Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Selasa, 25 Oktober 2011

Ketika Seorang Wanita Enggan Di Dapur

Selain harus cerdas, Muslimah juga mesti lihai dalam urusan kerumahtanggaan. Seperti Fathimah Radhiyallahu ‘anha (RA), sosok yang cerdas dan jago masak.

Sebut saja namanya Fulanah. Sudah beberapa tahun terakhir gadis yang telah duduk di bangku madrasah aliyah ini sibuk menjalani studi di sebuah pondok pesantren terkenal di Pulau Jawa. Di pesantrennya yang luas itu, Fulanah hidup nyaman. Dia hanya dituntut belajar dan belajar. Tidak perlu pusing memikirkan bagaimana mau makan. Juga tak merasa risau repotnya mencuci pakaian. Wajar saja, orangtuanya memang sudah mengeluarkan anggaran jutaan untuk itu semua.

Agaknya, tradisi di pesantren yang serba tersedia membuat Fulanah secara perlahan-lahan tak nyaman berurusan dengan dapur. Pasalnya, ia sudah terbiasa dibelenggu pada suatu kondisi yang serba instan dan semua langsung tersedia.

Sehingga tak mengherankan ketika sudah berada di rumah, di mana aturan pesantren dianggap tak berlaku lagi, ia lebih enjoy berlama-lama dengan teknologi seperti internet, Facebook, atau BlackBerry-nya ketimbang memasak atau mencuci. Kondisi ini kian diperparah dengan sikap orangtuanya yang kerap memanjakan, serta tidak pernah menyuruh cuci piring atau membantu memasak.

Tentu kondisi ini sebenarnya tidak sehat bagi Fulanah pada kehidupan berikutnya. Situasi di pesantren dan sikap orangtuanya tersebut sedikit banyak akan merugikan dia.

Kebiasaan di pesantren yang berlangsung terus menerus tanpa kendali ini, efeknya bisa jadi akan membuat peserta didik memiliki tradisi pola pikir instanitas (serba tersedia), yaitu tanpa perlu usaha keras, semua sudah tersedia.

Tentu ini dapat menjegal kreativitas dan potensi sang anak, serta membuat malas. Pengaruhnya di masa mendatang pun tak bisa disepelekan. Dalam jangka pendek ini mungkin belum nampak dan tak terasa, tapi yang harus disadari yaitu pengaruhnya lebih kepada mentalitas dan kepribadian.

Bisa jadi salah satunya, akibat dari kebiasaan itu, ketika sudah menikah, atau setidaknya setelah beranjak usia dewasa, si Fulanah belum juga cakap memasak dan tak pintar menyetrika. Dan nyatanya kondisi seperti ini lazim kita temukan di zaman ini.


Demikian pula sikap orangtua yang terlalu memanjakan anak secara berlebihan bisa mengakibatkan si anak hanya mapan secara intelektual, tapi nihil dalam karakter feminitas. Setelah menikah dia akan lebih sibuk beraktivitas di luar rumah ketimbang mengasuh anak-anak.

Padahal memasak dan mengasuh anak sejatinya harus dijaga dan diwariskan karena ia adalah “kodrat” setiap wanita.

Di Mana Keistimewaan Wanita?

Ini hasil riset yang dirilis MarkPlus Insight, berdasarkan analisa hasil riset sindikasi terhadap hampir 1301 responden perempuan di 8 kota besar di Indonesia, berusia 16-50 tahun, yang dilakukan Mei-Juni 2010 lalu. Di sana disebutkan, era modern saat ini telah menjadikan sebagian perempuan Indonesia memiliki kesibukan tinggi di luar rumah sehingga memasak menjadi kegiatan yang tidak dilakukan lagi.

Menurut penelitian itu, beberapa perempuan modern Indonesia bahkan dengan bangga mengakui, mereka tidak bisa masak, atau bisa masak hanya dengan menyontek resep, atau bisanya hanya beli makanan jadi.

Padahal sejatinya sebagaimana tabiat umum di masyarakat kita, selain melahirkan anak, dalam terminologi perempuan timur di Indonesia, memasak menjadi salah satu kodrat perempuan. Dahulu, bahkan jika perempuan akan menikah maka memasak menjadi salah satu persyaratan yang menandakan perempuan tersebut akan menjadi istri yang baik.

Bagi sebagian perempuan modern, begitu MarkPlus Insight mengungkapkan, kegiatan memasak dianggap merepotkan. Sebab, memasak memerlukan berbagai persiapan dan juga membutuhkan perasaan dan kesabaran untuk menggauli, tidak hanya peralatan dan perlengkapan memasak namun juga bahan-bahan yang digunakan.

Bagi perempuan zaman ini, meskipun mereka menyadari keterbatasannya pada keahlian yang sebetulnya merupakan “kodrat” dan bakat perempuan ini, ada indikasi mereka sangat ingin mencoba dan menyajikan yang terbaik untuk keluarga dan lingkungan sekitarnya.

Sehingga tidak berlebihan jika kemudian penelitian ini memuji perempuan yang suka memasak dan menyebut mereka sebagai orang yang istimewa. Istimewa karena mereka luar biasa sibuk, namun sempat untuk memasak dan menghasilkan masakan yang enak. Perempuan seperti ini masuk kategori hebat dan luar biasa.

Belajar dari Fathimah

Sesungguhnya kaum Muslimah memiliki tauladan yang sempurna dalam masalah ini, yaitu Fathimah Az-Zahra. Beliau adalah putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang sangat terkenal kecerdasannya.

Fathimah merupakan sosok Muslimah ideal yang susah ditemukan duanya di zaman ini. Meski ia anak seorang Nabi, sekaligus pembesar lagi berpengaruh seantero Arab kala itu, tapi Fathimah adalah sosok sederhana dan tetap menjadi penggiling gandum, dan tak memiliki pembantu. Dia pun tetap memasak untuk santapan keluarganya.

Fathimah sangat terkesan dengan pesan Rasulullah.

“Ya Fathimah, perempuan yang berkeringat ketika ia menggiling gandum untuk suaminya, maka Allah menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh buah parit.

“Ya Fathimah, perempuan yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir rambut mereka dan mencuci pakaian mereka, maka Allah akan mencatatkan baginya ganjaran pahala orang yang memberi makan kepada seribu orang yang lapar dan memberi pakaian kepada seribu orang yang bertelanjang.”

“Ya Fathimah, perempuan yang menghalangi hajat tetangga-tetangganya, maka Allah akan menghalanginya dari meminum air telaga Kautsar pada hari kiamat.”

Pesan tersebut dipegang teguh oleh Fathimah, sehingga ia menjalani hidup dengan sangat bersahaja.

Maka, saatnya kita, para orangtua, agar tidak lupa untuk melazimkan pendidikan dan memperkenalkan putri putri kita dengan adat kebiasaan ketatabogaan yang mulia ini. Ajaklah mereka ke dapur, kenalkanlah, agar kelak juga ia nyaman berada di sana.


Semoga Bermanfaat....
Silahkan saudara-saudariku yang baik, yang mau share atau co-pas, dengan senang hati. Semoga bermanfaat. Semoga pula Allah Ta'ala berikan pahala kepada yang membaca, yang menulis, yang menyebarkan, yang mengajarkan dan yang mengamalkan… Aamiin, Aamiin, Aamiin ya Alloh ya Rabbal’alamin …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!