Bismillah
was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, wa ba’du
Yang
seharusnya dilakukan oleh seorang mukmin, ketika dia ingin kentut atau buang
air kecil atau buang air besar, yang menyebabkan dia terganggu, selayaknya
tidak memulai shalat. Namun dia selesaikan hajatnya dulu, lalu berwudhu,
kemudian shalat dengan khusyu hati dan anggota badannya, dan konsentrasi
shalatnya.
Inilah
yang selayaknya dilakukan dilakukan oleh seorang mukmin, sebagaimana sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam :
لا صلاة
بحضرة طعام
ولا وهو
يدافعه الأخبثان
“Tidak
ada shalat ketika makanan sudah dihidangkan atau sambil menahan dua hadas.”
(HR. Ahamd, Muslim, dan Abu Daud)
Maksud
dua hadast adalah keinginan buang hajat, baik kencing atau buang air besar. Dan
kentut semakna dengan dua hal itu. Karena kentut, jika dorongannya sangat kuat,
akan sangat mengganggu orang yang shalat sebagaimana buang air besar atau
kencing.
Apakah
Ini Membatalkan Shalat?
Dalam
Fatwa Syabakah Islamiyah dinyatakan:
Shalat
sambil menahan buang hajat hukumnya makruh dengan sepakat ulama. Bahkan madzhab
dzahiriyah mengatakan, shalatnya tidak sah.
Terdapat
hadist yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang melarang
shalat ketika menahan hajat (kencing dan buang air besar). Semakna dengan hal
ini adalah segala yang bisa mengganggu konsentrasi hati, seperti kentut. Dari
Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
لا صلاة
بحضرة طعام
ولا وهو
يدافعه الأخبثان
“Tidak
ada shalat ketika makanan sudah dihidangkan atau sambil menahan dua hadas.”
(HR. Ahamd, Muslim, dan Abu Daud)
Dari
Abu Darda’ radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan:
من فقه
الرجل إقباله
على حاجته
حتى يقبل
على صلاته
وقلبه فارغ
“Bagian
dari pemahaman seseorang terhadap agama, dia selesaikan semua hajatnya (sebelum
shalat), sehingga dia bisa shalat dan kondisi hatinya tidak terganggu.” (HR.
Bukhari secara muallaq).
(Fatawa
Syabakah Islamiyah, no. 111691)
Ash-Shan’ani
membedakan antara kentut yang kuat (kebelet) dan kentut yang ringan. Ketika
menjelaskan hadis Aisyah di atas, beliau mengatakan:
وَيَلْحَقُ بِهِمَا
مُدَافَعَةُ الرِّيحِ
فَهَذَا مَعَ
الْمُدَافَعَةِ، وَأَمَّا
إذَا كَانَ
يَجِدُ فِي
نَفْسِهِ ثِقَلَ
ذَلِكَ وَلَيْسَ
هُنَاكَ مُدَافَعَةٌ
فَلَا نَهْيَ
عَنْ الصَّلَاةِ
مَعَهُ، وَمَعَ
الْمُدَافَعَةِ فَهِيَ
مَكْرُوهَةٌ، قِيلَ
تَنْزِيهًا لِنُقْصَانِ
الْخُشُوعِ، فَلَوْ
خَشِيَ خُرُوجَ
الْوَقْتِ إنْ
قَدَّمَ التَّبَرُّزَ
وَإِخْرَاجَ الْأَخْبَثِينَ،
قَدَّمَ الصَّلَاةَ،
وَهِيَ صَحِيحَةٌ
مَكْرُوهَةٌ كَذَا
قَالَ النَّوَوِيُّ،
وَيُسْتَحَبُّ إعَادَتُهَا،
وَعَنْ الظَّاهِرِيَّةِ:
أَنَّهَا بَاطِلَةٌ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!