Selain harus cerdas, Muslimah juga mesti lihai dalam urusan
kerumahtanggaan. Seperti Fathimah Radhiyallahu ‘anha (RA), sosok yang cerdas
dan jago masak.
Sebut saja namanya Fulanah. Sudah beberapa tahun
terakhir gadis yang telah duduk di bangku madrasah aliyah ini sibuk menjalani
studi di sebuah pondok pesantren terkenal di Pulau Jawa. Di pesantrennya yang
luas itu, Fulanah hidup nyaman. Dia hanya dituntut belajar dan belajar. Tidak
perlu pusing memikirkan bagaimana mau makan. Juga tak merasa risau repotnya
mencuci pakaian. Wajar saja, orangtuanya memang sudah mengeluarkan anggaran
jutaan untuk itu semua.
Agaknya, tradisi di pesantren yang serba tersedia membuat Fulanah secara
perlahan-lahan tak nyaman berurusan dengan dapur. Pasalnya, ia sudah terbiasa
dibelenggu pada suatu kondisi yang serba instan dan semua langsung tersedia.
Sehingga tak mengherankan ketika sudah berada di rumah, di mana aturan
pesantren dianggap tak berlaku lagi, ia lebih enjoy berlama-lama dengan
teknologi seperti internet, Facebook, atau BlackBerry-nya ketimbang memasak
atau mencuci. Kondisi ini kian diperparah dengan sikap orangtuanya yang kerap
memanjakan, serta tidak pernah menyuruh cuci piring atau membantu memasak.
Tentu kondisi ini sebenarnya tidak sehat bagi Fulanah pada kehidupan
berikutnya. Situasi di pesantren dan sikap orangtuanya tersebut sedikit banyak
akan merugikan dia.
Kebiasaan di pesantren yang berlangsung terus menerus tanpa kendali ini,
efeknya bisa jadi akan membuat peserta didik memiliki tradisi pola pikir
instanitas (serba tersedia), yaitu tanpa perlu usaha keras, semua sudah
tersedia.
Tentu ini dapat menjegal kreativitas dan potensi sang anak, serta membuat
malas. Pengaruhnya di masa mendatang pun tak bisa disepelekan. Dalam jangka
pendek ini mungkin belum nampak dan tak terasa, tapi yang harus disadari yaitu
pengaruhnya lebih kepada mentalitas dan kepribadian.
Bisa jadi salah satunya, akibat dari kebiasaan itu, ketika sudah menikah,
atau setidaknya setelah beranjak usia dewasa, si Fulanah belum juga cakap
memasak dan tak pintar menyetrika. Dan nyatanya kondisi seperti ini lazim kita
temukan di zaman ini.
Demikian pula sikap orangtua yang terlalu memanjakan anak secara
berlebihan bisa mengakibatkan si anak hanya mapan secara intelektual, tapi
nihil dalam karakter feminitas. Setelah menikah dia akan lebih sibuk
beraktivitas di luar rumah ketimbang mengasuh anak-anak.
Padahal memasak dan mengasuh anak sejatinya harus dijaga dan diwariskan
karena ia adalah “kodrat” setiap wanita.
Di Mana Keistimewaan Wanita?
Ini hasil riset yang dirilis MarkPlus Insight, berdasarkan analisa hasil
riset sindikasi terhadap hampir 1301 responden perempuan di 8 kota besar di
Indonesia, berusia 16-50 tahun, yang dilakukan Mei-Juni 2010 lalu. Di sana
disebutkan, era modern saat ini telah menjadikan sebagian perempuan Indonesia
memiliki kesibukan tinggi di luar rumah sehingga memasak menjadi kegiatan yang
tidak dilakukan lagi.
Menurut penelitian itu, beberapa perempuan modern Indonesia bahkan dengan
bangga mengakui, mereka tidak bisa masak, atau bisa masak hanya dengan
menyontek resep, atau bisanya hanya beli makanan jadi.
Padahal sejatinya sebagaimana tabiat umum di masyarakat kita, selain
melahirkan anak, dalam terminologi perempuan timur di Indonesia, memasak
menjadi salah satu kodrat perempuan. Dahulu, bahkan jika perempuan akan menikah
maka memasak menjadi salah satu persyaratan yang menandakan perempuan tersebut
akan menjadi istri yang baik.
Bagi sebagian perempuan modern, begitu MarkPlus Insight mengungkapkan,
kegiatan memasak dianggap merepotkan. Sebab, memasak memerlukan berbagai
persiapan dan juga membutuhkan perasaan dan kesabaran untuk menggauli, tidak
hanya peralatan dan perlengkapan memasak namun juga bahan-bahan yang digunakan.
Bagi perempuan zaman ini, meskipun mereka menyadari keterbatasannya pada
keahlian yang sebetulnya merupakan “kodrat” dan bakat perempuan ini, ada
indikasi mereka sangat ingin mencoba dan menyajikan yang terbaik untuk keluarga
dan lingkungan sekitarnya.
Sehingga tidak berlebihan jika kemudian penelitian ini memuji perempuan
yang suka memasak dan menyebut mereka sebagai orang yang istimewa. Istimewa
karena mereka luar biasa sibuk, namun sempat untuk memasak dan menghasilkan
masakan yang enak. Perempuan seperti ini masuk kategori hebat dan luar biasa.
Belajar dari Fathimah
Sesungguhnya kaum Muslimah memiliki tauladan yang sempurna dalam masalah
ini, yaitu Fathimah Az-Zahra. Beliau adalah putri Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, yang sangat terkenal kecerdasannya.
Fathimah merupakan sosok Muslimah ideal yang susah ditemukan duanya di
zaman ini. Meski ia anak seorang Nabi, sekaligus pembesar lagi berpengaruh
seantero Arab kala itu, tapi Fathimah adalah sosok sederhana dan tetap menjadi
penggiling gandum, dan tak memiliki pembantu. Dia pun tetap memasak untuk
santapan keluarganya.
Fathimah sangat terkesan dengan pesan Rasulullah.
“Ya Fathimah, perempuan yang berkeringat ketika ia menggiling gandum
untuk suaminya, maka Allah menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh buah
parit.
“Ya Fathimah, perempuan yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir
rambut mereka dan mencuci pakaian mereka, maka Allah akan mencatatkan baginya
ganjaran pahala orang yang memberi makan kepada seribu orang yang lapar dan memberi
pakaian kepada seribu orang yang bertelanjang.”
“Ya Fathimah, perempuan yang menghalangi hajat tetangga-tetangganya, maka
Allah akan menghalanginya dari meminum air telaga Kautsar pada hari kiamat.”
Pesan tersebut dipegang teguh oleh Fathimah, sehingga ia menjalani hidup
dengan sangat bersahaja.
Maka, saatnya kita, para orangtua, agar tidak lupa untuk melazimkan
pendidikan dan memperkenalkan putri putri kita dengan adat kebiasaan
ketatabogaan yang mulia ini. Ajaklah mereka ke dapur, kenalkanlah, agar kelak
juga ia nyaman berada di sana.
Semoga Bermanfaat....
Silahkan saudara-saudariku yang baik, yang mau share atau co-pas, dengan
senang hati. Semoga bermanfaat. Semoga pula Allah Ta'ala berikan pahala kepada
yang membaca, yang menulis, yang menyebarkan, yang mengajarkan dan yang
mengamalkan… Aamiin, Aamiin, Aamiin ya Alloh ya Rabbal’alamin …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!