Puasa
adalah amalan yang sangat utama. Dengan puasa seseorang akan terlepas dari
berbagai godaan syahwat di dunia dan terlepas dari siksa neraka di akhirat.
Puasa pun ada yang diwajibkan dan ada yang disunnahkan. Setelah kita menunaikan
yang wajib, maka alangkah bagusnya kita bisa menyempurnakannya dengan amalan
yang sunnah. Ketahuilah bahwa puasa sunnah nantinya akan menambal kekurangan
yang ada pada puasa wajib. Oleh karena itu, amalan sunnah sudah sepantasnya tidak
diremehkan.
Lakukanlah Puasa dengan Ikhlas dan Sesuai Tuntunan Nabi
Agar
ibadah diterima di sisi Allah, haruslah terpenuhi dua syarat, yaitu:
2.
Mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (ittiba’).
Jika
salah satu syarat saja yang terpenuhi, maka amalan ibadah menjadi tertolak.
Dalil
dari dua syarat di atas adalah firman Allah Ta’ala,
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو
لِقَاءَ رَبِّهِ
فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا
صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ
أَحَدًا
“Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya".” (QS. Al Kahfi: 110)
Ibnu
Katsir rahimahullah menjelaskan, “Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh”, maksudnya adalah mencocoki syariat Allah (mengikuti petunjuk Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam). Dan “janganlah ia mempersekutukan seorangpun
dalam beribadat kepada Tuhannya”, maksudnya selalu mengharap wajah Allah semata
dan tidak berbuat syirik pada-Nya. Inilah dua rukun diterimanya ibadah, yaitu
harus ikhlas karena Allah dan mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam.”
Al
Fudhail bin ‘Iyadh tatkala menjelaskan mengenai firman Allah,
لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ
أَحْسَنُ عَمَلًا
“Supaya
Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al Mulk :
2), beliau mengatakan, “yaitu amalan yang paling ikhlas dan showab
(mencocoki tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).”
Lalu
Al Fudhail berkata, “Apabila amal dilakukan dengan ikhlas namun tidak mencocoki
ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, amalan tersebut tidak akan diterima.
Begitu pula, apabila suatu amalan dilakukan mengikuti ajaran beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam namun tidak ikhlas, amalan tersebut juga tidak akan
diterima.” (Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 19)
Dalil
Anjuran Puasa Senin-Kamis
[Dalil pertama]
Dari
Abu Qotadah Al Anshori radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab,
ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ
فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ
أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ
فِيهِ
“Hari
tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu
untukku.”
[Dalil kedua]
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
تُعْرَضُ الأَعْمَالُ
يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ
فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ
عَمَلِى وَأَنَا
صَائِمٌ
“Berbagai
amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika
amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.”
[Dalil ketiga]
Dari
‘Aisyah, beliau mengatakan,
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَتَحَرَّى
صِيَامَ الاِثْنَيْنِ
وَالْخَمِيسِ.
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari senin
dan kamis.”
Faedah Puasa Senin-Kamis
1.
Beramal pada waktu utama yaitu ketika catatan amal dihadapkan di hadapan Allah.
2.
Kemaslahatan untuk badan dikarenakan ada waktu istirahat setiap pekannya.
Catatan:
Puasa senin kamis dilakukan hampir sama dengan puasa wajib di bulan Ramadhan.
Dianjurkan untuk mengakhirkan makan sahur dan menyegerakan berbuka. Untuk
masalah niat, tidak ada lafazh niat tertentu. Niat cukup dalam hati.
Amalan yang Terbaik adalah Amalan yang Bisa Dirutinkan
Dari
’Aisyah –radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ
إِلَى اللَّهِ تَعَالَى
أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan
yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu
sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras
untuk merutinkannya.
Dari
’Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam
ditanya mengenai amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah. Rasul
shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab,
أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ
”Amalan
yang rutin (kontinu), walaupun sedikit.”
’Alqomah
pernah bertanya pada Ummul Mukminin ’Aisyah, ”Wahai Ummul Mukminin,
bagaimanakah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam beramal? Apakah beliau
mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beramal?” ’Aisyah menjawab,
لاَ. كَانَ عَمَلُهُ
دِيمَةً وَأَيُّكُمْ
يَسْتَطِيعُ مَا كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَسْتَطِيعُ
”Tidak.
Amalan beliau adalah amalan yang kontinu (rutin dilakukan). Siapa saja di
antara kalian pasti mampu melakukan yang beliau shallallahu ’alaihi wa sallam
lakukan.”
Semoga
Allah memudahkan kita melakukan amalan yang mulia ini. Amalan yang rutin biar
pun sedikit, itu lebih baik.
Segala
puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Ganjaran Bagi Yang Gemar Puasa Sunnah
Tidakkah
engkau tahu pahala yang melimpah di balik amalan puasa sunnah. Semoga dengan
mengetahui hal ini membuat kita semakin kiat melakukannya.
Dari
Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ
الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا
إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ
فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا
أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ
وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ
فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ
وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ
رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ
فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ
مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap
amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh
kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku.
Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat
dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua
kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika
berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di
sisi Allah daripada bau minyak kasturi.”” (HR. Muslim no. 1151)
Dalam
riwayat lain dikatakan,
قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ
،
فَإِنَّهُ لِى
“Allah
Ta’ala berfirman (yang artinya), “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali
puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku”.” (HR. Bukhari no. 1904)
Dalam
riwayat Ahmad dikatakan,
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
كُلُّ الْعَمَلِ كَفَّارَةٌ
إِلاَّ الصَّوْمَ وَالصَّوْمُ
لِى وَأَنَا أَجْزِى
بِهِ
“Allah
‘azza wa jalla berfirman (yang artinya), “Setiap amalan adalah sebagai
kafaroh/tebusan kecuali amalan puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku. Aku sendiri
yang akan membalasnya”.” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa
sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)
Pahala yang Tak Terhingga Bagi Orang yang Berpuasa
Dari
riwayat pertama, dikatakan bahwa setiap amalan akan dilipatgandakan sepuluh
kebaikan hingga tujuh ratus kebaikan yang semisal. Kemudian dikecualikan amalan
puasa. Amalan puasa tidaklah dilipatgandakan seperti tadi. Amalan puasa tidak
dibatasi lipatan pahalanya. Oleh karena itu, amalan puasa akan dilipatgandakan
oleh Allah hingga berlipat-lipat tanpa ada batasan bilangan.
Kenapa
bisa demikian? Ibnu Rajab Al Hambali semoga Allah merahmati beliau mengatakan,
”Karena puasa adalah bagian dari kesabaran”. Mengenai ganjaran orang yang
bersabar, Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى
الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ
بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az Zumar: 10). Al Auza’i mengatakan, “Pahala bagi orang yang bersabar
tidak bisa ditakar dan ditimbang. Mereka benar-benar akan mendapatkan
ketinggian derajat.” As Sudi mengatakan, “Balasan orang yang bersabar adalah
surga.”
Sabar
itu ada tiga macam yaitu : 1. sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, 2.
sabar dalam meninggalkan yang haram dan 3. sabar dalam menghadapi takdir yang
terasa menyakitkan. Ketiga macam bentuk sabar ini, semuanya terdapat dalam
amalan puasa. Dalam puasa tentu saja di dalamnya ada bentuk melakukan ketaatan,
menjauhi hal-hal yang diharamkan, juga dalam puasa seseorang berusaha bersabar
dari hal-hal yang menyakitkan seperti menahan diri dari rasa lapar, dahaga, dan
lemahnya badan. Itulah mengapa amalan puasa bisa meraih pahala tak terhingga
sebagaimana sabar.
Amalan Puasa Khusus untuk Allah
Dalam
riwayat lain dikatakan bahwa Allah Ta’ala berfirman, “Setiap amalan manusia
adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku”. Riwayat ini
menunjukkan bahwa setiap amalan manusia adalah untuknya. Sedangkan amalan
puasa, Allah khususkan untuk diri-Nya. Allah menyandarkan amalan tersebut
untuk-Nya.
Kenapa
Allah bisa menyandarkan amalan puasa untuk-Nya?
[Alasan
pertama]
Karena di dalam puasa, seseorang meninggalkan berbagai kesenangan dan berbagai
syahwat. Hal ini tidak didapati dalam amalan lainnya. Dalam ibadah ihram,
memang ada perintah meninggalkan jima’ (berhubungan badan dengan istri) dan
meninggalkan berbagai harum-haruman. Namun bentuk kesenangan lain dalam ibadah
ihram tidak ditinggalkan. Begitu pula dengan ibadah shalat. Dalam shalat memang
kita dituntut untuk meninggalkan makan dan minum. Namun itu dalam waktu yang
singkat. Bahkan ketika hendak shalat, jika makanan telah dihidangkan dan kita
merasa butuh pada makanan tersebut, kita dianjurkan untuk menyantap makanan
tadi dan boleh menunda shalat ketika dalam kondisi seperti itu.
Jadi
dalam amalan puasa terdapat bentuk meninggalkan berbagai macam syahwat yang
tidak kita jumpai pada amalan lainnya. Jika seseorang telah melakukan ini semua
seperti meninggalkan hubungan badan dengan istri dan meninggalkan makan-minum
ketika puasa, dan dia meninggalkan itu semua karena Allah, padahal tidak ada
yang memperhatikan apa yang dia lakukan tersebut selain Allah, maka ini
menunjukkan benarnya iman orang yang melakukan semacam ini. Itulah yang
dikatakan oleh Ibnu Rajab, “Inilah yang menunjukkan benarnya iman orang
tersebut.” Orang yang melakukan puasa seperti itu selalu menyadari bahwa dia
berada dalam pengawasan Allah meskipun dia berada sendirian. Dia telah mengharamkan
melakukan berbagai macam syahwat yang dia sukai. Dia lebih suka mentaati
Rabbnya, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya karena takut pada
siksaan dan selalu mengharap ganjaran-Nya. Sebagian salaf mengatakan,
“Beruntunglah orang yang meninggalkan syahwat yang ada di hadapannya karena
mengharap janji Rabb yang tidak nampak di hadapannya.”. Oleh karena itu, Allah
membalas orang yang melakukan puasa seperti ini dan Dia pun mengkhususkan
amalan puasa tersebut untuk-Nya dibanding amalan-amalan lainnya.
[Alasan
kedua] Puasa
adalah rahasia antara seorang hamba dengan Rabbnya yang tidak ada orang lain
yang mengetahuinya. Amalan puasa berasal dari niat batin yang hanya Allah saja
yang mengetahuinya dan dalam amalan puasa ini terdapat bentuk meninggalkan
berbagai syahwat. Oleh karena itu, Imam Ahmad dan selainnya mengatakan, “Dalam
puasa sulit sekali terdapat riya’ (ingin dilihat/dipuji orang lain).” Dari dua
alasan inilah, Allah menyandarkan amalan puasa pada-Nya berbeda dengan amalan
lainnya.
Sebab Pahala Puasa, Seseorang Memasuki Surga
Lalu
dalam riwayat lainnya dikatakan, “Allah ‘azza wa jalla berfirman (yang
artinya), “Setiap amalan adalah sebagai kafaroh/tebusan kecuali amalan puasa.
Amalan puasa adalah untuk-Ku.”
Sufyan
bin ‘Uyainah mengatakan, “Pada hari kiamat nanti, Allah Ta’ala akan menghisab
hamba-Nya. Setiap amalan akan menembus berbagai macam kezholiman yang pernah
dilakukan, hingga tidak tersisa satu pun kecuali satu amalan yaitu puasa.
Amalan puasa ini akan Allah simpan dan akhirnya Allah memasukkan orang tersebut
ke surga.”
Jadi,
amalan puasa adalah untuk Allah Ta’ala. Oleh karena itu, tidak boleh bagi
seorang pun mengambil ganjaran amalan puasa tersebut sebagai tebusan baginya.
Ganjaran amalan puasa akan disimpan bagi pelakunya di sisi Allah Ta’ala. Dengan
kata lain, seluruh amalan kebaikan dapat menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan
oleh pelakunya. Sehingga karena banyaknya dosa yang dilakukan, seseorang tidak
lagi memiliki pahala kebaikan apa-apa. Ada sebuah riwayat yang menyebutkan
bahwa hari kiamat nanti antara amalan kejelekan dan kebaikan akan ditimbang,
satu yang lainnya akan saling memangkas. Lalu tersisalah satu kebaikan dari
amalan-amalan kebaikan tadi yang menyebabkan pelakunya masuk surga.
Itulah
amalan puasa yang akan tersimpan di sisi Allah. Amalan kebaikan lain akan
memangkas kejelekan yang dilakukan oleh seorang hamba. Ketika tidak tersisa
satu kebaikan kecuali puasa, Allah akan menyimpan amalan puasa tersebut dan
akan memasukkan hamba yang memiliki simpanan amalan puasa tadi ke dalam surga.
Dua Kebahagiaan yang Diraih Orang yang Berpuasa
Dalam
hadits di atas dikatakan, “Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua
kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika
berjumpa dengan Rabbnya.”
Kebahagiaan
pertama adalah ketika seseorang berbuka puasa. Ketika berbuka, jiwa begitu
ingin mendapat hiburan dari hal-hal yang dia rasakan tidak menyenangkan ketika
berpuasa, yaitu jiwa sangat senang menjumpai makanan, minuman dan menggauli
istri. Jika seseorang dilarang dari berbagai macam syahwat ketika berpuasa, dia
akan merasa senang jika hal tersebut diperbolehkan lagi.
Kebahagiaan
kedua adalah ketika seorang hamba berjumpa dengan Rabbnya yaitu dia akan jumpai
pahala amalan puasa yang dia lakukan tersimpan di sisi Allah. Itulah ganjaran
besar yang sangat dia butuhkan.
Allah
Ta’ala berfirman,
وَمَا تُقَدِّمُوا لأنْفُسِكُمْ
مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ
عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا
وَأَعْظَمَ أَجْرًا
“Dan
kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh
(balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling
besar pahalanya.” (QS. Al Muzammil: 20)
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ
مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا
“Pada
hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya).”
(QS. Ali Imron: 30)
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ
ذَرَّةٍ خَيْرًا
يَرَهُ
“Barang
siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat
(balasan) nya.” (QS. Az Zalzalah: 7)
Bau Mulut Orang yang Berpuasa di Sisi Allah
Ganjaran
bagi orang yang berpuasa yang disebutkan pula dalam hadits di atas , “Sungguh
bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak
kasturi.”
Seperti
kita tahu bersama bahwa bau mulut orang yang berpuasa apalagi di siang hari
sungguh tidak mengenakkan. Namun bau mulut seperti ini adalah bau yang
menyenangkan di sisi Allah karena bau ini dihasilkan dari amalan ketaatan dan karena
mengharap ridho Allah. Sebagaimana pula darah orang yang mati syahid pada hari
kiamat nanti, warnanya adalah warna darah, namun baunya adalah bau minyak
kasturi.
Harumnya
bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah ini ada dua sebab:
[Pertama] Sebagaimana dijelaskan
sebelumnya bahwa puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Allah di
dunia. Ketika di akhirat, Allah pun menampakkan amalan puasa ini sehingga
makhluk pun tahu bahwa dia adalah orang yang gemar berpuasa. Allah
memberitahukan amalan puasa yang dia lakukan di hadapan manusia lainnya karena
dulu di dunia, dia berusaha keras menyembunyikan amalan tersebut dari orang
lain. Inilah bau mulut yang harum yang dinampakkan oleh Allah di hari kiamat
nanti karena amalan rahasia yang dia lakukan.
[Kedua] Barangsiapa yang beribadah
dan mentaati Allah, selalu mengharap ridho Allah di dunia melalui amalan yang
dia lakukan, lalu muncul dari amalannya tersebut bekas yang tidak terasa enak
bagi jiwa di dunia, maka bekas seperti ini tidaklah dibenci di sisi Allah.
Bahkan bekas tersebut adalah sesuatu yang Allah cintai dan baik di sisi-Nya.
Hal ini dikarenakan bekas yang tidak terasa enak tersebut muncul karena
melakukan ketaatan dan mengharap ridho Allah. Oleh karena itu, Allah pun
membalasnya dengan memberikan bau harum pada mulutnya yang menyenangkan seluruh
makhluk, walaupun bau tersebut tidak terasa enak di sisi makluk ketika di
dunia.
Ganjaran Puasa Lainnya
Puasa adalah perisai dari api neraka
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الصِّيَامُ
جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ
بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ
”Puasa
adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari api neraka.”
Amalan puasa akan memberikan syafa’at
bagi orang yang menjalankannya
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ
يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ
الصِّيَامُ أَىْ رَبِّ مَنَعْتُهُ
الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ
بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِى
فِيهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ
مَنَعْتُهُ النَّوْمَ
بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِى
فِيهِ. قَالَ فَيُشَفَّعَانِ
”Amalan
puasa dan amalan Al Qur’an itu akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba
pada hari kiamat nanti. Amalan puasa akan berkata, “Wahai Tuhanku, saya telah
menahannya dari makan dan nafsu syahwat, karenanya perkenankan aku untuk
memberikan syafa’at kepadanya”. Dan amalan Al Qur’an pula berkata, “Saya telah
melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi
syafa’at kepadanya.” Beliau bersabda, “Maka syafa’at keduanya diperkenankan”.
Bagi orang yang berpuasa akan disediakan
pintu surga Ar Royyan
Sahl
bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إِنَّ فِى الْجَنَّةِ
بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ
،
يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُلُ
مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ
،
يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ
فَيَقُومُونَ ، لاَ يَدْخُلُ
مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ
،
فَإِذَا دَخَلُوا
أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُلْ
مِنْهُ أَحَدٌ
”Sesungguhnya
di surga ada sebuah pintu yang bernama Ar-Royyaan. Pada hari kiamat orang-orang
yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut dan tidak ada seorang pun
yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Dikatakan kepada mereka, “Di
mana orang-orang yang berpuasa?” Maka orang-orang yang berpuasa pun berdiri dan
tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Jika
mereka sudah masuk, pintu tersebut ditutup dan tidak ada lagi seorang pun yang
masuk melalui pintu tersebut”.
Semoga
apa yang tertulis dalam artikel-artikel ruang berkah ini dapat menambahan
pemahaman kita terhadap agama, dan dapat kita amalkan dan kita sampaikan kepada
umat yang lain, semoga Allah membalas kebaikan kita dengan pahala yang berlipat
dan ganjaran syurga.. amin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!