Banyak keutamaan Surat
Al-Fatihah ini dibandingkan dengan surat yang lain dalam Al Qur'an.
Tapi sayangnya, masih
banyak peyimpangan dalam mengamalkan surat ini, terutama di pulau Jawa.
Maklumlah karena pulau jawa adalah basis utama dakwahnya para walisanga.
Dan sangat yakin pula,
para walisanga berdakwah dengan mengislamkan penduduk jawa lewat adat istiadat,
yang otomatis setiap adat pasti ada islamnya.
Hanya surat al-Fatihah
saja yang menjadi salah satu rukun shalat. Tidak sah shalat bagi siapa yang
tidak membaca surat Al-Fatihah.
Surat Al-Fatihah
adalah surat ruqyah, jika ia dibaca atas orang sakit dengan izin Allah SWT, ia
akan sembuh.
Ini karena Nabi SAW
bersabda kepada sebagian sahabatnya yang membacakannya atas orang yang disengat
lebah lalu ia sembuh, "Tidakkah engkau tahu bahwa ia adalah ruqyah."
Praktek-Praktek Baru
Namun disayangkan,
sebagian orang salah dalam mengamalkan surat Al-Fatihah. Mereka menciptakan
praktek-praktek baru dalam beberapa moment sebagai pengagungan surat ini.
Padahal mengamalkan surat ini adalah bagian dari ibadah yang pondasinya adalah
Tauqif Wal Ittiba'. Yakni tidak boleh menetapkan kecuali berdasarkan dalil dan
contoh dari Nabi SAW.
Sesungguhnya kita
diperintahkan untuk mengikuti petunjuk Nabi SAW dan menjauhi perkara-perkara
baru atas nama agama.
Karena Nabi SAW
bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
"Siapa yang
mengada-adakan hal baru dalam urusan kami ini (Islam) yang bukan darinya, maka
dia tertolak." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah SAW
bersabda,
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
"Hendaklah kamu
menjauhi perkara yang diada-adakan. Karena sesungguhnya seburuk-buruk perkara
adalah yang diada-adakan. Setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap
bid’ah adalah sesat." (HR. Abu Dawud)
Nabi
SAW bersabda,
"Hendaklah
kalian mengikuti sunnahku dan sunnah khulafa' rasyidin yang datang sesudahku.
Gigitlah ia dengan gerahammu. Jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang muhdats
(perkara baru dalam urusan dien), karena seburuk-buruk urusan dalam dien adalah
yang muhdats. Dan setiap perkara baru dalam dien adalah bid'ah dan setiap
bid'ah adalah kesesatan." (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan
al-Haakim) dan hadits-hadits yang semakna dengan ini sangat banyak.
Beberapa Penyimpangan yang Terlihat di Masyarakat
Di antara kesalahan
dan penyimpangan yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam berta'amul
dan mengagungkan surat Al-Fatihah adalah sebagai berikut:
1. Membacakan surat
Al-Fatihah atas mayit (ruh fulan).
Perkara ini tidak
pernah diperintahkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Padahal kita
diperintahkan untuk ittiba' (ikut) dan tidak diperintahkan untuk ibtida'
(menciptakan perkara ibadah baru). Sementara keterangan yang berasal dari
beliau dalam urusan ini adalah mendoakan dan memohonkan ampun untuk mayit.
Rasulullah SAW
bersabda sesudah menguburkan mayat,
اِسْتَغْفِرُوا لِأَخِيْكُمْ, وَاسْأَلُوا لَهُ التَّثْبِيْتَ؛ فَإِنَّهُ الآن يُسْأَلُ
"Mintakan ampun
untuk saudaramu dan mohonkan keteguhan untuknya, karena sekarang ia
ditanya." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al-Hakim)
Begitu juga saat
datang berita wafatnya raja Najasyi, maka beliau perintahkan para sahabatnya
untuk memintakan ampun baginya dan tidak memerintahkan untuk membacakan
al-Fatihah, "Mintakan ampun untuk saudara kalian." (HR. al-Bukhari
dan Muslim dari hadits Abu Hurairah ra)
2. Melamar Gadis.
Saat melamar maka dibacakan
surat Al-Fatihah yang diyakini sebagai separoh akad, ini tidak benar.
Tidak ada satu
riwayatpun dari Nabi SAW yang menjelaskannya. Sesungguhnya lamaran hanya
merupakan perjanjian atau kesepakatan untuk melangsungkan akad nikah.
Karenanya, seorang wanita masih sebagai orang lain sehingga dilangsungkannya
akad nikah sehingga ia menjadi istrinya sah.
3. Sebagian orang
menutup shalat dan doa-doa mereka dengan meneriakkan "Al-Fatihah".
Ini tidak pernah ada
contohnya dari Nabi dan para sahabatnya. Jika ini baik dan termasuk ibadah yang
disyariatkan pastinya Nabi dan para sahabatnya telah mengerjakannya. Karena
tidak ada kebaikan kecuali beliau SAW telah tunjukkan, maka jika ini adalah
perkara yang benar-benar baik menurut syariat pasti beliau SAW telah tunjukkan
dengan qaul dan perbuatan.
Syaikh Muhammad bin
Shalih al-Utsaimin berkata,
"Sebagian orang
pada hari ini telah membuat beberapa perkara baru dalam (pengamalan) surat ini,
mereka menutup doa dengan surat Al-Fatihah. Menjadikannya sebagai pembuka dalam
khutbah dan membacanya dalam beberapa event. Ini adalah kesalahan. Misalnya,
engkau temukan apabila seseorang berdoa lalu ia seru orang-orang disekitarnya,
"Al-Fatihah". Yakni, bacalah Al-Fatihah. Sebagian orang memulai
khutbahnya dengan membaca surat Al-Fatihah atau dalam semua acaranya. Ini
adalah kesalahan. Karena ibadah dibangun di atas at-tauqif dan ittiba'."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!