Allah Ta'ala
berfirman yang artinya, "Yang telah menciptakan tujuh langit
berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha
Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu
lihat sesuatu yang tidak seimbang?” Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya
penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan
penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah. Sesungguhnya Kami telah menghiasi
langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu
alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang
menyala-nyala." (QS. Al Mulk: 3-5).
Allah
menjelaskan kebagusan langit ciptaan-Nya. Langit tersebut menjadi indah dan
menawan karena dihiasi dengan bintang-bintang. Bintang dalam ayat di atas
disebutkan berfungsi untuk melempar setan dan sebagai penghias langit. Namun
sebenarnya fungsi bintang masih ada satu lagi. Bintang secara keseluruhan
memiliki tiga fungsi.
Tiga Fungsi Bintang di Langit
Fungsi
pertama: Untuk
melempar setan-setan yang akan mencuri berita langit. Hal ini sebagaimana
terdapat dalam surat Al Mulk,
وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا
لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا
لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
“Dan
Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan
bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al Mulk: 5)
Setan
mencuri berita langit dari para malaikat langit. Lalu ia akan meneruskannya
pada tukang ramal. Akan tetapi, Allah senantiasa menjaga langit dengan percikan
api yang lepas dari bintang, maka binasalah para pencuri berita langit
tersebut. Apalagi ketika diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, langit
terus dilindungi dengan percikan api. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنَّا
كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الآنَ يَجِدْ
لَهُ شِهَابًا رَصَدًا, وَأَنَّا لا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الأرْضِ
أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا
“Dan
sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk
mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barang siapa yang
(mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang
mengintai (untuk membakarnya). Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan
adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi
ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.” (QS. Al Jin: 9-10).
Berita
langit yang setan tersebut curi sangat sedikit sekali. [Lihat I’anatul Mustafid bi Syarh Kitabit Tauhid, Syaikh Sholih bin
Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan, 2/14-15, Terbitan Ulin Nuha, tahun 2003].
Fungsi
kedua:
Sebagai penunjuk arah seperti rasi bintang yang menjadi penunjuk bagi nelayan
di laut.
وَعَلامَاتٍ وَبِالنَّجْمِ
هُمْ يَهْتَدُونَ
“Dan
(Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah
mereka mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl: 16).
Allah
menjadikan bagi para musafir tanda-tanda yang mereka dapat gunakan sebagai
petunjuk di bumi dan sebagai tanda-tanda di langit. [Lihat
I’anatul Mustafid bi Syarh Kitabit
Tauhid, Syaikh Sholih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan, 2/14-15,
Terbitan Ulin Nuha, tahun 2003].
Fungsi
ketiga: Sebagai
penerang dan penghias langit dunia. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,
وَلَقَدْ
زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ
“Sesungguhnya
Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang.” (QS. Al Mulk: 5)
إِنَّا
زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ
“Sesungguhnya
Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang.”
(QS. Ash Shofaat: 6)
Mengenai
surat Al Mulk ayat 5, ulama pakar tafsir –Qotadah As Sadusiy- mengatakan,
إن
الله جلّ ثناؤه إنما خلق هذه النجوم لثلاث خصال: خلقها زينة للسماء الدنيا، ورجومًا
للشياطين، وعلامات يهتدي بها ؛ فمن يتأوّل منها غير ذلك، فقد قال برأيه، وأخطأ
حظه، وأضاع نصيبه، وتكلَّف ما لا علم له به.
“Sesungguhnya
Allah Ta’ala hanyalah menciptakan bintang untuk tiga tujuan: [1] sebagai
hiasan langit dunia, [2] sebagai pelempar setan, dan [3] sebagai penunjuk arah.
Barangsiapa yang meyakini fungsi bintang selain itu, maka ia berarti telah
berkata-kata dengan pikirannya semata, ia telah mendapatkan nasib buruk,
menyia-nyiakan agamanya (berkonsekuensi dikafirkan) dan telah menyusah-nyusahkan
berbicara yang ia tidak memiliki ilmu sama sekali.” [Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir Ath
Thobariy dalam Jami’il Bayan fii
Ta’wilil Qur’an, 23/508, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, 1420 H.
Syaikh Musthofa Al ‘Adawiy mengatakan bahwa sanadnya hasan. Lihat Tafsir Juz
Tabaarok, Syaikh Musthofa Al ‘Adawiy, hal. 20, Maktabah Makkah, cetakan
pertama, tahun 1423 H].
Dari
sini Qotadah melarang mempelajari kedudukan bintang, begitu pula Sufyan bin
‘Uyainah tidak memberi keringanan dalam masalah ini. [Disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin
‘Abdul Wahab dalam Kitabut Tauhid].
Ilmu yang Mempelajari Posisi Benda Langit
Ada
dua ilmu yang mempelajari posisi benda langit yaitu ilmu astronomi (ilmu
tas-yir) dan ilmu astrologi (ilmu ta’tsir).
Pertama:
Ilmu astronomi (ilmu tas-yir)
Astronomi,
yang secara etimologi berarti "ilmu bintang" adalah ilmu yang
melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar bumi dan
atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi
benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga proses yang
melibatkan mereka.
Astronomi
adalah salah satu di antara sedikit ilmu pengetahuan dimana amatir masih
memainkan peran aktif, khususnya dalam hal penemuan dan pengamatan fenomena sementara.
Astronomi jangan dikelirukan dengan astrologi, yaitu ilmu semu yang
mengasumsikan bahwa takdir manusia dapat dikaitkan dengan letak benda-benda
astronomis di langit. Meskipun memiliki asal-muasal yang sama, kedua bidang ini
sangat berbeda. Astronom menggunakan metode ilmiah, sedangkan astrolog tidak.
Kedua:
Ilmu astrologi (ilmu ta’tsir)
Astrologi
adalah ilmu yang menghubungkan antara gerakan benda-benda tata surya (planet,
bulan dan matahari) dengan nasib manusia. Karena semua planet, matahari dan
bulan beredar di sepanjang lingkaran ekliptik, otomatis mereka semua juga
beredar di antara zodiak. Ramalan astrologi didasarkan pada kedudukan
benda-benda tata surya di dalam zodiak.
Seseorang
akan menyandang tanda zodiaknya berdasarkan kedudukan matahari di dalam zodiak
pada tanggal kelahirannya. Misalnya, orang yang lahir awal desember akan
berzodiak Sagitarius, karena pada tanggal tersebut Matahari berada di wilayah
rasi bintang Sagitarius. Kedudukan Matahari sendiri dibedakan antara waktu
tropikal dan waktu sideral yang menyebabkan terdapat dua macam zodiak, yaitu
zodiak tropikal dan zodiak sideral. Sebagian besar astrologer Barat menggunakan
zodiak tropikal.
Di
bola langit terdapat garis khayal yang disebut dengan lingkaran ekliptika. Jika
diamati dari bumi, semua benda tatasurya (planet, Bulan dan Matahari) beredar
di langit mengelilingi lingkaran ekliptika. Keistimewaan dari keduabelas zodiak
dibanding rasi bintang lainnya adalah semuanya berada di wilayah langit yang
memotong lingkaran ekliptika. Jadi dapat disimpulkan zodiak adalah semua rasi
bintang yang berada disepanjang lingkaran ekliptika. Rasi-rasi bintang tersebut
adalah:
1.
Capricornus:
Kambing laut
2.
Aquarius:
Pembawa Air
3.
Pisces:
Ikan
4.
Aries:
Domba
5.
Taurus:
Kerbau
6.
Gemini:
Si Kembar
7.
Cancer:
Kepiting
8.
Leo:
Singa
9.
Virgo:
Gadis Perawan
10.
Libra:
Timbangan
11.
Scorpius:
Kalajengking
12.
Sagitarius
: Si Pemanah
Hukum Mempelajari Ilmu Astronomi dan Ilmu Astrologi
Para
ulama dalam menilai ilmu yang mempelajari kedudukan benda langit ada dua
pendapat:
1.
Pendapat
pertama:
Terlarang mempelajari posisi benda langit. Inilah pendapat Qotadah dan Sufyan
bin ‘Uyainah. Alasan mereka melarang hal ini dalam rangka saddu adz dzari’ah
yaitu menutup jalan dari hal yang dilarang. Mereka khawatir jika kedudukan
bintang tersebut dipelajari, akan diyakini bahwa posisi benda langit
tersebut bisa berpengaruh pada takdir seseorang. Namun pendapat ini adalah
pendapat ulama yang ada di masa silam saja.
2.
Pendapat
kedua:
Tidak mengapa mempelajari posisi benda langit. Yang dibolehkan di sini adalah
ilmu tas-yir (ilmu astronomi). Inilah pendapat Imam Ahmad, Ishaq
bin Rohuyah dan kebanyakan ulama.
Pendapat
kedua inilah yang lebih tepat karena berbagai manfaat yang bisa diperoleh dari
ilmu astronomi dan tidak termasuk sebab yang dilarang. Ilmu tas-yir
(ilmu astronomi) memiliki beberapa manfaat. Di antaranya bisa dipakai untuk
kepentingan agama seperti mengetahui arah kiblat dan waktu shalat. Atau untuk
urusan dunia seperti mengetahui pergantian musim. Ini semua termasuk ilmu hisab
dan dibolehkan. [Lihat
Mutiara Faidah Kitab Tauhid,
Abu ‘Isa ‘Abdullah bin Salam, hal. 167-168, Pustaka Muslim, cetakan pertama,
1428 H dan I’anatul Mustafid bi Syarh
Kitabit Tauhid, 2/18].
Sedangkan
yang terlarang untuk dipelajari adalah ilmu yang pertama yang disebut dengan ilmu
ta’tsir (ilmu astrologi). Dalam ilmu astrologi, ada keyakinan bahwa
posisi benda-benda langit berpengaruh pada nasib seseorang. Padahal tidak ada
kaitan ilmiah antara posisi benda langit dan nasib seseorang. Inilah yang
keliru.
Jadi,
yang terlarang dipelajari adalah ilmu ta’tsir (astrologi). Sedangkan ilmu
tas-yir (astronomi) adalah ilmu yang sangat membantu kehidupan sehingga
tidaklah mengapa untuk dipelajari.
Keyakinan Terhadap Zodiak dan Ramalan Bintang
Ada
tiga macam keyakinan yang dimaksud dan ketiga-tiganya
haram.
Pertama: Keyakinan bahwa posisi
benda langit yang menciptakan segala kejadian yang ada di alam semesta dan
segala kejadian berasal dari pergerakan benda langit.
Keyakinan
semacam ini adalah keyakinan yang dimiliki oleh Ash Shobi-ah. Mereka
mengingkari Allah sebagai pencipta. Segala kejadian yang ada diciptakan oleh
benda langit. Pergerakan benda langit yang ada dapat diklaim menimbulkan
kejadian baik dan buruk di alam semesta. Keyakinan semacam ini adalah keyakinan
yang kufur berdasarkan kesepakatan para ulama.
Kedua: Keyakinan bahwa posisi
benda langit yang ada hanyalah sebagai sebab (ta’tsir) dan benda
tersebut tidak menciptakan segala kejadian yang ada. Yang menciptakan setiap
kejadian hanyalah Allah, sedangkan posisi benda langit tersebut hanyalah sebab
semata.
Keyakinan
semacam ini juga tetap keliru dan termasuk syirik ashgor. Karena Allah sendiri
tidak pernah menjadikan benda langit tersebut sebagai sebab. Allah pun tidak
pernah menganggapnya punya kaitan dengan kejadian yang ada di muka bumi,
seperti turunnya hujan dan bertiupnya angin. Semua ini kembali pada pengaturan
Allah dan atas izin-Nya, dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan kedudukan
benda langit yang ada. Allah hanya menciptakan bintang untuk tiga tujuan
sebagaimana telah dikemukakan di atas.
Ketiga: Posisi benda langit
sebagai petunjuk untuk peristiwa masa akan datang. Keyakinan semacam ini
berarti mengaku-ngaku ilmu ghoib. Ini termasuk perdukunan dan sihir. Perbuatan
semacam ini termasuk kekufuran berdasarkan kesepakatan para ulama. [Lihat I’anatul Mustafid bi Syarh Kitabit Tauhid, 2/17].
Intinya,
ketiga keyakinan di atas adalah keyakinan yang keliru, walaupun hanya
menganggap sebagai sebab atau hanya sebagai ramalan. Namun sayangnya, keyakinan
semacam inilah yang tersebar luas di tengah-tengah masyarakat muslim. Mereka
begitu semangat menikmati ramalan tersebut di majalah, koran, dan di dunia maya
(seperti di situs jejaring sosial yaitu Facebook dan Friendster). Sebagian
mereka pun mempercayai ramalan-ramalan bintang tadi. Apalagi jika memang
ramalan itu pas dengan kondisi keuangan dan asmaranya saat itu. Sungguh, ini
merupakan musibah besar di tubuh umat ini. Membaca sampai membenarkan ramalan
tadi pun dianggap hal lumrah dan tidak bernilai dosa. –Wal ‘iyadzu billah-
Hukum Membaca Zodiak dan Ramalan Bintang
Zodiak
atau ramalan bintang berisi tentang ramalan keadaan asmara, keuangan,
kesuksesan seseorang di masa akan datang. Biasa digambarkan ramalan keadaan
dirinya pada 1 minggu atau sebulan mendatang.
Cara
memperoleh ramalan bintang ini tidak perlu susah payah sampai ke rumah tukang
ramal. Saat ini, setiap orang sudah disuguhkan cara mudah untuk membaca ramalan
bintang melalui majalah, koran atau TV. Bahkan sekarang bisa tinggal ketik
lewat sms dengan format reg spasi, dsb.
Dari
sini perlu diketahui bahwa para ulama seringkali menyamakan hukum membaca
ramalan bintang dengan hukum mendatangi tukang ramal yang mengklaim mengetahui
perkara yang ghoib. Keduanya dinilai sama hukumnya karena sama-sama
mempertanyakan hal ghoib di masa akan datang.
Syaikh
Sholih Alu Syaikh -hafizhohullah- mengatakan, “Jika seseorang membaca
halaman suatu koran yang berisi zodiak yang sesuai dengan tanggal kelahirannya
atau zodiak yang ia cocoki, maka ini layaknya seperti mendatangi dukun.
Akibatnya cuma sekedar membaca semacam ini adalah tidak diterima shalatnya
selama empat puluh hari. Sedangkan apabila seseorang sampai membenarkan ramalan
dalam zodiak tersebut, maka ia berarti telah kufur terhadap Al Qur’an yang
telah diturunkan pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” [Lihat At Tamhid Lisyarh Kitabit Tauhid oleh Syaikh Sholih Alu Syaikh
pada Bab “Maa Jaa-a fii Tanjim”,
hal. 349, Dar At Tauhid, cetakan pertama, tahun 1423 H ].
Intinya,
ada dua rincian hukum dalam masalah ini.
Pertama:
Apabila cuma sekedar membaca zodiak atau ramalan bintang, walaupun tidak
mempercayai ramalan tersebut atau tidak membenarkannya, maka itu tetap haram.
Akibat perbuatan ini, shalatnya tidak diterima selama 40 hari.
Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ
لَيْلَةً
“Barangsiapa
yang mendatangi tukang ramal, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima.”
[HR. Muslim no. 2230, dari
Shofiyah, dari beberapa istri Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam ]. Ini akibat dari cuma
sekedar membaca.
Maksud
tidak diterima shalatnya selama 40 hari dijelaskan oleh An Nawawi: “Adapun
maksud tidak diterima shalatnya adalah orang tersebut tidak mendapatkan pahala.
Namun shalat yang ia lakukan tetap dianggap dapat menggugurkan kewajiban
shalatnya dan ia tidak butuh untuk mengulangi shalatnya.” [Syarh
Muslim, An Nawawi, 14/227, Dar Ihya’ At Turots Al ‘Arobiy, Beirut,
cetakan kedua, tahun 1392 H].
Kedua:
Apabila sampai membenarkan atau meyakini ramalan tersebut, maka dianggap
telah mengkufuri Al Qur’an yang menyatakan hanya di sisi Allah pengetahuan ilmu
ghoib.
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَتَى كَاهِناً
أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ
بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ
عَلَى مُحَمَّدٍ
“Barangsiapa
yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia
berarti telah kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.” [HR. Ahmad no. 9532. Syaikh Syu’aib Al
Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan].
Namun
jika seseorang membaca ramalan tadi untuk membantah dan membongkar
kedustaannya, semacam ini termasuk yang diperintahkan bahkan dapat
dinilai wajib. [Al Qoulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid,
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, 1/330, Maktabah Al ‘Ilmi, cetakan
kedua, tahun 1424 H].
Hukum-hukum
ini juga berlaku untuk ramalan lain selain dengan ramalan bintang.
Syaikh
Sholih Alu Syaikh memberi nasehat, “Kita wajib mengingkari setiap orang yang
membaca ramalan bintang semacam itu dan kita nasehati agar jangan ia sampai
terjerumus dalam dosa. Hendaklah kita melarangnya untuk memasukkan
majalah-majalah yang berisi ramalan bintang ke dalam rumah karena ini sama
saja memasukkan tukang ramal ke dalam rumah. Perbuatan semacam ini termasuk
dosa besar (al kabair) –wal ‘iyadzu billah-. …
Oleh
karena itu, wajib bagi setiap penuntut ilmu agar mengingatkan manusia mengenai
akibat negatif membaca ramalan bintang. Hendaklah ia menyampaikannya dalam
setiap perkataannya, ketika selesai shalat lima waktu, dan dalam khutbah
jum’at. Karena ini adalah bencana bagi umat. Namun masih sangat sedikit yang
mengingkari dan memberi peringatan terhadap kekeliruan semacam ini.” [Lihat At Tamhid Lisyarh Kitabit Tauhid, hal. 349].
Dari
sini, sudah sepatutnya seorang muslim tidak menyibukkan dirinya dengan membaca
ramalan-ramalan bintang melalui majalah, koran, televisi atau lewat pesan
singkat via sms. Begitu pula tidak perlu seseorang menyibukkan dirinya ketika
berada di dunia maya untuk mengikuti berbagai ramalan-ramalan bintang yang ada.
Karena walaupun tidak sampai percaya pada ramalan tersebut, tetap seseorang
bisa terkena dosa jika ia bukan bermaksud untuk membantah ramalan tadi. Semoga
Allah melindungi kita dan anak-anak kita dari kerusakan semacam ini.
Kejadian Masa Akan Datang Menjadi Kekhususan Allah
Ketahuilah,
SAHABAT. Perkara masa akan datang adalah perkara yang menjadi kekhususan Allah
dan menjadi ranah ghoib. Sehingga tidak pantas seorang makhluk pun
menerka-nerka apa yang akan terjadi pada masa akan datang melalui ramalan
bintang, zodiak dan semacamnya [Bukan
termasuk perdukunan adalah perkara yang diketahui melalui penelitian ilmiah,
seperti kapan terjadinya gerhana bulan dan matahari dan bisa ditentukan kapan
tanggal pastinya. Lihat penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin
dalam Al Qoulul Mufid Syarh Kitab
Tauhid]. Begitu
pula tidak boleh mempercayai ramalan-ramalan semacam itu sebagaimana larangan
yang telah kami kemukakan di atas.
Allah Ta’ala
berfirman,
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ
عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ
الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ
مَا فِي الأرْحَامِ
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ
غَدًا وَمَا تَدْرِي
نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ
خَبِيرٌ
“Sesungguhnya
Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah
Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan
mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman:
34)
Disebutkan
pula dalam kitab Shahih Al Bukhari dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَفَاتِحُ الْغَيْبِ
خَمْسٌ
“Kunci
ilmu ghoib itu ada lima.” [HR.
Bukhari no. 4778].
Kemudian
beliau pun membaca firman Allah (yang artinya), “Sesungguhnya Allah, hanya pada
sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat, ... dst”.
Kuncinya: Menyandarkan Diri pada Allah
Cukuplah
seseorang meyakini bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan oleh Allah SWT. Kita
hanya berusaha dan berusaha disertai tawakkal. Dengan cara seperti ini, apa
yang kita inginkan dengan izin Allah dapat tercapai.
Dari
Umar bin Al Khoththob radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
لَوْ
أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا
يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً
”Seandainya
kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian
rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi
hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” [HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim.
Dikatakan shohih oleh Syaikh Al
Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no.310].
Jika
Allah yang jadi sandaran dalam setiap usaha, maka Dia akan mencukupi setiap
hajat. Bukankah Allah Ta’ala Yang Maha Mencukupi berfirman,
وَمَنْ
يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan
barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya.” (QS. Ath Tholaq: 3)
Al
Qurtubi mengatakan, ”Barangsiapa menyerahkan urusannya sepenuhnya kepada
Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya.” [Al Jami’ Liahkamil Qur’an, Al
Qurtubhi, 18/161, Mawqi’ Ya’sub ].
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah membaca ayat di atas kepada Abu Dzar. Lalu beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata kepadanya,
لَوْ
أَنَّ النَّاسَ كُلَّهُمْ أَخَذُوْا بِهَا لَكَفَتْهُمْ
”Seandainya
semua manusia mengambil nasehat ini, itu sudah akan mencukupi mereka.” [HR. Ahmad, Ibnu Majah, An Nasa-i dalam
Al Kubro. Dalam sanad hadits ini terdapat inqitho’ (terputus) sehingga hadits ini adalah hadits yang lemah
(dho’if). Namun makna hadits ini shahih (benar)].
Yaitu
seandainya manusia betul-betul bertakwa dan bertawakkal, maka sungguh Allah
akan mencukupi urusan dunia dan agama mereka. [Lihat
Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu
Rajab Al Hambali, penjelasan hadits no. 49].
Lalu
masihkah terbetik dalam hati kita untuk menggantungkan diri dan percaya pada
ramalan-ramalan, padahal ada Rabb Yang Maha Mencukupi dan Sebaik-baik Tempat
Bergantung?!
Semoga
Allah memberi hidayah demi hidayah. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita
kaum muslimin dan dapat memperbaiki keadaan kita sekalian.
Segala
puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!