Berbagai
kepercayaan yang muncul sehubungan dengan sakratul maut, di antaranya ada yang
percaya bahwa yang datang adalah sosok orang tua yang telah mati, sosok guru
bagi yang bertariqat, bahkan lebih dari itu ada yang percaya akan dijemput
langsung oleh Allah dalam wujud yang berbeda-beda. Ada yang percaya dalam rupa
diri kita sendiri yang berpayung emas, ada yang percaya dalam wujud cahaya
besar tinggi seperti batang kelapa, dan lain-lain. Di antara yang percaya
seperti ada yang menuntut dan mengamalkan ilmu yang bisa menyelamatkan kita
dari beratnya sakratul maut, agar tidak diganggu oleh setan dan agar
meninggalkan dunia ini dengan selamat di antaranya sahadat batin dan junub.
Sahadat
batin dipercaya sebagai janji kepada Nabi Muhammad SAW berupa bunyi tertentu di
leher ketika sakratul maut. Orang yang mendapat dan mengamalkan ilmu ini tidak
perlu mengucapkan lailaha illallah atau dua kalimat sahadat tetapi diganti
dengan bunyi tersebut. Guru tariqatnya mengajarkan bahwa bunyi itu adalah
sahadat yang asli (sahadatnya sahadat) sedangkan sahadat yang diucapkan itu
hanyalah sebuah kalimat (tidak asli). Barang siapa yang akhir hidupnya berhasil
membunyikan sahadat itu maka akan selamat dan hidup bersama Nabi Muhammad.
Begitupun
halnya junub yang dipercaya sebagai janji kita dengan surga, yaitu berupa
orgasme (keluar mati) ketika sakratul maut. Mereka percaya bahwa orang yang
orgasme ketika sakratul maut akan selamat dan dijamin masuk surga karena itu
sudah menjadi perjanjian dengan surga. Mereka beranggapan bahwa karena mereka
diciptakan melalui orgasme (pancaran mani) maka ia harus tutup hidup ini dengan
orgasme pula.
Benarkah
semua anggapan di atas...???
Allah
dan Rasul-Nya telah memberikan keterangan yang jelas tentang sakratul maut.
Kematian itu diawali dengan sakratul maut, sebagaimna, firman Allah “Dan
datanglah sakratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang selalu kamu lari dari
padanya “(QS. Qaaf : 19 ).
Sakratul
maut adalah roh meninggalkan jazad perlahan-lahan melewati kerongkongan,
“(apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai kekorongkongan dan dia
yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perjalanan (dengan dunia) “(QS. AL
Qiyaamah : 26 dan 28).
Menurut
Al Quran, bahwa “ Apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu,
diwafatkan oleh malaikat-malaikat kami dan malaikat-malaikat itu tidak
melalaikan kewajibannya “Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan,
padahal kamu ketika itu melihat, dan kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu,
tetapi kamu tidak melihat” ( QS. Al Waaqiah : 83-85)
Malaikat
maut itu akan menampakkan dirinya di hadapan orang yang dijemputnya dengan
sosok /rupa yang disesuaikan dengan keadaan roh/amal orang itu. Orang yang
beramal baik akan didatangi oleh malaikat lemah lembut atau berpenampilan yang
baik sedangkan orang yang banyak berdosa akan di datangi oleh malaikat yang
berpenampilan dan berperilaku yang kasar. (QS An Naa’ziaat : 1-2).
Hal ini
diterangkan pula pada ayat lain bahwa “orang-orang yang diwafatkan dalam
keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan “salamun alaikum” masuklah
kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan “(QS. An Naml :
32), atau malaikat itu datang dengan mengatakan “hai jiwa yang tenang,
kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoinya “( QS. Al Fajr
: 27). Orang yang banyak dosa akan didatangi oleh malaikat dengan sosok yang
menakutkan, kasar dan tanpa mengucapkan salam kepada orang yang akan mati.
Kedatangan
malaikat menjelang kematian, dalami setiap manusia, termasuk Nabi Muhammad SAW,
sebagaimana yang di ceritakan oleh istri beliau, Aisyah bahwa pada pagi hari
menjelang wafatnya Rasulullah SAW, Rasulullah SAW bersabda kepada orang-orang
yang menjenguknya : “Keluarlah kalian, ada malaikat yang akan menemuiku “Aisyah
bertanya : “Ini bukan pertanda kedatangan Malaikat Maut? “Beliau menjawab :
“Benar Aisyah, yang datang adalah malaikat Maut pencabut nyawa”. Malaikat maut
meminta izin kepada Rasulullah untuk mencabut nyawanya. Rasulullah SAW bersabda
: “Tahanlah sebentar Jibril datang menemuiku”. Kemudian masuklah malaikat
Jibril, ia berkata : “Allah SWT memberi salam kepadamu, Allah menanyakan
keadaanmu walaupun dia lebih tahu keadaanmu“. Bergembiralah karena Allah ingin
memberikan semua yang telah dijanjikan kepadamu”.
Sepulang
jibril maka datanglah malaikat maut meminta izin kepada Rasulullah. Beliau lalu
mengizinkannya masuk “ya Muhammad, apa yang engkau minta padaku” Rasulullah
menjawab : “Sekarang pertemukanlah aku dengan Tuhanku” Aisyahpun lalu mendekati
Rasulullah lalu menyandarkan kepala beliau di dadanya. Keringat dahi beliau
mengucur dengan derasnya. Aisyah berkata : “Aku belum pernah mencium bau
sewangi keringat Rasulullah. “ya, rasulullah betapa derasnya keringat yang
mengucur dari dahimu” Rasulullah berkata : Aisyah, sesungguhnya roh orang
mukmin keluar bersama keringatnya, sedangkan roh orang kafir keluar di mulutnya
seperti seekor kedelai”(HR.Bukhari).
Setiap
manusia pasti mengalami sakratul maut, termasuk Nabi Muhammad SAW, sebagaimana
yang di ceritakan oleh Asisyah : “Di depan beliau terdapat tabung yang berisi
air maka beliau memasukkan kedua tangannya dan mengusapkan keduanya kewajahnya
sambil berkata: “Tiada Tuhan selain Allah. Sungguh mati itu ada sekaratnya” (
HR. Bukhari)
Rasulullah
SAW pernah menyebut kematian dan kepedihannya. Beliau bersabda: “ kepedihannya
setara dengan tiga ratus pukulan pedang”. Beliau juga pernah di tanya tentang
sakratul maut dan menjawab : “kematian yang paling ringan adalah seperti duri
dalam wol. Tidak dapat di keluarkan duri dalam wol melainkan tercabut juga wol
itu”. Karena beratnya sakratul amut maka Rasulullah selalu berdoa dan menyuruh
kita berdoa memohon keringanan menghadapi sakratul maut. Ucapan terakhir beliau
adalah “Allahumma Firrafiijil ‘a’laa’) wahai Allah dalam teman tertinggi “ ( HR
Bukhari).
Mengenai
rupa/sosok malaikat maut, tidak diterangkan dalam Al Quran dan tidak pula
digambarkan oleh Rasulullah SAW. Namun ada sebuah hadist yang dikutip oleh iman
Al Gazali dalam sebuah kitabnya bahwa Ibrahim berkata kepada malaikat pencabut
nyawa ,” apakah engkau bisa menampakkan rupamu yang sedang menggenggam roh
pendurhaka?” malaikat maut menjawab : “engkau tidak akan mampu memandangnya”.
Ibrahim lalu berkata : “ya, tetapi tampakkanlah kepadaku” lalu malaikat maut
menampakkan rupanya. Kemudian ia menoleh hingga tampaklah seseorang dengan
kulit hitam, rambut berdiri, berbau busuk, dan pakaian hitam keluar dari
mulutnya. Sementara dari bibirnya berkobar api dan keluar asap. Ibrahim
tiba-tiba jatuh pingsang. Kemudian ia sadar, bahwa malaikat maut itu telah kembali
ke dalam rupa semula.
Ibrahim
kemudian bertanya : “Dapatkah engkau perlihatkan kepadaku rupamu ketika
mencabut nyawa orang mukmin?”. “ya, berpalinglah dariku” malaikat maut menjawab
lalu berpalinglah Ibrahim kemudian menoleh, tiba-tiba ia menghadapi seorang
pemuda dengan wajah yang tampan, pakaian bagus, dan wanginya yang harum. Lalu
Ibrahim berkata “Wahai malaikat maut, kalau engkau tidak menemui seorang mukmin
ketika menjelang kematiannya kecuali dengan rupamu saja, niscaya itu memadai
dan dari situ di peroleh kesaksian dua malaikat penjaga.
Riwayat
tersebut diatas walaupun dalam kitab Iman Al Gazali itu tidak di tulis
perawinya namun bisa di terima karena sesuai dengan Al Quran ( QS. An Naazi’aat
: 1-2)
Jika
Nabi dan para wali saja mengalami pedihnya sakratul maut, apa lagi kita yang
selalu berlumuran dosa. Imam Al Gazali mengatakan bahwa bersamaan sakratul maut
itu datanglah berturut-turut kepada kita bencana-bencana yang lain, antara lain
:
a.
Pedihnya pencabutan nyawa
b.
Timbulnya ketakutan dan kenyerian ketika melihat rupa malaikat pencabutnya yang
sedang menggenggam roh seorang hamba pendosa yang orang kuat sekalipun tidak
akan sanggup menandinginya.
c.
Ketika para pendosa melihat tempat mereka di neraka dan ketakutan mereka karena
pemandangan itu, sementara mereka dalam keadaan sekarat. Ruh itu tidak akan
keluar sebelum mendengar perkataan malaikat maut dengan salah satu dari dua
kabar, yaitu kabar akan neraka sebagai tempatnya atau kabar akan surga sebagai
tempatnya. Bagi wali Allah sebagaimana sabda Rasulullah SAW, siapapun kalian
tidak akan keluar dari dunia hingga mengetahui kemana tempat kembalinya dan
sebelum mengetahui tempat duduknya di surga atau di neraka.
Berdasarkan
keterangan-keterangan di atas maka jelaslah bahwa yang datang menemui kita
ketika sakratul maut adalah malaikat maut dengan rupa yang sesuai dengan
keadaan amal atau ruh kita.
Jadi
anggapan sebagai manusia bahwa kita akan didatangi/di jemput oleh roh orang tua
yang telah mati, guru, Nabi apalagi Allah yang menyerupai diri kita adalah
salah/sesat. Allah itu mematikan manusia melalui tangan malaikatnya, yaitu
malaikat maut. Allah itu tidak bisa diserupakan dengan makhluknya ,tidak ada
yang serupa dengannya ( QS. Asy Asyuura : 11 ). Dia tidak dapat dicapai oleh
semua mata (mata jasmani atau rohani), sedang dia dapat melihat semua mata “ (
QS. Al An’aam : 103).
Nabi dan
orang-orang shaleh saja tidak akan bisa melihat Allah. Musa As yang bisa bicara
langsung dengan Allah tidak bisa melihat Allah. ( QS. Al A’raaf : 143).
Rasulullah
yang pernah diundang menghadap Allah (isra’ mi’raj) mengaku tidak melihat
Allah, hanya malihat cahaya ( HR. Bukhari). Yang dilihat Nabi ketika itu hanya
jibril yang asli ( QS. An Najm : 13-17).
Wajah
Allah itu hanya dapat dilihat bila kita berhasil menjadi penghuni surga.
Sebagaimana firmannya, “wajah-wajah para ahli surga pada hari itu berseri-seri
karena dapat melihat kepada Tuhannya” ( QS. Qiamah : 22-23).
Amalan
yang di syariatkan ketika sakratul maut adalah mengucapkan nama Allah atau kalimat
yang mengesakan Allah atau kalimat sahadat. Rasulullah SAW pada akhir hidupnya
mengucapkan kalimat “Allahumma firrafi’ijil a’laa (wahai Allah dalam teman
tertinggi) “ ( HR. Bukhari).
Rasulullah
SAW pernah bersabda bahwa:
“Talginlah
(ajarlah) orang-orang yang sedang sekarat di antara kalian. Kalimat lailaha
illallah” ( HR. Muslim ).
“Barang
siapa yang akhir ucapannya itu : “laa ilaaha illallah” dia akan masuk surga” (
HR. Ahmad dan Abu Daud)
Bagi
umat Islam yang memahami ajaran rasulnya, tentu akan mengamalkan ajaran rasul,
tidak mengajari sesamanya ajaran-ajaran sesat disaat sakratul maut kecuali
kalimat “laa ilaaha illallah”. Dan tidak ada dasar ilmu yang hak atas
kepercayaan dan amalan sahadat batin yang berupa bunyi “Cengukan” di leher atau
orgasme ketika sakratul maut. Sahadat batin mungkin ada kalau mulut kita tidak
sanggup lagi mengucapkan kalimat sahadat, jadi di ucapkan oleh hati kita.
Jadi
pendapat – pendapat yang bertentangan dengan Al Quran atau sunnah rasul tentang
tamu-tamu sakratul maut itu jangan dipercaya dan dijadikan pegangan karena itu
boleh jadi adalah tipu daya setan yang akan menyesatkan kita, apalagi sakratul
maut adalah kesempatan terakhir bagi setan untuk menyesatkan manusia. Dan Allah
sudah menyatakan bahwa” barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang
maha pemurah ( Al Quran) kami akan adakan baginya setan ( yang akan
menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya
“(QS. AZ Zukhruuf : 36).
Ya
Allah, lindungi kami dari tipu daya setan dan golongkan kami bersama
orang-orang beriman dan beramal sholeh. Laa Ilaaha Illallah, tiada tuhan yang
berhak disembah melainkan Allah, tuhan semesta alam, hanya kepada engkau kami
menyembah dan hanya kepada engkau kami memohon pertolongan dan hanya kepada
engkau kami kembali dan berserah diri.
Ya Allah
dzat yang maha pengasih lagi maha penyayang, kabulkan permohonan kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!