Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Kamis, 27 Februari 2014

Kisah Abdullah bin Ummi Maktum r.a

Masih ingat dengan seorang sahabat Nabi Muhammad Saw yang tak dapat melihat? Yang karenanya Allah Swt lalu menegur Nabi Muhammad Saw dan menurunkan surat “A’basa”?

1.      Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
2.      karena telah datang seorang buta kepadanya.
3.      tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
4.      atau Dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
5.      Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,
6.      Maka kamu melayaninya.
7.      Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau Dia tidak membersihkan diri (beriman).
8.      dan Adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
9.      sedang ia takut kepada (Allah),
10.  Maka kamu mengabaikannya.
11.  sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan,

Beliau adalah Abdullah bin Ummi Maktum r.a, Seorang sosok sahabat yang senantiasa tawadlhu dalam menunaikan kewajibannya sebagai hamba Allah Swt.

Suatu ketika sahabat Nabi Muhammad Saw ini menghampiri baginda Rasulullah Saw, ia hendak meminta izin, untuk tidak mengikuti jamaah shubuh, karena tak ada yang menuntunnya menuju masjid. Setelah mendengar alasannya, baginda Rasul Saw bertanya, “Apakah engkau mendengar adzan?”,
Abdullah lantas menjawab,
“Tentu baginda,”
“Kalau begitu tidak ada keringanan untukmu”, tandas Rasul Saw.

Layaknya hamba Allah Swt yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan perintah-Nya. Abdullah lalu melaksanakan atas apa yang diperintahkan Rasulullah Saw. Dengan mantap ia berikrar untuk mendirikan jamaah subuh di masjid, sekalipun dirinya harus meraba-raba dengan tongkat untuk menuju sumber adzan.

Keesokan harinya, tatkala fajar menjelang dan adzan mulai berkumandang, Abdullah bin Ummi Maktum bergegas memenuhi panggilan Illahi. Tak lama ketika ia mengayunkan kakinya beberapa langkah, tiba-tiba ia tersandung sebuah batu, badannya lalu tersungkur jatuh, dan sebagian bongkahan batu itu tepat mengenai wajahnya, dengan seketika darahpun mengalir dari mukanya yang mulia.

Dengan cepat Abdullah kembali bangkit, sembari mengusap darah yang membasahi wajahnya, iapun dengan mantap akan kembali melanjutkan perjalanan menuju masjid.

Selang beberapa saat, datang seorang sosok lelaki tak dikenal menghampirinya, kemudian lelaki itu bertanya,
“Paman hendak pergi kemana?”
“Saya ingin memenuhi panggilan Ilahi” jawab Abdullah tenang.
Lalu laki-laki asing itu menawarkan jasanya, “Saya akan antarkan paman ke masjid, lalu nanti kembali pulang ke rumah.”

Lelaki itupun segera menuntun Abdullah menuju masjid, dan kemudian mengantarkannya kembali pulang.

Hal ini ternyata tidak hanya sekali dilakukan lelaki asing itu, tiap hari ia selalu menuntun Abdullah ke masjid dan kemudian mengantarkannya kembali ke rumah. Tentu saja Abdullah bin Ummi Maktum sangat gembira, karena ada orang yang dengan baik hati mengantarnya shalat berjamaah, bahkan tanpa mengharapkan imbalan apapun.

Hingga tibalah suatu saat, ia ingin tahu siapa nama lelaki yang selalu mengantarnya. Ia lalu menanyakan nama lelaki budiman itu. Namun spontan lelaki asing itu menjawab, “Apa yang paman inginkan dari namaku?,”
“Saya ingin berdo’a kepada Allah, atas kebajikan yang selama ini engkau lakukan,” jawab Abdullah.
“Tidak usah” tegas lelaki itu. “Paman tidak perlu berdoa untuk meringankan penderitaanku, dan jangan sekali-kali paman menanyai namaku” tegasnya.


Abdullah terhentak dan terkejut atas jawaban lelaki itu, Iapun kemudian bersumpah atas nama Allah Swt, meminta lelaki itu untuk tidak menemuinya lagi, sampai ia tahu betul siapa dan mengapa ia terus memandunya menuju masjid dan tidak mengharapkan balasan apapun.

Mendengar sumpah Abdullah, laki-laki itu kemudian berpikir panjang, ia kemudian berkata, “Baiklah akan aku katakan siapa diriku sebenarnya. “Aku adalah Iblis” jawabnya.

Abdullah tersentak tak percaya, “Bagaimana mungkin engkau menuntunku ke masjid, sedangkan dirimu menghalangi manusia untuk mengerjakan shalat?”
Iblis itu kemudian menjawab, “Engkau masih ingat ketika dulu hendak melaksanak shalat subuh berjamaah, dirimu tersandung batu, lalu bongkahannya melukai wajahmu?.”
“Iya, aku ingat” jawab Abdullah.
“Pada saat itu aku mendengar ucapan Malaikat, bahwasannya Allah Swt telah mengampuni setengah dari dosamu, aku takut kalau engkau tersandung untuk kedua kali, lalu Allah menghapuskan setengah dosamu yang lain” jelas Iblis.

“Oleh karena itu aku selalu menuntunmu ke masjid dan mengantarkanmu pulang, khawatir jika engkau kembali ceroboh lagi ketika berangkat ke masjid”


Astaghfirullah, ternyata Iblis tak pernah rela sedikitpun melihat hamba Allah Swt menjadi ahli ibadah. Terbukti semua cara ia tempuh, hingga ia tak segan untuk menggunakan topeng kebaikan, khawatir kalau mangsanya akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!