Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Selasa, 15 Desember 2009

Bunuh Diri

“Pernyataan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah induk berbagai gerakan teroris Islam bukan hanya baru baru ini dilemparkan, namun sudah sejak masa lalu, jamaah yang didirikan sejak tahun 1928 ini disudutkan. Bahkan di Mesir tempat gerakan ini pertama kali didirikan, mereka sudah mengalami nasib yang lebih parah. Banyak tokohnya ditangkapi, dikejar-kejar, dijebloskan ke penjara tanpa sidang, dianiaya, dirampas dan disiksa dengan beragam seni penyiksaan sampai dibunuh. Termasuk sang pendirinya sendiri, Hasan al-Banna, yang meninggal karena ditembak dan dibiarkan darahnya mengucur keluar tanpa pertolongan. Sayyid Qutub, salah satu tokoh lainnya, harus meninggalkan dunia ini di tiang gantungan.” Aku serius menjelaskan tentang pertanyaan yang ditujukan untukku oleh santriwati kelas 2K1. Mereka bertanya tentang Terorisme.

“Apakah benar mereka semua adalah teroris?” kulihat ternyata Ukhti Zubaidah lanjut menanyaiku. Aku langsung menjawabnya.

“Kalau hari ini ada satu dua yang melontarkan hal-hal seperti itu, rasanya sudah bukan hal aneh lagi. Sebab mereka pernah mengalami hal-hal yang jauh lebih parah ketimbang sekedar dituduh sebagai teroris. Mereka sudah diperlakukan sebagai teroris dan bahkan sudah menerima hukuman sebagai teroris. Kalau benar Ikhwan itu gerakan teroris, bagaimana mungkin bisa meraih suara yang signifikan? Apakah ini berarti bangsa Mesir itu semuanya teroris karena banyak yang memilih Ikhwan? Bukankah seharusnya troris itu dibenci rakyat, karena selalu bikin onar? lantaran dianggap sebagai induk dari semua organisasi teroris?” Aku balik bertanya kepada mereka.

“Tapi kami tidak mengerti dengan umat Islam, khususnya di Indonesia sekarang. Saat ada yang membela agamanya mereka mendukung dengan hanya diam dan tidak melakukan apa-apa.” Ukhti Sumiyati bertanya.


“Bukankah mereka terus berdo’a hingga mereka mampu membela agama kita?” jawabku gamblang.

“Bukan begitu. Saya masih tak mengerti dengan apa yang telah dilakukan oleh mereka yang dianggap teroris dan pendukungnya. Menurut pendapat Antum bagaimana dengan tindakan pengeboman yang telah mereka lakukan?”

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayng kepada kamu. Dan barang siapa yang berbuat demikian dengan melanggar dan aniaya. Maka kami kelak akan memasukkannya kedalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” ungkapku akan firman Allah Surat An-Nisa Ayat 29-30 seraya menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Ukhti Dewi. Lalu kulanjutkan lagi dengan mengingatkan mereka dengan hadist nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim.

“Barang siapa yang menghempaskan diri dari sebuah bukit,lalu ia menewaskan dirinya, maka ia akan masuk kedalam neraka dalam keadaan yang terhempas didalamnya. Ia kekal lagi dikekalkan dineraka untuk selama-lamanya. Dan barang siapa meneguk racun dan menewaskan dirinya, maka racun itu tetap ditangannya sambil ia menegukkannya didalam neraka jahannam, kekal lagi dikekalkan didalamnya selama-lamanya. Dan barang siapa membunuh dirinya dengan sepotong besi, maka besinya itu terus berada ditangannya, ia tikamkan ke perutnya didalam neraka jahannam selama-lamanya.”

“Hidup dan mati itu adalah takdir, Ustad.”kudengar ada yang menyela lalu kembali diam.

“Benar. Hidup dan mati itu ditangan Allah SWT. Ia menciptakan keberadaannya untuk menguji iman, amalan, dan keta’atan manusia terhadapNya. Oleh karena itu Islam sangat memperhatikan keselamatan manusia dan kehidupannya.” Aku melihat mereka serius memperhatikanku. Lalu kulanjutkan.

“Kalian tahu, agama Islam sangat melindungi kehidupan manusia sejak ia berada di rahim ibunya. Sehingga dengan tujuan itu Islam menetapkan berbagai norma hukum perdata dan pidana dan menciptakan sanksi-sanksi hukumannya, baik didunia dan diakhirat.” Aku berhenti lagi menghela nafas.

“Seperti apa hukuman yang akan kita terima?”

“Dan hukuman didunia itu berupa Had dan Qisas termasuk hukuman mati, Diyat atau Denda, dan semua itu sudah ditetapkan oleh Ulul Amri atau lembaga peradilan. Adapun hukuman akhirat itu beruapa siksaan dari Allah SWT. Karena hidup dan mati itu adalah wewenang dan karunia ditangan Allah, Islam sangat melarang seseorang melakukan tindak pembunuhan. Baik terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri atau bunuh diri.”

“Jadi tindakan yang dilakukan oleh mereka?”

“Itu adalah tindakan konyol.” Kataku yakin.

“Berati antum tidak setuju. Mereka kan seperti kita, orang Islam?”

“Saya hanya mengatakan itu adalah tindakan konyol.”

“Bagaimana dengan seseorang yang bunuh diri karena ditinggal sang kekasih?” ada santriwati yang menyela. Aku langsung menjawabnya.

“Ukhti. Bila ada seorang kekasih yang terluka hatinya, ia mengeluh kesah tak bisa menerima kenyataan hidupnya, maka ia mengambil pisau memotong tangannya, lalu darah mengalir dari tangannya itu, kemudian ia mati. Maka Allah bersabda “Hambaku ini telah menyegerakan kematiannya sebelum aku mematikannya. Aku mengharamkan surga untuknya.” kataku menjelaskan.

“Lalu?” masih ada yang bertanya kurang memahaminya.
“Lalu itu adalah tindakan bodoh.” jawabku gamblang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!