam bersama obat-obat setan yang terlarang.
Apakah
adzab telah mengintai negeri ini, sebagaimana yang tersurat di dalam Al-Qur’an
surat Ash-Shaffat ayat 25, kaum Nuh yang Allah tenggelamkan dikarenakan
mendustakan seorang rasul, atau kaum Tsamud yang disebabkan tak beriman,
membusungkan dada dan menantang datangnya adzab, Allah jadikan mereka
mayat-mayat yang bergelimpangan dengan gempa yang mengguncang mereka, atau
seperti kaum Luth yang dikarenakan perzinaan sesama jenis, homosexsual, Allah
hujani mereka dengan batu, atau seperti kaum Madyan yang Allah jadikan mereka
mayat-mayat yang bergelimpangan disebabkan curang dalam takaran dan timbangan
serta membuat kerusakan dimuka bumi dan menghalangi orang untuk beriman, atau
seperti kaum ‘Aad yang disebabkan tidak memurnikan tauhid dan bersujud
kepadaNya, Allah kirim kepada mereka angin yang sangat panas yang memusnahkan
mereka.
Kaum-kaum
terdahulu Allah hancurkan dan luluh lantahkan disebabkan satu dua kemungkaran
yang dikepalai kesyirikan, sekarang bagaiman dengan kita, apa yang kita
saksikan dan alami sekarang ini, apa yang terjadi ditempat kita, lingkungan
kita, dikota kita, dan bahkan di seantero negeri kita?, maksiat terjadi
dimana-mana, pergaulan lawan jenis dan perzinaan yang keluar dari norma-norma
agama semakin menggila, ditambah lagi media-media masa visual dan non-visual ikut
melengkapi ajang syaitan ini dengan dalih seni dan hak-hak manusia, padahal
Allah dan RasulNya telah jelas-jelas mengharamkan hal tersebut. Firman Allah.
“Dan
janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji dan jalan yang buruk” (Al-Isra’: 32).Dan dalam sebuah hadits shahih
Rasul bersabda:
مَنْ وَجَدْتُمُوْهُ يَعْمَلُ عَمَلَ
قَوْمِ لُوْطٍ فَاقْتُلُوا الْفَاعِلَ وَالْمَفْعُوْلَ بِهِ.
“Barangsiapa
di antara kalian yang menemui mereka yang melakukan perbuatan kaum Luth
(homosexsual) maka bunuhlah kedua pelakunya”. (riwayat Abu dawud dan At-Tirmidzi).
Kemana
hak Allah dan RasulNya?. Kecurangan dalam perniagaan yang terjadi pada kaum
Madyan pun terjadi sekarang, kecurangan bukan hanya curang dalam timbangan
secara zhahir, tetapi penindasan, tipu muslihat, sampai kepada sogok menyogok
dan riba pun seakan suatu yang harus dilakukan, kemana firman Allah:
“Kecelakaan
besarlah bagi orang-orang yang curang”. (Al-Muthaffifin:1).
Dan
Rasulpun melaknat orang yang menyogok dan yang disogok, sebagaimana hadis
shahih yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Imam
Ahmad.
Berbagai
bentuk perjudian pun digelar, pembunuhan yang tanpa memperhitungkan nilai
kemanusiaan dan agama pun terus terjadi silih berganti, padahal Rasul
Shalallaahu alaihi wasalam telah memperingatkan untuk meninggalkan tujuh hal
yang menghancurkan.
اِجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ.
قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: الشِّرْكُ بِاللهِ وَقَتْلُ النَّفْسِ
الَّتِيْ حَرَّمَ اللهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ وَالسِّحْرُ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ
مَالِ الْيَتِيْمِ وَالتَّوَلِّيْ يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاَتِ
الْمُؤْمِنَاتِ.
Yang
artinya: “Jauhilah tujuh hal yang menghancurkan (membina-sakan)”. Bertanya para
sahabat, apa itu yang Rasulullah?, bersabda beliau: “Syirik (menyekutukan
Allah), membunuh jiwa yang Allah haramkan, kecuali yang dibenarkan syari’at,
sihir (tenung dan santet), memakan riba, memakan (menyelewengkan) harta anak
yatim, lari dari pertempuran (karena takut), menuduh wanita baik-baik berzina”.
(Ash-Shahihain).
Akan
tetapi semua ini berlaku, perbuatan syirik yang merupakan biang malapetaka
dunia dan akhirat kini seolah telah menjadi sesuatu kebutuhan, berapa banyak
kita dapati media masa yang menjajakan kesyirikan, ulama-ulama sesat menyeru
umat kepada perbuatan syirik dengan membungkus sedemikian rupa untuk menipu
umat, dan kini mereka telah menancapkan kaki-kaki mereka.
Segala
sesuatunya kini telah terbalik, yang hak dikatakan dan dianggap batil, yang
batil dipertahankan, dan tidak malu-malu di hadapan yang hak.
Siapakah
yang bertanggung jawab akan hal ini?, yang jelas kita semua bertanggung jawab,
kita sebagai umara’, ulama maupun pribadi-pribadi muslim.“Jikalau sekiranya
penduduk-penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami limpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat) itu,
maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (Al-A’raf: 96).
Islam
adalah satu-satunya ajaran yang menjamin ketenteraman dan kesejahteraan hidup,
tidak saja di dunia, tetapi bahkan di akhirat, sebab ajaran ini adalah ajaran
dari Dzat yang maha memberikan jaminan bagi kebutuhan insan.
Untuk
menyelamatkan negeri dan umat ini tidak lain adalah kita kembali memurnikan dan
menegakkan ajaran Allah pencipta kita, ketika umat semakin jauh dari ajarannya
semakin gencar pula azab yang akan diterima dan ditimpahkan, oleh karena itu
ada baiknya kita menilik kembali perkataan Syaikh Ali Hasan Al-Atsari bahwa
tidak ada jalan lain dalam mengembalikan umat dan memperbaiki umat ini kecuali
dengan tashfiyah dan tarbiyah sebagaimana yang disebutkan di dalam kitabnya
“At-Tashfiah wat Tarbiyah”, “Bahwa kondisi yang buruk yang menimpa kaum
muslimin dewasa ini adalah akibat terlalu jauhnya mereka dari kitab Allah dan
sunnah RasulNya “. Kenapa hal itu bisa terjadi, Syaikh Abdurrahman Ibnu Yahya
Al-Muallimi Al-Yamani tokoh ulama salaf abad XIV H yang dinukil dalam buku
At-Tashfiah wat Tarbiyah hal 19-20 bahwa hal itu terpulang pada tiga persoalan.
1. Tercampurnya ajaran yang bukan dari
Islam dengan ajaran Islam.
2. Lemahnya kepercayaan orang akan apa
yang menjadi ajaran Islam.
3. Tidak adanya pengamalan (penerapan)
terhadap hukum-hukum Islam.
Syaikh
Ali Hasan Al-Atsari melanjutkan dalam kitabnya bahwa ada tiga hal pokok yang
mendasar dalam mengatur sistem tarbiyah (pembinaan) yang merupakan rangkaian
dari tashfiyah.
1. Menitik beratkan pada kebangkitan
aqidah tauhid dan pembersihan dari segala bentuk bid’ah dan
penyelewengan-penyelewengannya.
2. Barometer semua pembinaan adalah
Al-Qur’an dan As-Sunah. Dengan praktek-praktek yang diterapkan para salafus
shalih dan ulama-ulama rabbani yang mengakar pemahamannya terhadap Al-Qur’an
dan As-Sunah.
3. Bahwa tarbiyah haruslah menyangkut
pengarahan umum yang erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, seperti
keyakinan, norma-norma, adat-adat, tradisi, kegiatan kantor, politik, sosial
dan seterusnya (At-Tashfiah wat Tarbiyah hal. 101).
Yang
terakhir. Apakah keadaan dan kenyataan yang menimpa kita selama ini tidak
menjadikan kita berfikir dan berbenah diri untuk hidup yang akan datang,
kehidupan abadi yang menentukan sengsara atau bahagia.
“Maka
apakah penduduk negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada
mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur”. (Al-A’raf: 97).
“Maka
apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidaklah
merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi”. (Al-A’raf: 99).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!