Sudah
sering kita melihat antrian peminta-minta baik yang datang kerumah-rumah, di
tengah jalan ataupun yang sudah punya jadwal mingguan tersendiri yaitu pada
hari jum’ah, tatkala para jamaah bubar dan selesai melaksanakan shalat jum’ah
mereka berbondong-bondong mencegat setiap orang untuk dimintai sedekah dan
anehnya hal ini bukan suatu yang tabu lagi bagi kalangan ummat Islam, Mungkin
karena selalu mendapat santunan yang sudah dapat menutupi sebagian kebutuhan
hidup mereka ditambah mudahnya pekerjaan ini didapatkan sehingga profesi
sebagai pengemis ini pun menjamur dimana-mana bahkan menjadi sumber mata
pencaharian hidup.
Yang sering menimbulkan salah faham adalah adanya ungkapan: “Jangan memberi
sedekah kepada peminta-minta!”, kenapa kita dilarang memberikan sedekah kepada
mereka?, padahal agama selalu menganjurkan untuk selalu memberi sedekah, bahkan
Allah telah menggambarkan betapa besarnya pahala bagi orang yang suka
bersedekah. Sebagaimana firmanNya yang berbunyi.
Artinya:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi
Maha Mengetahui”. (Al-Baqarah: 261).
Islam
mencela pengangguran dan peminta-minta Agama Islam yang bersifat universal
tidak saja berbicara masalah ritual dan spiritual tapi juga menyoroti segala
permasalahan sosial yang selalu dihadapi ummat manusia. Salah satunya adalah
masalah pengangguran dan peminta-minta yang sangat dicela oleh Islam, sebab hal
ini merugikan masyarakat.
Pertama,
pengangguran dan peminta-minta menyebabkan tenaga manusia bersifat konsumtif,
tidak produktif akibatnya mereka menjadi beban masyarakat.
Kedua,
pengangguran dan peminta-minta adalah sumber kemiskinan, sedangkan kemiskinan
merupakan bumi yang subur bagi tumbuh dan berjangkitnya berbagai macam
kejahatan.
Karena
itulah Islam sangat menentang pengangguran dan mencela orang-orang yang tidak
mau bekerja padahal sebenarnya mereka mampu bekerja.
Memberantas kemiskinan
Islam
yang datang sebagai pembebas bagi seluruh ummat manusia selalu menganjurkan
bagi setiap pengikutnya untuk memberikan sedekah, bahkan sedekah dengan
predikat zakatpun sudah menjadi kewajiban. Dan Islam sendiri mempunyai tujuan
tertentu dalam bidang harta dintaranya adalah memberantas kemiskinan secara
bertahap, melarang hidup dalam kehinaan serta mendistribusikan keadilan secara
merata.
Bukan
Tradisi Islam
Islam
mengajarkan kita untuk selalu bersedekah dan memberikan pertolongan kepada
orang yang memerlukan tetapi Islam tidak mengajarkan pengikutnya menjadi
peminta-minta atau pengemis, bahkan Rasulullah sendiri pernah menjelaskan bahwa
orang yang membawa tambang pergi kegunung mencari kayu lalu dijual untuk makan
dan bersedekah lebih baik dari pada meminta-minta kepada orang, sebagaimana
sabdanya yang berbunyi:
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لأَنْ يَأْخُذَ
أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَحْتَطِبُ عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَأْتِيَ رَجُلاً
فَيَسْأَلُهُ أَعْطَاهُ أَوْ مَنَعَهُ. (أخرجه البخاري).
Artinya: “Demi jiwaku yang berada di tanganNya sungguh seseorang yang mengambil tali di antara kalian kemudian dia gunakan untuk mengangkat kayu di atas punggungnya lebih baik baginya daripada ia mendatangi orang kemudian ia meminta-minta kepadanya yang terkadang ia diberi dan terkadang ia tidak diberi olehnya”. (HR. Al-Bukhari).
Dan
beliau juga memberikan uswah kepada kita agar jangan meminta pertolongan selama
kita masih mampu untuk mengerjakannya.
Bukan
berarti kita ingin menghindari kewajiban kita sebagai muslim dan sebagai
makhluk sosial, yang walau bagaimanapun diantara mereka yang meminta-minta
tersebut memang pantas mendapatkan sedekah, tetapi kita hanya berhati-hati agar
jangan sampai terjerumus dan terjebak pada orang-orang yang hanya menggunakan
pekerjaan mengemis sebagai topeng dan menampak luaskan kemiskinan dan terlebih
lagi yang kita takutkan adanya anggapan bahwa Islam adalah agama bagi orang
miskin dan terbelakang.
Oleh
karenanya hendaklah para da’i atau pendakwah Islam tidak hanya membatasi
dakwahnya dalam masalah ritual dan spiritual belaka, karena Islam tidak hanya
terbatas pada hubungan vertikal antara Tuhan dan manusia tapi Islam juga
mengajarkan hubungan horisontal yaitu hubungan antara manusia, sehingga jika
sistem keseimbangan yang diajarkan ini benar-benar diterapkan akan dapat
menciptakan masyarakat yang baik atau baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur.
Kesimpulan
Dari
keterangan-keterangan ini jelaslah saudara-saudara!, bahwa Islam sangat mencela
orang yang tak mau berusaha dan hanya bisa meminta-minta, apalagi dengan
berdalih bahwa pekerjaan mengemis kepengemisan dan kemiskinan itu sudah
ditakdirkan Allah Subhannahu wa Ta'ala . Padahal Rasulullah Shallallaahu alaihi
wa Salam pernah bersabda:
لَوْ
أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ
الطَّيْرَ تَغْدُوْ خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا. (الترمذي وابن ماجه).
Artinya: “Sekiranya kamu bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, tentu Allah memberi rizki kepadamu, seperti halnya Allah memberikan rizki kepada burung yang pergi dalam keadaan lapar, tetapi pulang dalam keadaan kenyang”. (HR. , Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah shahih dan Al-Hakim dari Umat).
Kemudian
bagi orang-orang kaya jangan hanya bisa menumpuk harta dan berfoya-foya tanpa
peduli bahwa di dalam harta mereka terdapat hak peminta-minta dan orang yang
hidup di dalam kekurangan, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh surah
Adz-Dzariyat ayat 19 yang berbunyi:
Artinya:
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang-orang miskin yang meminta dan
orang miskin yang tidak mendapat bagian”. (Adz-Dzariyat: 19).
Bahkan
kalau kita telaah kembali beberapa ayat Al-Qur’an yang turun di Mekkah sangat
mengecam arogansi orang-orang kaya Mekkah yang tidak perduli terhadap fakir,
miskin, dan anak-anak yatim. Allah menegaskan dalam firmanNya:
Artinya:
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?. Itulah orang yang menghardik
anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin”. (Al-Ma’un:
1-3).
Dalam
ayat di atas sangat jelas bahwa orang yang mendustakan agama / hari Qiamat
disejajarkan dengan orang yang mencampakkan anak yatim dan tidak menganjurkan
orang lain untuk menyantuni fakir miskin. Betapa hinanya derajat orang yang
seperti ini dan tak ada tempat yang lebih layak baginya selain kawah api Neraka
yang membara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!