Nabi Uzair A.s adalah seorang hamba Allah Swt
yang hidup pada jaman antara Nabi Shaleh A.s dan Nabi Ibrahim A.s, yaitu
sekitar 5000 sampai dengan 4000 tahun sebelum masa Nabi Isa A.s.
Nabi Uzair A.s adalah seorang Nabi dan Rasul utusan
Allah Swt, satu diantara 313 Rasul utusan Allah Swt.
Dari segi bahasa, kata UZAIR berasal dari
kata AZARO, yang artinya “mengkoreksi”, yaitu mengkoreksi kebenaran dengan
kebenaran yang sebenarnya dan mengkoreksi kesalahan menjadi suatu
kebenaran yang semestinya.
Nabi Uzair A.s adalah seorang lelaki
yang amat sholeh dan Hafidz kitab Taurat. Beliau dikatakan memahami setiap isi
kandungan Taurat. Beliau menjadi rujukan setiap masyarakat Yahudi pada
zamannya.
Dari Uzair A.s ini, Allah Swt telah memperlihatkan
kebesaran-Nya dengan membangkitkannya dari kematian dan kembali kepada
masyarakat untuk menyelamatkan isi Taurat.
“Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang
yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia
berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka
Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali.
Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu
tinggal di sini?”
Ia menjawab: “Saya (Uzair A.s) tinggal di
sini sehari atau setengah hari.”
Allah berfirman: “Sebenarnya kamu (Uzair A.s)
telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan
minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah
menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu (Uzair A.s) tanda kekuasaan
Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian
Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.”
Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana
Allah Swt menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya (Uzair A.s) yakin
bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(Surah al-Baqarah ayat 259)
Suatu saat Nabi Uzair A.s berjalan-jalan
dengan keledainya, sehingga sampai ke suatu wilayah yang sunyi dan yang telah hancur
semua bangunannya, yang sangat gersang dan tidak ada satupun tanamannnya yang
hidup. Wilayah itu kira-kira berada di daerah Mesir yang berbatasan
dengan negeri Palestina.
Beliau kemudian, turun dari keledainya dan
bersujud kepada Allah Swt, dengan berkata “Bagaimana Allah menghidupkan kembali
negeri ini setelah hancur?.
Mendengar perkataan beliau itu, kemudian
Allah Swt menidurkan atau mematikan beliau dan memanggilnya untuk pindah ke
alam bathiniyah selama 100 tahun. Dalam tidur/matinya itu, beliau berkumpul
dengan para nabi terdahulu dan melalui beliau-beliau itu, Allah Swt mengajarkan
berbagai ilmu kepada beliau, terutama ilmu pengelolaan negara.
Setelah 100 tahun tertidur itu, Allah Swt
membangunkan atau menghidupkan kembali beliau dengan jasadnya sebagaimana
semula saat mulai tertidur. Kemudian Allah Swt bertanya kepada beliau: “Berapa
lama kamu tinggal di sini?”
Beliau menjawab: “Saya telah tinggal di sini
sehari atau setengah hari”.
Allah Swt berfirman: “Sebenarnya kamu telah
tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu
yang belum lagi berobah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi
tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia;
dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya
kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”.
Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana
Allah menghidupkan yang telah mati) beliau pun berkata: “Saya yakin bahwa Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS 2 Al Baqarah 259).
Setelah bangun/hidup kembalinya Nabi
Uzair A.s dari tidur/kematiannya itu, beliau mengelola wilayah itu, dari
kehancuran, kegersangan, kesunyian tanpa kehidupan sampai menjadi suatu wilayah
dengan masyarakat yang beriman kepada Allah Swt yang aman dan sejahtera. Beliau
mengelola wilayah itu selama 75 tahun. Tersebarlah keadaan beliau dan wilayah
itu ke semua penjuru bumi hingga ke kerajaan Namrudz (jaman sebelum kelahiran
Nabi Ibrahim A.s). Kemudian tentara kerajaan Namrudz itu menyerang wilayah itu,
sehingga akhirnya beliau dipindahkan dan diangkat oleh Allah Swt ke alam
bathiniyah, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Isa A.s.
Setelah kehilangan Nabi Uzair A.s, rakyat di
wilayah itu menjadi kebingungan karena tidak ada pengelola wilayah yang mampu
meneruskan tata kelola wilayahnya sebaik Nabi Uzair A.s. Maka datanglah sesosok
setan yang berjasad manusia dan berkata kepada penduduk daerah itu, “Jika kamu sekalian menginginkan keadaan
sejahtera lagi, maka buatlah patung Uzair, dan sembahlah dan mintalah kepada
patung itu, karena Uzair adalah anak Allah” (Naudzubillahi Min
Dzalik), kata si setan (Laknatullah Alaih) itu.
“Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu
berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.
Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan
Allah,”
Mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya
mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”.
“(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?” (QS 2 Al Baqarah
169-170).
Maka patung itu diwujudkan oleh Raja Namrudz
dan dijadikan sesembahan. Demikianlah jadinya Raja Namrudz menyembah patung
Uzair. Dan terjadilah kekosongan keimanan kepada Allah Swt dan mendewakan
patung Uzair sehingga Allah Swt mengutus Nabi Ibrahim A.s bin Tarih bin Azir
untuk memperingatkan Raja Namrudz dan penduduk kerajaannya.
“Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak
lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain
hanyalah menyembah syaitan yang durhaka” (QS 4 An Nisa 117).
“Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata
kepada bapaknya Aazar: “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai
tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang
nyata”. (QS 4 Al An’aam
74).
Kemusyrikan Orang-Orang Kafir Yahudi
Kebiasaan menyembah patung Uzair itu ditiru
oleh orang-orang kafir musyrik Yahudi, sebagaimana firman Allah Swt dalam
Al-Qur’an Surat At Taubah 30-31 :
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putra Allah”
dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putra Allah“.
Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut
mereka, mereka meniru perkataan
orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka;
bagaimana mereka sampai berpaling?.”
“Mereka menjadikan rabbi-rabbi (orang-orang
alimnya) dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan juga mereka
mempertuhankan Uzair putra Imron dan Al Masih putra Maryam; padahal mereka
hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS 9
At Taubah 30-31).
Mereka menirunya karena setan juga berbisik
atau berkata kepada para pemuka orang-orang kafir musyrik Yahudi sebagaimana
setan berkata kepada orang-orang kafir yang terdahulu itu.
Orang-orang kafir musyrik Yahudi, melalui
rabbi-rabbinya membuat-buat kisah Nabi Uzair A.s itu, seakan-akan Nabi Uzair
A.s itu adalah dari golongan Bani Israel, sebagaimana kisah-kisah Israiliyat
yang sering terdengar oleh kalangan umat Islam. .
Disinyalir patung-patung Uzair itu diwujudkan
oleh orang-orang kafir musyrik Yahudi, sampai saat ini, untuk dijadikan
sesembahan dalam rangka memperoleh kekuasaan dan kekayaan duniawi dengan
membolehkan segala cara. Melalui kemusyrikan itulah setan dengan mudah membantu
orang-orang kafir musyrik Yahudi dalam menguasai dunia sampai saat ini.
Oleh karena itu setan akan sangat marah
apabila kaum muslim yang beriman, mengatakan bantahan kemusyrikan orang-orang
kafir musyrik Yahudi dengan kalimat bantahan :
Nabi Uzair A.s adalah hamba Allah Swt dan
hayatNya (Uzair ‘Abdullah Wa Hayatuh),
dan karena setan pun sulit merekayasa kaum yang beriman itu.
Hal ini sesuai dengan Hadis Nabi Muhammad Saw
yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shidiq, di
Kitab Nuril Akwan yang ditulis oleh Abi Hasan Al Bishri, Rasulullah Saw
bersabda :
Man Syahida Anna ‘Uzair ‘Abdullohir
Rokhman, Fatahalloohu Abwaabal Jannah Wa ba’ada ‘anhu makayidas Syaitooni Wa
Hasyarohu Ma’a ‘ibadir Rokhmaan (Wa Dzalikas Syahadah Ba’da Syahadatillaah Wa
Syahadati Rasuulih).
Artinya : Barang siapa bersaksi bahwa
sesungguhnya Nabi Uzair A.s itu adalah hamba Allah yang maha pemurah, maka
Allah membukakan baginya pintu surga dan menjauhkannya dari rekayasa setan dan
menyatukannya bersama hamba-hamba Allah yang maha pemurah. (Syahadat ini dibaca
setelah syahadat kepada Allah dan Rasul-Nya).
Kesimpulan :
Berdasarkan Al-Qur’an Surat Al Baqarah 259,
At Taubah 30-31 dan Hadis Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Abdulloh bin
Abdurrohman, serta Hadis Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan Ubadah bin
Ash-Shamit r.a. berkata: Nabi Muhammad Saw. Bersabda:
“Siapa yang membaca Asyhadu anlaa ilahaillallah Wahdahu Laa Syariika
Lahu Wa Anna Muhammadan ‘Abduhu Wa Rasuluhu, Wa Anna Isa ‘Abdullahi Wa Rasuluhu
(Wabnu Amatihi) Wa Kalimatuhu Alqaaha ila Maryam Waruhun Minhu, Wal Jannatu Haq
Wannaru Haq.
(Aku percaya bahwa tiada Tuhan Selain Allah
yang Esa dan tidak bersekutu, dan bahwa Nabi Muhammad Saw hamba Allah Swt dan
utusan-Nya, dan bahwa Isa A.s juga hamba Allah Swt dan utusan-Nya (putra dari
hamba-Nya), dan kalimat Allah yang telah diturunkan kepada Maryam, juga Isa
sebagai ruh yang diciptakan allah Swt, dan surga itu Haq (benar) juga neraka
Haq (benar), pasti Allah Swt akan memasukkannya kedalam surga meskipun
bagaimana amalnya). (Yakni jika dibaca dengan penuh iman keyakinan).
Maka seharusnyanya kaum yang beriman kepada
Allah Yang Maha Esa, selalu berdzikir dengan kalimat Thoyyibah :
Asyhadu an laa ilaa ha ilallooh, wahdahu laa
syariikalah, wa asyhadu anna Muhammadur Rasululloh, al khotimu anbiya wa laa
nabiya ba’da, wa anna Uzair anna ‘Uzair ‘abdulloohir Rokhman, wa anna ‘Isa
abdulloh wa rosuuluh, wa anna Ummu Maryam amatulloh, hiya laisat bishohibah.
Kalimah Thoyyibah ini akan memperkuat
keimanan dan menjadikan benteng terhadap segala fitnah, makar, gangguan atau
rekayasa setan yang terkutuk, terutama sekali pada saat menghadapi sakaratul
maut.
Kisah Kedua:
Allah Swt berfirman:
“Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui
suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata:
‘Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?’, maka Allah
mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah
bertanya: ‘Berapa lama kamu tinggal di sini ?’ Ia menjawab: ‘Saya tinggal di
sini sehari atau setengah hari.’ Allah berfirman: ‘Sebenarnya kamu tinggal di
sini selama seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang
belum berubah; dan lihatlah kepada keledaimu itu (yang telah menjadi
tulang-belulang): Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia;
dan lihatlah kepada tulang- belulang keldai itu, kemudian Kami menyusunnya
kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.’ Maka tatkala telah nyata
kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: ‘Saya
yakin bahawa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.’” (QS. Al-Baqarah: 259)
Yang popular menurut kaum salaf dan kaum khalaf bahwa
Uzair adalah pahlawan dalam kisah ini yang diceritakan oleh Allah Swt.
Dikatakan bahwa Uzair adalah seorang Nabi dari nabi-nabi Bani Israil. Beliaulah
yang menjaga Taurat, lalu terjadilah peristiwa yang sangat mengagumkan padanya.
Allah Swt telah mematikannya selama seratus tahun kemudian ia dibangkitkan
kembali. Selama Uzair tidur satu abad penuh, terjadilah peperangan yang
didalangi oleh Bakhtansir di mana ia membakar Taurat. Tidak ada sesuatu pun
yang tersisa kecuali yang dijaga oleh kaum lelaki. Mukjizat yang terjadi pada
Nabi Uzair A.s adalah sumber fitnah yang luar biasa di tengah kaumnya.
Pada suatu hari, tampak bahwa cuaca sangat panas dan
segala sesuatu merasa kehausan. Sementara itu, desa yang ditinggali oleh Uzair
A.s hari itu tampak tenang kerana sedang melalui musim panas di mana sedikit
sekali kegiatan di dalamnya. Uzair A.s berfikir bahwa kebunnya butuh untuk di
airi. Kebun itu cukup jauh dan jalan menuju kesana sangat berat dan
disela-selai dengan kuburan. Sebelumnya, tempat itu adalah kota yang indah dan
ramai dimana penghuninya cukup asyik tinggal di dalamnya lalu ia menjadi kota
mati.
Uzair A.s berfikir dalam hatinya bahwa pohon-pohon di
kebunnya pasti merasakan kehausan lalu ia menetapkan untuk pergi memberinya
minum. Hamba yang sholeh dan salah seorang nabi dari Bani Israil ini pergi dari
desanya. Matahari tampak masih baru memasuki waktu siang. Uzair A.s menunggang
keledainya dan memulai perjalanannya. Beliau tetap berjalan hingga sampai di
kebun. Beliau mengetahui bahwa pohon-pohonnya tampak kehausan dan tanahnya
tampak terbelah dan kering. Uzair A.s menyirami kebunnya dan ia memetik dari
kebun itu buah Tiin (sebagian buah tin) dan mengambil pohon anggur. Beliau
meletakkan buah Tiin di satu keranjang dan meletakkan buah anggur di keranjang
yang lain. Kemudian ia kembali dari kebun sehingga keledai yang dibawanya
berjalan di tengah-tengah terik matahari.
Di tengah-tengah perjalanan, Uzair A.s berfikir tentang
tugasnya yang harus dilakukan besok. Tugas pertama yang harus dilakukannya
adalah mengeluarkan Taurat dari tempat persembunyiannya dan meletakkannya di
tempat ibadah. Beliau berfikir untuk membawa makanan dan memikirkan tentang
anaknya yang masih kecil, di mana beliau teringat oleh senyumannya yang manis,
dan beliau pun terus berjalan dan semakin cepat. Beliau menginginkan keledainya
untuk berjalan lebih cepat.
Lalu Uzair A.s sampai di suatu kuburan. Udara panas saat
itu semakin menyengat dan keledai tampak kepayahan. Tubuhnya diselimuti dengan
keringat yang tampak menyala karena tertimpa sinar matahari. Keledai itu pun
mulai memperlambat langkahnya ketika sampai di kuburan. Uzair A.s berkata
kepada dirinya: Mungkin aku lebih baik berhenti sebentar untuk beristirahat,
dan aku akan mengistirahatkan keledai. Lalu aku akan makan siang. Uzair A.s
turun dari keledainya di salah satu kuburan yang rosak dan sepi. Semua desa itu
menjadi kuburan yang hancur dan sunyi. Uzair A.s mengeluarkan piring yang
dibawanya dan duduk di suatu naungan. Ia mengikat keledai di suatu dinding,
lalu ia mengeluarkan sebagian roti kering dan menaruhnya di sampingnya.
Selanjutnya, ia memeras di piringnya anggur dan meletakkan roti yang kering itu
di bawah perasan anggur. Uzair A.s menyandarkan punggungnya di dinding dan agak
menjulurkan kakinya. Uzair A.s menunggu sampai roti itu tidak kering dan tidak
keras. Kemudian Uzair A.s mulai mengamati keadaan di sekelilinginya dan tampak
keheningan dan kehancuran meliputi tempat itu: rumah-rumah hancur berantakan
dan tampak tiang-tiang pun akan hancur, pohon-pohon sedikit saja terdapat di
tempat itu yang tampak akan mati kerana kehausan, tulang-tulang yang mati yang
dikuburkan disana berubah menjadi tanah. Alhasil, keheningan menyeliputi tempat
itu. Uzair A.s merasakan betapa kerasnya kehancuran di situ dan ia bertanya
dalam dirinya sendiri: bagaimana Allah Swt menghidupkan semua ini setelah
kematiannya?
“Bagaimana Allah Swt menghidupkan kembali negeri ini
setelah hancur?”
Uzair A.s bertanya: bagaimana Allah Swt menghidupkan
tulang-tulang ini setelah kematiannya, dimana ia berubah menjadi sesuatu yang
menyerupai tanah. Uzair A.s tidak meragukan bahwa Allah Swt mampu menghidupkan
tulang-tulang ini, tetapi ia mengatakan yang demikian itu kerana rasa heran dan
kekaguman. Belum lama Uzair A.s mengatakan kalimatnya itu sehingga ia mati.
Allah Swt mengutus malaikat maut padanya lalu rohnya dicabut sementara keledai
yang dibawanya masih ada di tempatnya ketika melihat tuannya sudah tidak lagi
berdaya. Keledai itu tetap di tempatnya sehingga matahari tenggelam lalu datanglah
waktu Shubuh. Keledai berusaha berpindah dari tempatnya tetapi ia terikat. Ia
pun masih ada di tempatnya dan tidak bisa melepaskan ikatannya sehingga ia mati
kelaparan.
Kemudian penduduk desa Uzair merasa gelisah dan mereka
ramai-ramai mencari Uzair A.s di kebunnya, tetapi di sana mereka tidak
menemukannya. Mereka kembali ke desa dan tidak menemukannya. Lalu mereka
menetapkan beberapa kelompok untuk mencarinya. Akhirnya, kelompok- kelompok ini
mencari ke segala penjuru tetapi mereka tidak menemukan Uzair A.s dan tidak
menemukan keledainya. Kelompok-kelompok ini melewati kuburan yang disitu Uzair
A.s meninggal, namun mereka tidak berhenti di situ. Tampak bahwa di tempat itu
hanya diliputi keheningan. Seandainya Uzair A.s ada di sana niscaya mereka akan
mendengar suaranya. Kemudian kuburan yang hancur ini sangat menakutkan bagi
mereka, karena itu mereka tidak mencari di dalamnya.
Lalu berlalulah hari demi hari, dan orang-orang putus asa
dari mencari Uzair A.s, dan anak-anaknya merasa bahwa mereka tidak akan melihat
Uzair A.s kedua kalinya dan isterinya mengetahui bahwa Uzair A.s tidak mampu
lagi memelihara anaknya dan menuangkan rasa cintanya kepada mereka sehingga
isterinya itu menangis lama sekali. Sesuai dengan perjalanan waktu, maka air
mata pun menjadi kering dan penderitaan makin berkurang. Akhirnya, manusia
mulai melupakan Uzair A.s dan mereka tetap menjalankan tugas mereka
masing-masing. Dan berjalanlah tahun demi tahun dan masyarakat mulai melupakan
Uzair A.s kecuali anaknya yang paling kecil dan seorang wanita yang bekerja di
rumah mereka di mana Uzair A.s sangat cinta kepadanya. Usia wanita itu dua
puluh tahun ketika Uzair A.s keluar dari desa.
Berlalulah sepuluh tahun, dua puluh tahun, delapan puluh
tahun, sembilan puluh tahun sehingga sampai satu abad penuh. Allah Swt
berkehendak untuk membangkitkan Uzair A.s kembali. Allah Swt mengutus seorang
malaikat yang meletakkan cahaya pada hati Uzair A.s sehingga ia melihat
bagaimana Allah Swt menghidupkan orang-orang mati. Uzair A.s telah mati selama
seratus tahun. Meskipun demikian, ia dapat berubah dari tanah menjadi tulang,
menjadi daging, dan kemudian menjadi kulit. Allah Swt membangkitkan di dalamnya
kehidupan dengan perintah-Nya sehingga ia mampu bangkit dan duduk di tempatnya
dan memperhatikan dengan kedua matanya apa yang terjadi di sekelilingnya.
Uzair A.s bangun dari kematian yang dijalaninya selama
seratus tahun. Matanya mulai memandang apa yang ada di sekelilingnya lalu ia
melihat kuburan di sekitarnya. Ia mengingat-ingat bahwa ia telah tertidur. Ia
kembali dari kebunnya ke desa lalu tertidur di kuburan itu. Inilah peristiwa
yang dialaminya. Matahari bersiap-siap untuk tenggelam sementara ia masih
tertidur di waktu Dzuhur. Uzair A.s berkata dalam dirinya: Aku tertidur cukup
lama. Barangkali sejak Dzuhur sampai Maghrib. Malaikat yang diutus oleh Allah
Swt membangunkannya dan bertanya: “Berapa lama kamu tinggal di sini?”
Malaikat bertanya kepadanya: “Berapa jam engkau tidur?”
Uzair A.s menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau
setengah hari.”
Malaikat yang mulia itu berkata kepadanya: “Sebenarnya
kamu tinggal di sini selama seratus tahun lamanya. Engkau tidur selama seratus
tahun. Allah Swt mematikanmu lalu menghidupkanmu agar engkau mengetahui jawaban
dari pertanyaanmu ketika engkau merasa heran dari kebangkitan yang dialami oleh
orang-orang yang mati.”
Uzair A.s merasakan keheranan yang luar biasa sehingga
tumbuhlah keimanan pada dirinya terhadap kekuasaan Al-Khaliq (Sang Pencipta).
Malaikat berkata sambil menunjuk makanan Uzair A.s: “Lihatlah kepada makanan
dan minumanmu yang belum berubah.”
Uzair A.s melihat buah Tiin itu lalu ia mendapatinya
seperti semula di mana warnanya tidak berubah dan rasanya pun tidak berubah.
Telah berlalu seratus tahun tetapi bagaimana mungkin makanan itu tidak berubah?
Lalu Uzair A.s melihat piring yang disitu ia memeras buah
anggur dan meletakkan didalamnya roti yang kering, dan ia mendapatinya seperti
semula dimana minuman anggur itu masih layak untuk diminum dan roti pun masih
tampak seperti semula, dimana kerasnya dan keringnya roti itu dapat dihilangkan
ketika dicampur dengan perasan anggur. Uzair A.s merasakan keheranan yang luar
biasa, bagaimana mungkin seratus tahun terjadi sementara perasan anggur itu
tetap seperti semula dan tidak berubah. Malaikat merasa bahawa seakan-akan
Uzair A.s masih belum percaya atas apa yang dikatakannya. kerana itu, malaikat
menunjuk keledainya sambil berkata: “Dan lihatlah kepada keledaimu itu (yang
telah menjadi tulang- belulang).”
Uzair A.s pun melihat ke keledainya tetapi ia tidak
mendapati kecuali ia tanah dari tulang-tulang keldainya.
Malaikat berkata kepadanya: “Apakah engkau ingin melihat
bagaimana Allah Swt membangkitkan orang-orang yang mati?
Lihatlah ke tanah yang di situ terletak keledaimu.”
Kemudian malaikat memanggil tulang-tulang keledai itu lalu
atom-atom tanah itu memenuhi panggilan malaikat sehingga ia mulai berkumpul dan
bergerak dari setiap arah lalu terbentuklah tulang-tulang. Malaikat
memerintahkan otot-otot saraf daging untuk bersatu sehingga daging melekat pada
tulang-tulang keledai. Sementara itu, Uzair A.s memperhatikan semua proses itu.
Akhirnya, terbentuklah tulang dan tumbuh di atasnya kulit dan rambut.
Alhasil, keledai itu kembali seperti semula setelah
menjalani kematian. Malaikat memerintahkan agar roh keledai itu kembali
kepadanya dan keledai pun bangkit dan berdiri. Ia mulai mengangkat ekornya dan
bersuara. Uzair A.s menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah Swt tersebut
terjadi didepannya. Ia melihat bagaimana mukjizat Allah Swt yang berupa
kebangkitan orang-orang yang mati setelah mereka menjadi tulang belulang dan
tanah. Setelah melihat mukjizat yang terjadi di depannya, Uzair A.s berkata:
“Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. “
Uzair A.s bangkit dan menunggangi keledainya menuju
desanya. Allah Swt berkehendak untuk menjadikan Uzair A.s sebagai tanda-tanda
kebesaran-Nya kepada masyarakat dan mukjizat yang hidup yang menjadi saksi atas
kebenaran kebangkitan dan hari kiamat. Uzair A.s memasuki desanya pada waktu
Maghrib. Ia tidak percaya melihat perubahan yang terjadi di desanya dimana
rumah-rumah dan jalan-jalan sudah berubah, begitu juga manusia dan anak-anak
yang ditemuinya. Tak seorang pun di situ yang mengenalinya. sebaliknya, ia pun
tidak mengenali mereka. Uzair A.s meninggalkan desanya saat beliau berusia
empat puluh tahun dan kembali kepadanya dan usianya masih empat puluh tahun.
Tetapi desanya sudah menjalani waktu seratus tahun sehingga rumah-rumah telah
hancur dan jalan-jalan pun telah berubah dan wajah-wajah baru menghiasi tempat
itu.
Uzair A.s berkata dalam dirinya: Aku akan mencari seorang
lelaki tua atau perempuan tua yang masih mengingat aku. Uzair A.s terus mencari
sehingga ia menemukan pembantunya yang ditinggalnya saat berusia dua puluh
tahun. Kini, usia pembantu itu mencapai seratus dua puluh tahun di mana
kekuatannya sudah sangat merosot dan giginya sudah ompong dan matanya sudah
lemah.
Uzair A.s bertanya kepadanya: “Wahai perempuan yang baik,
di mana rumah Uzair.”
Wanita itu menangis dan berkata: “Tak seorang pun yang
mengingatinya. Ia telah keluar sejak seratus tahun dan tidak kembali lagi.
Semoga Allah Swt merahmatinya.”
Uzair A.s berkata kepada wanita itu: “Sungguh aku adalah
Uzair. Tidakkah engkau mengenal aku? Allah Swt telah mematikan aku selama seratus
tahun dan telah membangkitkan aku dari kematian.”
wanita itu keheranan dan tidak mempercayai omongan itu.
Wanita itu berkata: “Uzair adalah seseorang yang do’anya dikabulkan. Kalau kamu
memang Uzair, maka berdo’alah kepada Allah Swt agar aku dapat melihat sehingga
aku dapat berjalan dan mengenalmu.”
Lalu Uzair A.s berdo’a untuk wanita itu sehingga Allah Swt
mengembalikan penglihatan matanya dan kekuatannya. Wanita itu pun mengenali
Uzair A.s. Lalu ia segera berlari di negeri itu dan berteriak: “Sungguh Uzair
telah kembali.” Mendengar teriakan wanita itu, masyarakat bingung dan merasa
heran. Mereka mengira bahwa wanita itu telah gila.
Kemudian diadakan pertemuan yang dihadiri orang-orang
pandai dan para ulama. Dalam majelis itu juga dihadiri oleh cucu Uzair A.s
dimana ayahnya telah meninggal dan si cucu itu telah berusia tujuh puluh tahun
sedangkan datuknya, Uzair A.s, masih berusia empat puluh tahun. Di majelis itu
mereka mendengarnya kisah Uzair A.s lalu mereka tidak mengetahui apakah mereka
akan mempercayainya atau mengingkarinya.
Salah seorang yang pandai bertanya kepada Uzair A.s: “Kami
mendengar dari ayah- ayah kami dan kakek-kakek kami bahwa Uzair A.s adalah
seorang Nabi dan ia mampu menghafal Taurat. Sungguh Taurat telah hilang dari
kita dalam peperangan Bukhtunnashr dimana mereka membakarnya dan membunuh para
ulama dan para pembaca Kitab suci itu. Ini terjadi seratus tahun lalu yang
engkau katakan bahwa engkau menjalani kematian atau engkau tidur. Seandainya
engkau menghafal Taurat, niscaya kami akan percaya bahwa engkau adalah Uzair
A.s.”
Uzair A.s mengetahui bahwa tak seorang pun dari Bani
Israil yang mampu menghafal Taurat. Uzair A.s telah menyembunyikan Taurat itu
dari usaha musuh untuk menghancurkannya. Uzair A.s duduk di bawah naungan pohon
sedangkan Bani Israil berada di sekitarnya. Lalu Uzair A.s menghapusnya huruf
demi huruf sampai selesai lalu ia berkata dalam dirinya: Aku sekarang akan
mengeluarkan Taurat yang telah aku simpan. Uzair A.s pergi ke suatu tempat lalu
ia mengeluarkan Taurat dimana kertas yang terisi Taurat itu telah rusak. Ia
mengetahui mengapa Allah Swt mematikannya selama seratus tahun dan
membangkitkannya kembali. Kemudian tersebarlah berita tentang mukjizat Uzair
A.s di tengah-tengah Bani Israil. Mukjizat tersebut membawa fitnah yang besar
bagi kaumnya. Sebagian kaumnya mengklaim bahwa Uzair A.s adalah anak Allah.
Allah Swt berfirman:
“Orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair adalah anak Allah.’”
(QS. Al- Baqarah: 30)
Mula-mula mereka membandingkan antara Musa A.s dan Uzair
A.s dan mereka berkata: “Musa tidak mampu mendatangkan Taurat kepada kita
kecuali di dalam kitab sedangkan Uzair A.s mampu mendatangkannya tanpa melalui
kitab.” Setelah perbandingan yang salah ini, mereka menyimpulkan sesuatu yang
keliru di mana mereka menishbatkan kepada nabi mereka hal yang sangat tidak
benar. Mereka mengklaim bahwa dia adalah anak Tuhan. Maha Suci Allah dari semua
itu:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!