Suatu
hari, Rasulullah SAW bersabda kepada sekumpulan orang, “Barangsiapa berjumpa
dengan Allah, dengan ikhlas mengakui keesaan-Nya, dan kesaksiannya atas keesaan
Allah itu tidak dicampuri dengan yang lain, pasti akan masuk surga.”
Sayyidina
Ali berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah! Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu.
Bagaimanakah mengucapkan kalimat ‘tiada Tuhan selain Allah (la ilaha illallah)’
secara murni? Dan bersaksi atas keesaan Allah tanpa dicampuri sesuatupun?
Jelaskanlah kepada kami, agar kami mengetahuinya.”
Rasulullah
SAW bersabda, “Benar, jika hatinya terikat dengan dunia, manusia memperolehnya
(dunia) dengan jalan yang tidak dibenarkan syariat. Pembicaraan mereka adalah
pembicaraan orang-orang yang luhur, namun perbuatan dan perilaku mereka, seperti
perilaku orang-orang zalim, dan bila seorang yang bersaksi atas keesaan Allah
(dengan mengucapkan la ilaha illallah) sementara berbagai perkara tersebut –
terikat dengan dunia, memperoleh dunia dengan cara melanggar syariat,
berperilaku sebagaimana perilaku
orang-orang zalim – tak ada pada dirinya, maka ia layak mendapatkan surga.”
Nilai
Mencintai Dan Meneladani Ahlul Bait Rasulullah Saw
Muyassir
bin Abdul Aziz (seorang pecinta setia Ahlul Bait yang tulus dan murni)
mengatakan bahwa dirinya menemui Imam Ja’far al-Shadiq seraya berkata, “Di
sekitar rumah saya, ada seorang lelaki yang karena mendengar suaranya, saya
terbangun di malam buta untuk menunaikan shalat malam, terkadang ia membaca
Al-Quran dan mengulang-ulang bacaan ayat-ayat Al-Quran sambil menangis, dan
adakalanya memanjatkan doa diringi rintihan. Saya ingin sekali mengetahui
keadaannya. Orang-orang mengatakan bahwa ia sama sekali tidak melakukan dosa
apapun (alhasil saya memiliki seorang tetangga yang amat bertakwa).” Imam ja’far Shadiq bertanya, “Apakah ia juga
menerima apa yang engkau yakini (mencintai Ahlul Bait)?” Muyassir menjawab, “Saya
tidak menyelidikinya, Allah yang tahu.”
Setelah
menanyakan keadaan beliau, ia menceritakan kembali keadaan tetangganya itu yang
senantiasa membaca Al-Quran dan berdoa sambil menangis dan merintih. Imam
lagi-lagi bertanya, “Apakah ia meyakini apa yang engkau yakini?” saya menjawab,
“Tidak.” Imam berkata, “Wahai Muyassir! Tanah manakah yang paling dimuliakan?”
Saya menjawab, “Allah dan Rasul-Nya, serta keturunannya yang tahu.” Beliau
berkata, “Tanah paling mulia adalah tanah yang terletak antara rukn dan maqam
(antara Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim). Tanah itu merupakan taman dari taman
surga. Begitu pula tanah di antara kubur Rasulullah SAW dan mimbar beliau SAW,
juga merupakan taman dari taman surga.”
“Demi
Allah, kalau seseorang berumur panjang dan beribadah selama seribu tahun di
antara rukn dan maqam dan di antara kubur dan mimbar Rasulullah SAW, lalu
dibantai secara zalim dan tanpa dosa di tempat tidurnya, dan dalam keadaan itu
ia berjumpa dengan Allah, namun tidak mencintai dan meneladani kami, Ahlul
Bait, maka layak bagi Allah untuk memasukkannya ke neraka jahanam.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!