Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin
Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi al-Bukhari atau lebih dikenal
Imam Bukhari (Lahir 196 H/810 M - Wafat 256 H/870 M) adalah ahli hadits yang
termasyhur diantara para ahli hadits sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam
Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah bahkan dalam kitab-kitab
Fiqih dan Hadits, hadits-hadits beliau memiliki derajat yang tinggi. Sebagian
menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin
dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk
kepadanya.
Beliau diberi nama Muhammad oleh ayah
beliau, Ismail bin Ibrahim. Yang sering menggunakan nama asli beliau ini adalah
Imam Turmudzi dalam komentarnya setelah meriwayatkan hadits dalam Sunan
Turmudzi. Sedangkan kuniah beliau adalah Abu Abdullah. Karena lahir di
Bukhara,Uzbekistan, Asia Tengah; beliau dikenal sebagai al-Bukhari. Dengan
demikian nama lengkap beliau adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin
Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi al-Bukhari. Ia lahir pada
tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Tak lama setelah lahir, beliau
kehilangan penglihatannya.
Bukhari dididik dalam keluarga ulama
yang taat beragama. Dalam kitab ats-Tsiqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayahnya
dikenal sebagai orang yang wara' dalam arti berhati hati terhadap hal-hal yang
bersifat syubhat (ragu-ragu) hukumnya terlebih lebih terhadap hal yang haram.
Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan murid dari Imam
Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih
kecil.
Bukhari berguru kepada Syekh
Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara. pada usia 16 tahun
bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci terutama Mekkah dan Madinah,
dimana dikedua kota suci itu dia mengikuti kuliah para guru besar hadits. Pada
usia 18 tahun dia menerbitkan kitab pertama Kazaya Shahabah wa Tabi'in, hafal
kitab-kitab hadits karya Mubarak dan Waki bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya
Syekh Ishaq, menghimpun hadits-hadits shahih dalam satu kitab, dimana dari satu
juta hadits yang diriwayatkan 80.000 perawi disaring menjadi 7275 hadits.
Bukhari memiliki daya hafal tinggi
sebagaimana yang diakui kakaknya, Rasyid bin Ismail. Sosok beliau kurus, tidak
tinggi, tidak pendek, kulit agak kecoklatan, ramah dermawan dan banyak
menyumbangkan hartanya untuk pendidikan.
Untuk mengumpulkan dan menyeleksi
hadits shahih, Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk mengunjungi
berbagai kota guna menemui para perawi hadits, mengumpulkan dan menyeleksi
haditsnya. Di antara kota-kota yang disinggahinya antara lain Bashrah, Mesir,
Hijaz (Mekkah, Madinah), Kufah, Baghdad sampai ke Asia Barat. Di Baghdad,
Bukhari sering bertemu dan berdiskusi dengan ulama besar Imam Ahmad bin
Hanbali. Dari sejumlah kota-kota itu, ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari
merekalah beliau mengumpulkan dan menghafal satu juta hadits.
Namun tidak semua hadits yang ia hafal
kemudian diriwayatkan, melainkan terlebih dahulu diseleksi dengan seleksi yang
sangat ketat di antaranya apakah sanad (riwayat) dari hadits tersebut
bersambung dan apakah perawi (periwayat/pembawa) hadits itu tepercaya dan
tsiqqah (kuat). Menurut Ibnu Hajar Al Asqalani, akhirnya Bukhari menuliskan
sebanyak 9082 hadis dalam karya monumentalnya Al Jami'al-Shahil yang dikenal
sebagai Shahih Bukhari. Banyak para ahli hadits yang berguru kepadanya seperti
Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibn Nasr danImam Muslim.
• Al-Jami'
ash-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari
• Al-Adab
al-Mufrad[2][3]
• Adh-Dhu'afa
ash-Shaghir[4]
• At-Tarikh
ash-Shaghir
• At-Tarikh
al-Ausath[5]
• At-Tarikh
al-Kabir[6]
• At-Tafsir
al-Kabir
• Al-Musnad
al-Kabir
• Kazaya
Shahabah wa Tabi'in
• Kitab
al-Ilal
• Raf'ul
Yadain fi ash-Shalah
• Birr
al-Walidain
• Kitab
ad-Du'afa
• Asami
ash-Shahabah
• Al-Hibah
• Khalq
Af'al al-Ibad[7]
• Al-Kuna
• Al-Qira'ah
Khalf al-Imam
Di antara guru-guru beliau dalam
memperoleh hadits dan ilmu hadits antara lain Ali ibn Al Madini, Ahmad bin
Hanbal, Yahya bin Ma'in, Muhammad ibn Yusuf Al Faryabi, Maki ibn Ibrahim Al
Bakhi,Muhammad ibn Yusuf al Baykandi dan ibn Rahwahih. Selain itu ada 289 ahli
hadits yang haditsnya dikutip dalam kitab Shahih-nya.
Dalam meneliti dan menyeleksi hadits
dan diskusi dengan para perawi. Imam Bukhari sangat sopan. Kritik-kritik yang
ia lontarkan kepada para perawi juga cukup halus namun tajam. Kepada Perawi
yang sudah jelas kebohongannya ia berkata, "perlu dipertimbangkan, para
ulama meninggalkannya atau para ulama berdiam diri dari hal itu" sementara
kepada para perawi yang haditsnya tidak jelas ia menyatakan "Haditsnya
diingkari". Bahkan banyak meninggalkan perawi yang diragukan kejujurannya.
Dia berkata "Saya meninggalkan 10.000 hadits yang diriwayatkan oleh perawi
yang perlu dipertimbangkan dan meninggalkan hadits-hadits dengan jumlah yang
sama atau lebih, yang diriwayatan oleh perawi yang dalam pandanganku perlu
dipertimbangkan".
Banyak para ulama atau perawi yang
ditemui sehingga Bukhari banyak mencatat jati diri dan sikap mereka secara
teliti dan akurat. Untuk mendapatkan keterangan yang lengkap mengenai sebuah
hadits, mencek keakuratan sebuah hadits ia berkali-kali mendatangi ulama atau
perawi meskipun berada di kota-kota atau negeri yang jauh seperti Baghdad,
Kufah, Mesir, Syam, Hijazseperti yang dikatakan beliau "Saya telah
mengunjungi Syam, Mesir, dan Jazirah masing-masing dua kali; ke Basrah empat
kali, menetap di Hijaz selama enam tahun, dan tidak dapat dihitung berapa kali
saya mengunjungi Kufah dan Baghdad untuk menemui ulama-ulama ahli hadits."
Di sela-sela kesibukannya sebagai
ulama, pakar hadits, ia juga dikenal sebagai ulama dan ahli fiqih, bahkan tidak
lupa dengan kegiatan kegiatan olahraga dan rekreatif seperti belajar memanah
sampai mahir. Bahkan menurut suatu riwayat, Imam Bukhari tidak pernah luput
memanah kecuali dua kali.
Kebesaran akan keilmuan beliau diakui
dan dikagumi sampai ke seantero dunia Islam. Di Naisabur, tempat asal imam
Muslim seorang Ahli hadits yang juga murid Imam Bukhari dan yang menerbitkan
kitab Shahih Muslim, kedatangan beliau pada tahun 250 H disambut meriah, juga
oleh guru Imam Bukhari Sendiri Muhammad bin Yahya Az-Zihli. Dalam kitab Shahih
Muslim, Imam Muslim menulis. "Ketika Imam Bukhari datang ke Naisabur, saya
tidak melihat kepala daerah, para ulama dan warga kota memberikan sambutan luar
biasa seperti yang mereka berikan kepada Imam Bukhari". Namun kemudian
terjadi fitnah yang menyebabkan Imam Bukhari meninggalkan kota itu dan pergi ke
kampung halamannya di Bukhara.
Seperti halnya di Naisabur, di Bukhara
beliau disambut secara meriah. Namun ternyata fitnah kembali melanda, kali ini
datang dari Gubernur Bukhara sendiri, Khalid bin Ahmad Az-Zihli yang akhirnya
Gubernur ini menerima hukuman dari Sultan Uzbekistan Ibn Tahir.
Tak lama kemudian, atas permintaan
warga Samarkand sebuah negeri tetangga Uzbekistan, Imam Bukhari akhirnya
menetap di Samarkand. Tiba di Khartand, sebuah desa kecil sebelum Samarkand, ia
singgah untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun disana beliau jatuh sakit
selama beberapa hari, dan Akhirnya meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256
H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Ia dimakamkan
selepas Salat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri.
Semoga Allah SWT mengasihi Imam Bukhari
dan Ilmu yang telah beliau ajarkan menjadi pahala yang tidak terputus baginya,
Aamiiin....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!