Benih iri dengki
mulai tumbuh dihati Qabil terhadap adik kandungnya, yakni Habil. Penyakit ini
menjadi sumber kejahatan pada anak Adam.Qabil iri kepada Habil ketika mendapati
kenyataan bahwa adik kembarnya jauh lebih cantik dibanding dengan adik kembar
Habil. Ini berarti calon istri Habil jauh lebih cantik dibanding calon istri
Qabil. Dan karena iri dengki inilah, Qabil mencurigai keputusan ayahnya yang
dianggap tidak adil dalam menjodohkan anak-anaknya. Sang ayah dianggap lebih
cinta kepada Habil daripada cintanya kepada Qabil.
Maka percekcokan
mulai merebak diantara anak-anak Adam dan Hawa’ itu sehingga Adam merasa perlu
untuk memutuskan percekcokan tersebut dengan bimbingan Syariat Allah Ta’ala.
Adam pun bermunajat mengadukan masalahnya kepada Allah agar dapat memutuskan
perkara itu dengan keputusan yang paling adil. Sehingga turunlah keputusan dari
Allah, agar Qabil dan Habil mempersembahkan kurban hasil pekerjaan
masing-masing. Siapa yang persembahan kurbannya di terima oleh Allah, maka
dialah yang berhak menikahi saudara perempuannya yang tercantik. Dan tanda
diterimanya kurban mereka adalah disambarnya persembahan kurban mereka oleh api
yang turun dari langit.
Sementara itu
Habil bekerja sebagai peternak sapi dan kambing untuk menyediakan keperluan
hewani keluarga Adam dan Hawa’, Sedangkan Qabil bekerja sebagai petani yang
membuka lahan sawah dan perkebunan sayur dan buah-buahan untuk menyediakan
keperluan nabati keluarga tersebut. Keduanya menyiapkan persembahan kurban itu
dari hasil pekerjaan masing-masing. Habil menyiapkan beberapa ekor kambing dan
sapi yang paling gemuk dan paling bagus, sedangkan Qabil menyiapkan hasil
pertanian dan perkebunan yang paling jelek. Dan ketika persembahan kurban
itu di persembahkan kepada Allah Ta’ala, maka datanglah api dari langit
menyambar persembahan kurban Habil dan sama sekali tidak menyentuh persembahan
kurban Qabil [Al-Kamil fitTarikh, Al-'Allamah Izzuddin Abil Hasan Ali bin Abil
Karam Asy-Syaibani Ibnul Atsir, jilid 1hal 43, Darul Fiker, Bairut Libanon,
tanpa tahun.].
Dengan kejadian
tersebut diputuskanlah oleh Adam bahwa Habil berhak menikahi adik Qabil yang
cantik jelita itu. Namun Qabil tidak bisa menerima begitu saja keputusan
tersebut. Bahkan Qabil menuduh ayahnya, bahwa yang didoakan oleh ayahnya untuk
diterima kurbannya hanyalah Habil sedangkan kurban Qabil tidak diterima oleh
Allah karena memang ayahanda tidak mendoakan kepada Allah [Al-Bidayah wan
hayah, al hafidh Abul fida' ibnu katsir Ad-Dimasyqi, juz 1 dan 2 hal 86,
terbitan Darul Ktub Al IlmiYah, Bairut-libanon,tanpa tahun]. Maka rasa dengki
Qabil kepada Habil semakin mendominasi hatinya dan terus menerus berfikir
bagaimana untuk melampiaskan kedengkiannya itu dan Qabil akhirnya mengancam
untuk membunuh Habil. Ancaman itu dijawab oleh Habil dengan menyatakan:
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ
مِنَ الْمُتَّقِينَ (27) لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا
بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ
الْعَالَمِينَ (28) إِنِّي أُرِيدُ أَنْ تَبُوءَ بِإِثْمِي وَإِثْمِكَ فَتَكُونَ
مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ (29)
“Hanyalah kurban
yang diterima oleh Allah, kurban yang dipersembahkan oleh orang-orang yang
bertakwa. Kalau engkau sampai tega menjulurkan tanganmu untuk membunuh aku,
niscaya aku tidak akan menjulurkan kedua tangan ku untuk membunuh engkau.
Karena aku takut dari ancaman azab Allah Tuhan sekalian alam. Dan juga aku
tidak ingin membunuh engkau karena aku ingin engkau menanggung sendiri dosamu bila
membunuh aku dan dosa-dosamu akibat perbuatanmu yang lainnya, sehingga engkau
bila membunuh aku, akan menjadi penghuni neraka. Dan memang demikianlah balasan
bagi orang-orang yang berbuat kedzaliman.” [QS Al-Ma'idah: 27-29].
Memang
kedengkian itu membikin orang gelap mata, sehingga tidak mampu mengoreksi
dirinya dan cenderung dzalim dengan menimpakan sebab kegagalan dirinya kepada
orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!