"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim,
laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang khusu', laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatanya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar".
(QS. Al-Azhab. 35)
Seorang ibu yang baru
saja melahirkan tampak sedikit kecewa dengan kabar yang baru saja ia diterima
dari seorang suster yang membantu persalinannya. Suster mengatakan bahwa
anaknya yang keempat ini ternyata perempuan lagi.
"Perempuan?"
kening si ibu mengkerut.
"Coba dicek lagi
suster, mungkin suster salah lihat, sebab hasil USG beberapa bulan lalu,
terlihat dalam kandungan saya, anak saya laki-laki!" desak si ibu yang
masih tampak lemah.
"Benar Bu, anak
Ibu perempuan, tidak mungkin salah apa lagi tertukar, karena hanya Ibu saja
yang melahirkan hari ini di sini. Sama saja antara laki-laki dan perempuan Bu.
Yang penting bagaimana Ibu mendidiknya kelak menjadi anak yang sholeh. Di mata
Allah, laki-laki dan perempuan memiliki derajat yang sama." papar
suster dengan bijaksana. Namun sang ibu masih tampak kecewa, hal itu terlihat
jelas dari raut wajahnya.
Di sebuah pusat
perbelanjaan seorang perempuan cantik dengan pakain ketat berdiri di pintu
masuk menawarkan rokok pada setiap laki-laki yang ia temui. Tidak sedikit dari
laki-laki yang ditemuinya itu bukannya membeli rokok yang ditawarkan, namun
hanya menikmati keindahan tubuh dan wajah cantik yang memang disengaja dibuka
oleh para perempuan cantik tersebut. Bahkan tak jarang ada yang sengaja
mencolak-colek. Mereka bisa apa? resiko pekerjaan paling begitu jawab mereka ,
kasihan...
Lain lagi kejadian di
sebuah Program Pascasarjana sebuah Perguruan Tinggi Negeri terkemuka. Seorang
perempuan yang masih sangat muda duduk diantara wisudawan menunggu giliran
mendapatkan ijazah dari rektornya. Kecerdasan dan kepintarannya mengantarkan ia
memiliki kesempatan melanjutkan studi ke tingkat Pascasarjana dengan beasiswa
yang ia dapatkan melalui persaingan yang tidak semua orang dapat
memenangkannya. Orang tua dan sanak keluarganya pun kagum dengan prestasinya.
Gambaran kejadian
pertama menunjukkan betapa dalam masyarakat yang sudah sangat moderen ini masih
saja ada keluarga yang keberatan dengan kelahiran anak perempuan. Seolah-olah
perempuan hanya akan memberatkan beban keluarga saja. Padahal setiap jiwa itu
sudah Allah tentukan rezekinya. Kejadian kedua tidak kalah menyedihkannya,
keberadaan perempuan hanya dijadikan pelengkap berhasilnya sebuah produk
dipasaran.
Namun kita masih
memiliki harapan. Dibalik forum diskusi dan seminar tentang perempuan, dibalik
eksploitasi terhadap fisik perempuan masih ada perempuan muslimah istiqomah
mempertahankan dan menunjukan identitas serta jati dirinya bahwa perempuan juga
bisa berprestasi sama dengan laki-laki. Perempuan bukan penyebab kemiskinan.
Perempuan bukan sekedar pelengkap, apalagi penyedap.
Dalam pandangan Allah,
laki-laki dan perempuan memiliki derajat yang sama. Allah menyediakan bagi
keduanya ampunan dan pahala yang besar. Namun tidak sedikit yang masih
menganggap remeh perempuan, padahal setelah kedatangan Rasulullah, Islam
mengangkat derajat kaum perempuan ke tempat yang sangat terhormat sebagai anak,
istri, ibu dan anggota masyarakat.
Tidak sedikit yang
memuja-muja maupun yang mencela perempuan. Bahkan perempuan disebut-sebut sebagai
sumber kehancuran maupun kesuksesan para pemuka dunia, sehingga muncul ucapan
"dibalik kesuksesan orang-orang besar ada perempuan". Atau bila
seorang pemuka mengalami kehancuran, maka yang muncul adalah ucapan
"selidikilah perempuannya".
Berasal dari sumber yang
sama
"Hai sekalian
manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri, dan darinya Allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,
dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasimu" (QS.4:1)
Perempuan adalah
penyempurna kekurangan yang ada pada diri laki-laki. Begitu juga sebaliknya,
laki-laki diciptakan untuk menyempurnakan kekurangan perempuan. Allah
menjadikan keduanya berpasang-pasangan, agar keduanya merasa tentram dan dapat
berbagi. Tidak ada yang berhak merasa dirinya lebih baik dari yang lainnya.
Laki-laki dan perempuan
berasal dari sumber yang sama. Keduanya di mata Allah memiliki darajat yang
sama. Namun sangat disayangkan masih banyak pandangan negatif terhadap
keberadaan perempuan.
Mereka menganggap
perempuan hanya memiliki sedikit kecakapan. Perempuan hanya dijadikan untuk
memuaskan dahaga seksual. Kehormatanya dapat dimiliki dengan memberinya
sejumlah harta. Dapat ditalak kapan saja, bahkan lebih tragis lagi, perempuan
dianggap sandal jepit yang dapat dipakai dan dilepas kapan saja.
Pandangan jahiliyah ini
masih berkembang di tengah masyarakat. Mereka meminggit para perempuan di
rumah. Tidak boleh keluar dengan alasan apapun termasuk untuk belajar dan
bekerja.
Padahal mencari ilmu
adalah hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan. Bahkan istri Nabi tidak hanya
belajar, tapi beliau juga mengajarkan ilmu-ilmu fiqh dan periwayatan hadis
disamping ahli dalam menciptakan syair, sastra dan ilmu bahasa lainnya.
Rasulullah mengatakan "Janganlah kamu melarang hamba-hamba Allah yang
perempuan untuk mendatangi masjid-masjid Allah" (Hadis Riwayat Muslim).
Dibalik itu, tidak
sedikit perempuan dieksploitasi dan mengeksploitasi dirinya sendiri. Kita lihat
saja iklan-iklan yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan perempuan,
menampilkan perempuan yang membuka aurat. Yang ditonjolkan bukan kualitas
produknya melainkan kesensualan perempuan yang menjadi bintang iklan produk
itu.
Hal ini diakui oleh
mantan pragawati terkenal yang kini mendapat hidayah dari Allah. Betapa
pekerjaannya dulu sebagai pragawati hanya bermanfaat untuk kepentingan pemilik
bisnis fashion dan benar-benar menjauhkan ia dari Allah karena setiap saat
bergelimangan maksiat. Dengan mengenakan busana muslimah, ia kini benar-benar
merasa menjadi perempuan terhormat.
Pandangan Barat dan kaum
feminisme sekarang ini yang memandang perempuan muslimah dikebiri hak dan
kewajibanya sangatlah tidak beralasan. Lupakah kita pada sejarah bahwa sebelum
kedatangan Islam, setiap keluarga malu jika melahirkan anak perempuan. Mereka
tidak segan-segan membunuh bayi perempuan mereka, karena mereka beranggapan
memiliki anak perempuan merupakan aib. Tetapi setelah kedatangan Islam,
semuanya berbalik. Islam menempatkan perempuan pada posisi yang sangat
terhormat.
Laki-laki dan perempuan
berasal dari sumber yang sama. Derajat keduanya sama di sisi Allah. Mereka
memiliki peluang yang sama untuk maju, tumbuh dan berkembang. Jika persamaan
ini yang di kumandangkan kaum feminisme dan Barat, sungguh mereka sanggat
ketinggalan kereta sekali. Persamaan dalam kondisi ini telah menjadi jaminan
Al-Quran.
Perempuan bisa
mendapatkan pendidikan tinggi layaknya laki-laki. Perempuan bisa mencari nafkah
sebagaimana halnya laki-laki. Perempuan bisa menjadi kepala rumah tangga jika
suaminya meninggal. Namun perlu diinggat, ada perbedaan mendasar yang tidak
mungkin bisa dipaksakan untuk sama. Ada tiga hal penting yang tidak akan pernah
mungkin dilakukan laki-laki yaitu mengandung, melahirkan dan menyusui. Realita
ini harus diakui sebagai kodrat dan fitrah.
Allah telah mengangkat
derajat kaum perempuan. Allah telah memuliakan kaum perempuan. Surga terletak
di bawah kaki ibu. Rasul juga menyatakan orang pertama yang harus dihormati itu
adalah perempuan yaitu ibu. Bahkan perempuan sholehah nilainya jauh melebihi
keindahan seluruh isi alam semesta ini.
Karena itu
pengeksploitasian fisik terhadap keberadaan perempuan adalah sebuah kesalahan
besar. Tetapi anehnya, tidak banyak perempuan yang menyadari hal ini. Bahkan
mereka beranggapan hal itu merupakan aktualisasi diri dan prestasi tersendiri
dalam kehidupan mereka, aneh kan!!!.
Eksploitasi terhadap
perempuan
Telinga kita mungkin
sudah kebal mendengar cerita klasik tentang pengeksploitasian fisik perempuan.
Dengan alasan dapat meningkatkan devisa negara, pemerintah tanpa malu
sedikitpun melegalkan ribuan tenaga kerja perempuan meninggalkan keluarga, anak
dan suaminya untuk menjual tenaga sebagai pembantu rumah tangga ke luar negeri.
Mata kita juga mungkin sudah bosan melihat di
media televisi, perempuan tanpa malu bahkan bangga memamerkan tubuhnya,
beradengan mesra dengan orang yang bukan mahramnya, berlenggak-lenggok di atas
cat walk, berpose seronok di majalah porno. Bahkan hati kita mungkin sudah
keras, karena buktinya kita tak mampu berbuat apa-apa atas dilokalisasikannya
sebuah daerah untuk transaksi memuaskan nafsu si hidung belang dimana perempuan
di sana adalah konsumsi utama mereka.
Allah menciptakan
perempuan dengan keindahan fisik dan kelembutan tutur kata. Makanya tidak heran
dikatakan perempuan itu adalah perhiasan dunia Keindahan fisik ini menjadi
komoditas bagi mereka yang hanya mementingkan diri sendiri. Mereka tidak
segan-segan menjadikan fisik perempuan sebagai barang dagangan yang mudah untuk
diperjual belikan, sebagaimana banyak kasus yang terjadi sekarang.
Jika kita berjalan-jalan
di pasar Induk Jakarta Timur, maka akan kita temui banyak sekali
perempuan-perempuan yang bekerja mengangkat barang yang seharusnya bukan
merupakan pekerjaan mereka. Pada pasar yang ramai di malam hari itu akan kita
temui perempuan-perempuan setengah baya yang tetap terjaga menunggu pikulan.
Padahal pada malam hari yang dingin itu alangkah lebih baik bila ia berada di
rumah menemani anak-anaknya, belajar atau istirahat.
Kita mungkin masih ingat
tragedi Kartini, tenaga kerja Indonesia yang hamil di luar nikah di Arab Saudi.
Malang sekali nasibnya. Dia menjual tenaga ke luar negeri, bukan Real yang
didapatnya melainkan hukuman mati yang harus ia hadapi. Tidak saja siksaan
fisik yang dialami perempuan yang tereksploitasi fisiknya tapi juga harga diri
dan kehormatan sering mereka pertaruhkan untuk sekedar dapat menyambung hidup.
Benar-benar tidak adil.
Perempuan-perempuan
berprestasi
Jika kita membalik
lembaran sejarah, kita akan mendapati teladan perempuan-perampuan terhormat,
berprestasi dan memberikan kontribusi terhadap zaman ini. Mereka telah
membuktikan perannya sebagai perempuan yang menjadi teladan tidak hanya pada
zamanya saja tapi juga hingga akhir zaman.
Ummul mukminin pertama,
Khadijah binti Khuwailid. Istri pertama Rasulullah ini telah membuktikan
prestasinya, tidak saja di mata manusia, tapi juga di mata Allah. Ia tidak saja
sebagai istri, tetapi ia adalah seorang pengusaha perempuan yang paling sukses
pada zamannya. Ia adalah perempuan terhormat, lagi kaya raya. Ia perempuan
pertama yang mengimani Rasul di saat yang lain mengingkari. Ia yang membela
perjuangan Rasul disaat yang lain memusuhi.
Kesuksesan bisnis
Khadijah ia gunakan untuk perjuangan dakwah Rasulullah. Tidak terhitung berapa
pengorbanan harta yang telah dikeluarkan Khadijah untuk perjuangan Islam dan
kaum muslimin. Khadijah telah membuktikan perannya sebagai istri yang membantu
perjuangan suaminya untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT.
Dalam bidang pendidikan,
perempuan yang paling antusias menuntut ilmu adalah Aisyah, istri yang paling
dicintai Rasulullah. Ingatannya kuat. Dari beliau para sahabat banyak belajar
hadis dan hukum Islam. Ia adalah seorang perempuan yang sangat pemberani dalam
perang. Allah, Rasul dan para sahabat memberikan kemuliaan kepada beliau.
Dalam sejarah Indonesia
tercatat seorang pahlawan perempuan yang prestasinya terus terukhir sepanjang
zaman. Ia adalah Cut Nyak Din, perempuan Aceh yang mengobarkan semangat jihad
membela tanah air. Disamping memimpin perang, beliau tidak lupa mengajarkan
baca tulis Al-Quran kepada masyarakat. Sebuah sikap yang sulit dicri
tandingannya pada zaman sekarang ini.
Pada abad ke-20 yang
baru saja kita tinggalkan, kita mengenal sosok perempuan cerdas dan memiliki
komitmen kuat terhadap perjuangan Islam. Ia adalah Zainab Al-Ghazali. Tindakan
kejam pemimpin tiran tidak mampu menyurutkan perjuangannya dalam menegakkan
kalimatullah. Tidak gentar meski harus berhadapan dengan binatang buas dalam
penjara pengap yang menjadi hari-harinya semasa di penjara. Perjuangannya tidak
pernah surut walaupun pecutan dan tamparan menjadi selimutnya di penjara.
Pentingnya kesadaran
yang tinggi
Perlu kesadaran yang
tinggi bagi perempuan agar terhindar dari segala bahaya pada zaman yang penuh
fitnah ini, dimana setiap saat perempuan mudah saja tergelincir kepada jurang
kemaksiatan. Kesadaran yang tinggi akan mengantarkan kita kepada kepahaman iman
dan hakikat Islam. Konsekuensinya adalah kita mesti berbuat untuk mencapai
prestasi dan ridha Allah. Kita akan memperbaiki diri dan tingkah laku kita sesuai
dengan tuntutan dan syariat Allah. Kita akan mendidik jiwa dan perasaan kita
agar jangan sampai terpengaruh oleh rayuan dan kemilau dunia yang menipu.
Kesadaran yang tinggi
itu disertai dengan pemahaman terhadap hakekat dan kodrat sebagai perempuan. Kesadaran
yang tinggi merupakan keistimewaan yang tumbuh sejalan dengan pertumbuhan iman,
kemantapan aqidah dan kesadaran hati seseorang akan adanya kiamat dan hari
perhitungan yang menanti setiap saat. Kesadaran yang tinggi itu merupakan
benteng bagi keselamatan diri, aqidah dan jasad. Kesadaran itu akan terefleksi
dalam akhlak, pergaulan dan keistiqomahan dalam menghindari lingkungan yang
tidak baik, serta senantiasa menjadi menebar kebaikan dan mampu menanggulangi
berbagai penyakit yang muncul dalam masyarakat.
Perhiasan dunia
Sebaik-baik perhiasan
dunia adalah perempuan sholehah. Ia adalah harapan agama yang diharapkan dapat
melahirkan generasi rabbani. Perhiasan itu tidak mudah didapat, harganya mahal
dan menjaganya juga tidak mudah. Setiap abdi Allah ingin mendapatkannya, namun
tidak semua bisa memilikinya. Ia memberikan kesejukan dikala hati gersang. Ia
menyegarkan pandangan di kala mata suram.
Perhiasan dunia itu
menampakkan kemuliaan dirinya dalam kehidupan. Bagaikan sekuntum mawar yang
sedang mekar, harumnya tergambar dari pribadinya yang santun. Tunduk
pandangannya, tegas bicaranya. Jika ditinggal di rumah, ia jaga harta suaminya.
Ia didik anak-anaknya. Ia jaga kehormatan diri dan suaminya.
Kesehariannya, ia
selimuti dengan prestasi. Ia senantiasa bekerja keras untuk mendapatkan itu.
Dia tahu mana kegiatan yang di sukai Rabbnya. Ia tidak pernah putus asa. Ia
senantiasa menjaga kesucian dirinya. Tidak mengeksploitasi diri dan
kehormatannya.
Oleh: Yesi Elsandra SE., MSi
penulis adalah Sekertaris Bidang Kewanitaan DPD PK Kota Padang,
Sumatera Barat
Terima
kasih, admin haturkan kepada Yesi Elsandra, SE., MSi yang telah mengirimkan artikel ini
untuk dipublikasikan di blog ruang.berkah
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!