Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Rabu, 17 Desember 2014

Isyarat Menjadi Makmum

Pernahkan anda alami atau anda melihat ada laki-laki yang berdiri melaksanakan shalat, kemudian datang wanita ingin menjadi makmum. Maka, apa yang seharusnya dilakukan wanita tersebut agar laki-laki tadi mengetahui bahwa ada yang ingin mengikutinya sehingga dia mengeraskan suaranya?

Mengutamakan shalat berjamaah bukan hanya melipatgandakan pahala ibadah semata, melainkan menjadi sebab turunnya rahmat dan pertolongan Allah ta’ala, terutama dalam gerak langkah kehidupan umat yang mengharapkan ridha Allah menuju baldatun thayyibah wa rabbun ghafuur. Pemimpin yang tidak mengutamakan shalat berjamaah tidak dapat menyatukan hati umatnya dan tidak pula menjadi perantara turunnya rahmat pertolongan Allah bagi umat.

Menepuk pundak merupakan sebuah isyarat yang diberikan oleh orang yang ingin menjadi makmum bagi orang yang sedang shalat sendiri agar ia mengetahui bahwa ada orang yang ingin mengikutinya. Dengan begitu, ia menyesuaikan tata cara shalatnya sebagai imam, misal dengan mengeraskan suara dalam shalat jahriyah (Maghrib, Isya, dan Subuh). Sebenarnya, jika seseorang laki-laki ingin bermakmum kepada orang yang shalat sendirian, tidak perlu menepuk pundak orang itu, tapi cukup langsung berdiri di sebelah kanannya, karena secara langsung sudah membeikan isyarat kepada imam sholat.

Hal itu sesuai dengan hadis Nabi SAW, “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata, ‘Saya tidur di rumah Maimunah (istri Nabi SAW) dan Nabi sedang di sana malam itu. Kemudian, beliau berwudhu dan mendirikan shalat, maka saya berdiri di sebelah kirinya, kemudian Rasulullah SAW memegangku dan menempatkan aku di sebelah kanannya. Dan, beliau shalat 13 rakaat, lalu tidur sampai mengembuskan udara dari mulutnya, dan Nabi SAW jika tidur biasa mengembuskan udara dari mulutnya. Kemudian datang muadzin, maka Nabi SAW keluar dan melaksanakan shalat tanpa berwudhu lagi.’” (HR Bukhari dan Muslim)

“Dari Jabir bin Abdullah ra, ia berkata, ‘Nabi SAW pernah berdiri shalat, kemudian aku datang, lalu aku berdiri di sebelah kirinya, maka beliau memegang tanganku, lantas ia memutarkan aku sehingga ia menempatkan aku di sebelah kanannya. Kemudian, datang Jabbar bin Shakr yang ia langsung berdiri di sebelah kiri Rasulullah SAW. Lalu, beliau memegang tangan kami dan beliau mendorong kami sehingga beliau mendirikan kami di belakangnya.’” ( HR Muslim )

Dari hadist tersebut di atas dapat kita ketahui bahwa para sahabat yang ingin bermakmum kepada Nabi SAW yang sedang shalat sendirian tidak menepuk pundak beliau, tapi langsung berdiri di samping beliau. Dan dengan begitu, beliau pun tahu ada yang ingin menjadi makmum.

Senin, 15 Desember 2014

Abu Bakar dan Umar Saling Berbantah (Al-Hujurat 1-2)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya. Takutlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha Mendengar dan maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menaikkan suaramu di atas suara Nabi. janganlah kamu mengeraskan suara kamu dalam percakapan dengan dia seperti mengeraskan suara kamu ketika bercakap sesama kamu. Nanti hapus amal-amal kamu dan kamu tidak menyadarinya.” (Al-Hujurat 1-2).

Hari itu seperti hari-hari yang lainnya juga. Yang tidak biasa hanyalah rencana kedatangan rombongan Bani Tamim kepada Rasulullah. Ada apakah? Itulah yang menjadi pertanyaan di benak Rasulullah. Tapi Rasulullah tetap saja berlaku tenang.
Dan, saat yang ditunggu-tunggu oleh Rasul pun datang. Kebiasaan Rasul memang selalu mengagungkan tamunya. Jika ia sudah mempunyai janji, maka akan ia dahulukan janji itu. Apalagi jika itu mengenai pertemuan yang sepertinya terasa penting ini.
Rasul mempersilahkan mereka semua duduk dengan tertib. Tak satupun dari tamu itu yang ia lewatkan. Semaunya disalaminya dan mendapat senyuman yang paling lembut. Sahabat-sahabat yang lain sering merasa heran, bagaimana bisa Muhammad menghafal nama-nama orang di dekatnya satu per satu tanpa pernah sekalipun melupakannya? Jika sudah begini, masing-masing mereka selalu menganggap bahwa mereka adalah orang yang paling penting dalam kehidupan Rasul.

Ketika semua sudah duduk dan menyantap hidangan ala kadarnya yang dihidangkan oleh Rasulullah karena itulah yang dipunyainya, maka Rasulullah pun berkata, “Semoga Allah ta’ala senantiasa memberkahi kita semua. Apakah maksud kedatangan kalian ini, wahai sahabat-sahabatku semua?”
“Kami semua baik-baik saja ya Rasulullah. Terima kasih telah menerima kami semua. Sesungguhnya kami sekarang ini sedang berada dalam keadaan yang sangat pelik. Kami membutuhkan bantuanmu sekali, jika engkau sekiranya tidak keberatan.”
Rasulullah mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia menunggu saja.
Salah seorang dari mereka bicara lagi, “Sesungguhnya kami ini hendak memilih pemimpin di antara kami….”
“Dan?” Rasulullah berkata ketika ia tidak melanjutkan bicaranya.
“Dan kami tidak punya pengetahuan yang sebagus engkau. Kami sebelumnya telah berselisih siapa kiranya yang akan dan harus jadi pemimpin kami……”
“Begitu ya….?”
Semua orang diam sekarang. Mereka menundukkan kepala mereka. Ada sejumput perasaan malu karena mereka telah melibatkan Rasul dalam urusan yang tampaknya tidak seberapa itu. Rasul masih terus mengangguk-angguk kepalanya. Beliau terdiam. Cukup lama.
Dan ketika Rasulullah hendak membuka mulut, tiba-tiba Abu bakar yang berada bersama rombongan berkata cukup keras, “Angkat Al-Qa’qa bin Ma’bad sebagai pemimpin!”

Jumat, 21 November 2014

Dari Rumah Ummu Sulaim, r.ha

Ummu Sulaim ar-Rumaisha` binti Milhan al-Anshariyah, bersuamikan Malik bin an-Nashr, dari suaminya ini Ummu Sulaim melahirkan Anas bin Malik. Ummu Sulaim masuk Islam, dia mengajak Malik suaminya tetapi ajakannya ditolak, Malik marah karenanya, kemudian dia meninggalkan Ummu Sulaim dan pergi ke Syam, di sanalah Malik menemui ajal.
  
Ummu Sulaim menjanda, karena kemuliaannya dan keluhurannya, tidak sedikit hati laki-laki yang berhasrat menikahinya, salah satunya adalah pemanah ulung kota Yatsrib (nama lama Madinah) Abu Thalhah.

Abu Thalhah datang melamar Ummu Sulaim. Ummu Sulaim menjawab, "Wahai Abu Thalhah, orang sepertimu tidak pantas ditolak, sayang engkau kafir dan aku seorang muslimah, aku tidak mungkin menikah denganmu." Abu Thalhah menjawab, "Bukan itu maksudmu kan?" Ummu Sulaim berkata, "Lalu apa maksudku?" Abu Thalhah menjawab, "Emas dan perak, kamu memilih orang yang beremas dan berperak lebih dariku" Ummu Sulaim berkata, "Aku tidak berharap emas dan perak, aku ingin Islam darimu. Jika kamu masuk Islam maka itulah maharku, aku tidak minta yang lain." Abu Thalhah menjawab, "Siapa yang menunjukkan Islam kepadaku?" Ummu Sulaim menjawab, "Rasulullah "

Berangkatlah Abu Thalhah menuju Rasulullah , pada saat itu beliau sedang duduk bersama para sahabat. Manakala beliau melihatnya beliau berkata, "Abu Thalhah datang, terlihat cahaya Islam di kedua matanya." Abu Thalhah menyampaikan apa yang diucapkan oleh Ummu Sulaim.

Seterusnya Abu Thalhah menikahinya dengan maskawin keislamannya. Tsabit – Al-Bunani rawi kisah ini dari Anas – berkata, "Kami tidak mengetahui mahar yang lebih agung darinya. Dia rela Islam sebagai maharnya."

Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim, seorang wanita yang bermata indah lagi sipit. Dari pernikahan ini Ummu Sulaim melahirkan seorang anak yang begitu dicintai oleh ayahnya, Abu Thalhah.

Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas berkata, anak laki-laki Abu Thalhah sakit, Abu Thalhah keluar dan anak tersebut wafat, ketika Abu Thalhah pulang, dia bertanya, “"Bagaimana anakku?" Ummu Sulaim, ibu anak itu menjawab, "Wahai Abu Thalhah, sejak dia sakit dia tidak pernah setenang seperti sekarang." Ummu Sulaim menyiapkan makan malam, Abu Thalhah menyantapnya, setelah itu Abu Thalhah menggauli istrinya, setelahnya Ummu Sulaim berkata, “Kuburkanlah anak ini.” Di pagi hari Abu Thalhah datang kepada Nabi , beliau bertanya, “Apakah semalam kamu berhubungan?” Abu Thalhah menjawab, “Ya.” Nabi bersabda, “Ya Allah, berkahilah keduanya.” Maka Ummu Sulaim melahirkan seorang anak laki-laki. Abu Thalhah berkata kepadaku, “Bawalah adikmu ini kepada Nabi .” Sambil memberikan beberapa butir kurma. Nabi bertanya kepada Anas, “Ada sesuatu bersamanya?” Anas menjawab, “Ada beberapa butir kurma.” Lalu Nabi mengambilnya dan mengunyahnya lalu meletakkannya di mulut anak itu, beliau mentahniknya dan menamakannya Abdullah.

Dalam sebuah riwayat al-Bukhari, Ibnu Uyainah berkata, seorang laki-laki Anshar berkata, “Aku melihat sepuluh anak, semuanya hafal al-Qur`an.” Yakni anak Abdullah bin Abu Thalhah.

Rabu, 19 November 2014

Sepuluh Sahabat Yang Dijamin Masuk Surga

Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang petama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan mereka dan mereka ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (Qs At-Taubah : 100)

Berikut ini 10 orang sahabat Rasul yang dijamin masuk surga (Asratul Kiraam).

1. Abu Bakar Siddiq ra.
Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam. Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran (Surah At-Taubah ayat ke-40) sebagaimana berikut : “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya: ”Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadits.

2. Umar Bin Khatab ra.
Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat. Dijaman kekhalifaannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah.

3. Usman Bin Affan ra.
Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannyalah seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam sehingga menjadi sebuah kitab (suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.

Senin, 17 November 2014

Tiga “Bid’ah” Umar bin Al-Khaththab

Pada suatu malam, Khalifah Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu keluar dari rumahnya menuju Masjid Nabawi.
Beliau mendapati berbagai macam orang yang melakukan qiyam Ramadhan:
- Ada yang melakukan qiyam sendirian,
- Ada yang melakukannya berduaan,
- Ada yang melakukannya dalam kelompok yang lebih besar dari itu.
Melihat keadaan yang demikian, maka amirul mukminin Umar radhiyallahu ‘anhu lalu menginstruksikan tiga hal:

1.      Agar semua yang melakukan qiyam dalam banyak jamaah itu disatukan dalam satu jamaah dengan satu imam, dan ditunjuklah Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu sebagai imam, sebab beliaulah yang telah mendapatkan licence dari Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam  sebagai Aqraukum, umat nabi yang paling bagus Qur’annya.
2.      Memajukan waktu pelaksanaannya menjadi setelah shalat Isya’, di mana biasanya, dilakukan setelah tengah malam atau pada sepertiga malam yang terakhir.
3.      Memperpendek tempo waktu pada setiap rakaatnya, di mana pada sebelumnya, tempo waktu rakaat sangat lama, atau istilahnya: “jangan tanyakan lama dan bagusnya”, karena memang luaaaamma dan buaaaaaagus.

Sebagai kompensasi atas “pemendekan” tempo waktu rakaat, maka jumlah rakaat-nya diperbanyak.

Terkait dengan 3 hal ini, amirul mukminin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata: “ni’mal bid’atu hadzihi” sebaik-baik bid’ah adalah hal ini.

Jumat, 31 Oktober 2014

Waspadai Kesesatan Dalam Menghadapi Sakratul Maut

Berbagai kepercayaan yang muncul sehubungan dengan sakratul maut, di antaranya ada yang percaya bahwa yang datang adalah sosok orang tua yang telah mati, sosok guru bagi yang bertariqat, bahkan lebih dari itu ada yang percaya akan dijemput langsung oleh Allah dalam wujud yang berbeda-beda. Ada yang percaya dalam rupa diri kita sendiri yang berpayung emas, ada yang percaya dalam wujud cahaya besar tinggi seperti batang kelapa, dan lain-lain. Di antara yang percaya seperti ada yang menuntut dan mengamalkan ilmu yang bisa menyelamatkan kita dari beratnya sakratul maut, agar tidak diganggu oleh setan dan agar meninggalkan dunia ini dengan selamat di antaranya sahadat batin dan junub.

Sahadat batin dipercaya sebagai janji kepada Nabi Muhammad SAW berupa bunyi tertentu di leher ketika sakratul maut. Orang yang mendapat dan mengamalkan ilmu ini tidak perlu mengucapkan lailaha illallah atau dua kalimat sahadat tetapi diganti dengan bunyi tersebut. Guru tariqatnya mengajarkan bahwa bunyi itu adalah sahadat yang asli (sahadatnya sahadat) sedangkan sahadat yang diucapkan itu hanyalah sebuah kalimat (tidak asli). Barang siapa yang akhir hidupnya berhasil membunyikan sahadat itu maka akan selamat dan hidup bersama Nabi Muhammad.

Begitupun halnya junub yang dipercaya sebagai janji kita dengan surga, yaitu berupa orgasme (keluar mati) ketika sakratul maut. Mereka percaya bahwa orang yang orgasme ketika sakratul maut akan selamat dan dijamin masuk surga karena itu sudah menjadi perjanjian dengan surga. Mereka beranggapan bahwa karena mereka diciptakan melalui orgasme (pancaran mani) maka ia harus tutup hidup ini dengan orgasme pula.

Benarkah semua anggapan di atas...???

Allah dan Rasul-Nya telah memberikan keterangan yang jelas tentang sakratul maut. Kematian itu diawali dengan sakratul maut, sebagaimna, firman Allah “Dan datanglah sakratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang selalu kamu lari dari padanya “(QS. Qaaf : 19 ).

Sakratul maut adalah roh meninggalkan jazad perlahan-lahan melewati kerongkongan, “(apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai kekorongkongan dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perjalanan (dengan dunia) “(QS. AL Qiyaamah : 26 dan 28).

Menurut Al Quran, bahwa “ Apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, diwafatkan oleh malaikat-malaikat kami dan malaikat-malaikat itu tidak melalaikan kewajibannya “Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat, dan kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu, tetapi kamu tidak melihat” ( QS. Al Waaqiah : 83-85)

Malaikat maut itu akan menampakkan dirinya di hadapan orang yang dijemputnya dengan sosok /rupa yang disesuaikan dengan keadaan roh/amal orang itu. Orang yang beramal baik akan didatangi oleh malaikat lemah lembut atau berpenampilan yang baik sedangkan orang yang banyak berdosa akan di datangi oleh malaikat yang berpenampilan dan berperilaku yang kasar. (QS An Naa’ziaat : 1-2).

Hal ini diterangkan pula pada ayat lain bahwa “orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan “salamun alaikum” masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan “(QS. An Naml : 32), atau malaikat itu datang dengan mengatakan “hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoinya “( QS. Al Fajr : 27). Orang yang banyak dosa akan didatangi oleh malaikat dengan sosok yang menakutkan, kasar dan tanpa mengucapkan salam kepada orang yang akan mati.

Sabtu, 25 Oktober 2014

Waspada : Penyataan Allah Bersemayan Di Atas Arsy-Nya

Imam Abu Hanifah (w 150 H) Berkeyakinan "Allah Ada Tanpa Tempat", Tidak Seperti Keyakinan Kaum Wahhabiyyah.. Awas Terkecoh!!

Suatu ketika al-Imam Abu Hanifah ditanya makna "Istawa", beliau menjawab: “Barang siapa berkata: Saya tidak tahu apakah Allah berada di langit atau barada di bumi maka ia telah menjadi kafir. Karena perkataan semacam itu memberikan pemahaman bahwa Allah bertempat. Dan barangsiapa berkeyakinan bahwa Allah bertempat maka ia adalah seorang musyabbih; menyerupakan Allah dengan makhuk-Nya” (Pernyataan al-Imam Abu Hanifah ini dikutip oleh banyak ulama. Di antaranya oleh al-Imam Abu Manshur al-Maturidi dalam Syarh al-Fiqh al-Akbar, al-Imam al-Izz ibn Abd as-Salam dalam Hall ar-Rumuz, al-Imam Taqiyuddin al-Hushni dalam Daf’u Syubah Man Syabbah Wa Tamarrad, dan al-Imam Ahmad ar-Rifa’i dalam al-Burhan al-Mu’yyad).

Di sini ada pernyataan yang harus kita waspadai, ialah pernyataan Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah. Murid Ibn Taimiyah ini banyak membuat kontroversi dan melakukan kedustaan persis seperti yang biasa dilakukan gurunya sendiri. Di antaranya, kedustaan yang ia sandarkan kepada al-Imam Abu Hanifah. Dalam beberapa bait sya’ir Nuniyyah-nya, Ibn al-Qayyim menuliskan sebagai berikut:

“Demikian telah dinyatakan oleh Al-Imam Abu Hanifah an-Nu’man ibn Tsabit, juga oleh Al-Imam Ya’qub ibn Ibrahim al-Anshari. Adapun lafazh-lafazhnya berasal dari pernyataan Al-Imam Abu Hanifah...
bahwa orang yang tidak mau menetapkan Allah berada di atas arsy-Nya, dan bahwa Dia di atas langit serta di atas segala tempat, ...
Demikian pula orang yang tidak mau mengakui bahwa Allah berada di atas arsy, --di mana perkara tersebut tidak tersembunyi dari setiap getaran hati manusia--,...
Maka itulah orang yang tidak diragukan lagi dan pengkafirannya. Inilah pernyataan yang telah disampaikan oleh al-Imam masa sekarang (maksudnya gurunya sendiri; Ibn Taimiyah).

Inilah pernyataan yang telah tertulis dalam kitab al-Fiqh al-Akbar (karya Al-Imam Abu Hanifah), di mana kitab tersebut telah memiliki banyak penjelasannya”.

Jumat, 24 Oktober 2014

Keutamaan Mempunyai Anak Perempuan

“Punya Dua Anak Wanita, Bisa Bertetangga Di Surga Dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam”

Untuk bisa bertetangga dengan beliau disurga tidak mudah, bertetangga di Surga tentu berarti masuk Surga yang tertinggi dan derajat tertinggi dengan beliau di Surga. ini perlu amalan yang agak banyak dan ikhlas.

contohnya kisah sahabat yang ingin bertetangga dengan beliau di surga, tetapi beliau berkata agar sahabat memperbanyak amalannya.

berikut haditsnya.

Dari Robi’ah bin Ka’ab Al Aslami radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ فَقَالَ لِى « سَلْ ». فَقُلْتُ أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِى الْجَنَّةِ. قَالَ « أَوَغَيْرَ ذَلِكَ ». قُلْتُ هُوَ ذَاكَ. قَالَ « فَأَعِنِّى عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ »

“Aku pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku mendatangi beliau dengan membawakan air wudhu dan memenuhi hajat beliau. Lantas beliau bersabda, “Mintalah.” Aku berkata, “Aku meminta padamu supaya dapat dekat denganmu di Surga (kelak).” Beliau berkata, “Atau ada selain itu?” Aku menjawab, “Itu saja yang aku minta.” Beliau bersabda,
“Tolonglah aku dengan engkau memperbanyak sujud.”
(HR. Muslim no. 489).

nah bagi yang sudah punya dua anak wanita, maka kita didik dengan baik, perhatikan dengan benar, karena mendidik anak wanita untuk berhasil dalam agama menurut penjelasan ulama lebih sulit dari mendidik anak laki-laki, karena sifat dasar wanita yang mudah terpengaruh dan silau dengan gemerlap dunia serta “kebengkokan” mereka, pahalanya bisa bertetangga dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di Surga.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ

“Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku” (Anas bin Malik berkata : Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau). (HR Muslim 2631)

Tokoh Tenaga Medis Di Zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam

Jika kita menilik kembali sejarah, maka kita bisa menemukan beberapa Sahabat Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam  yang memiliki andil dalam dunia kesehatan. Walaupun di saat itu belum ada yang benar-benar fokus menjadi dokter atau bidan, kemudian membuka praktek khusus dengan plang nama di rumah mereka. Berikut beberapa dari mereka yang memiliki andil dalam dunia kesehatan.

1.     ’Aisyah binti Abu Bakar radhiallahu ‘anha

‘Aisyah adalah sosok wanita yang cerdas. Kecerdasan beliau diakui oleh banyak para sahabat dan murid-murid beliau.

Az-Zuhri Berkata :
“Apabila ilmu Aisyah dikumpulkan dengan ilmu seluruh para wanita lain, maka ilmu Aisyah lebih utama.” (Siyar A’lam An-Nubala’  2/185)

Atha’ berkata :
 “Aisyah adalah wanita yang paling faqih dan pendapat-pendapatnya adalah pendapat yang paling membawa kemaslahatan untuk umum.” (Siyar A’lam An-Nubala’  2/185)

Kecerdasan ‘Aisyah radhiallahu ‘anha tercermin dari pintarnya ia juga dalam ilmu kedokteran yang membuat orang lain kagum, ia hanya sekedar mendengar dan menyaksikan tanpa ada yang mengajarkan secara langsung.

Hisyam bin Urwah menceritakan dari ayahnya yang berkata :
“Sungguh aku telah bertemu dengan Aisyah, maka aku tidak mendapatkan seorangpun yang lebih pintar darinya tentang Al Qur’an, hal-hal yang fardhu, sunnah, sya’ir, yang paling banyak meriwayatkan, sejarah Arab, ilmu nasab, ilmu ini, ilmu itu dan ilmu qhadi dan ilmu kedokteran, maka aku bertanya kepada beliau, “Wahai bibi, kepada siapa anda belajar tentang ilmu kedokteran?” Maka beliau menjawab, “Tatkala aku sakit, maka aku perhatikan gejala-gejalanya dan aku mendengar dari orang-orang menceritakan perihal sakitnya, kemudian aku menghafalnya.” ( Hilyatul Auliya’ 2/49)

Suatu saat Hisyam bin Urwah berkata kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha :
 “Wahai ibu (ummul mukminin), saya tidak heran/takjub engkau pintar ilmu fiqh karena engkau adalah Istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan anak Abu Bakar. Saya juga tidak heran/takjub engkau pintar ilmu Sya’ir dan sejarah manusia (Arab) karena engkau adalah anak Abu Bakar dan Abu bakar adalah manusia yang paling pandai (mengenai sya’ir dan sejarah Arab). Akan tetapi saya heran/takjub engkau pintar ilmu kedokteran, bagaimana dan darimana engkau mempelajarinya?

Jumat, 17 Oktober 2014

Perbedaan Niat Imam Dan Makmum Masbuk

Fenomena yang sering menimbulkan pertanyaan dikalangan kaum muslimin Indonesia adalah manakala seorang sholat sunnah sendiri, misalnya sholat sunnah ba'diyah, atau sholat fardlu sendiri kemudian datanglah seseorang yang bermakmum kepadanya dengan menepuk pundak si mushalli pertama, sahkah sholat seperti ini? Permasalahan ini dalam kitab fikih dibahas dengan judul perbedaan niat imam dan makmum. Para ulama berbeda pendapat mengenai tata cara sholat seperti itu.

Pendapat pertama adalah madzhab Syafi'I
mengatakan bahwa sah sholat jamaah dengan perbedaan niat imam dan makmum secara mutlak. Jadi meskipun imam sholat sunnah dan makmum sholat fardlu, imam sholat dhuhur dan makmum sholat ashar, imam sholat ada' dan makmum sholat qadla, semuanya sah, asalkan format sholat imam dan makmum sama. Kalau formatnya beda, maka tidak sah, seperti misalnya imam sholat gerhana dan makmum sholat isya', maka tidak diperbolehkan. Madzhab Syafi'I ini merupakan madzhab yang paling longgar.

Pendapat kedua adalah madzhab Maliki
yang mengatakan tidak sah sholat imam dan makmum yang berbeda niatnya, secara mutlak. Mereka yang sholat fradlu tidak boleh bermakmum dengan imam yang sholat sunnah, begitu makmum sholat dhuhur tidak sah bila imamnya sholat selain fardlu. Ini pendapat paling ketat.

Pendapat ketiga adalah madzhab Hanafi
yang mengatakan bahwa boleh orang sholat sunnah di belakang imam yang sholat fardlu tapi tidak sebaliknya. Begitu juga tidak sah sholat makmum yang berbeda dengan sholat imamnya meskipun sama-sama fardlu.

Dalil-dalil:

Dalil pendapat pertama adalah:
1. Hadist riwayat Syafi'I dari Abu Bakrah bahwa Rasulullah s.a.w. keluar untuk mendamaikan satu persengketaan di Bani Sulaim, lalu beliau membagi sahabatnya menjadi dua kelompok, kemudian beliau sholat mengimami dengan kelompok satu, kemudian sholat lagi mengimami dikelompok kedua. Diriwayatkan itu sholat maghrib.
Sangat jelas pada hadist tersebut bahwa Rasulullah mengimami kelompok kedua, padahal beliau telah sholat di kelompok pertama. Berarti sholat Rasulullah sunnah dan sholat makmum fardlu.
2. Hadist riwayat Muslim dari Jabir bin Abdullah bahwa Suatu hari Muadz sholat bersama Rasulullah s.a.w. lalu ia datang ke kaumnya lalu ia mengimami kaumnya sholat Isya' dengan membaca surat Baqarah, lalu seorang lelaki keluar dari jamaah dan menyelesaikan sendiri sholatnya. Orang-orang pun menegurnya "Apakah anda orang manafik?", iapun menjawab "Tidak, aku akan adukan masalah ini kepada Rasulullah". Sesampai kepada Rasulullah, orang itu berkata "Wahai Rasulullah, kami orang-orang bekerja siang, Muzdz telah mengimami kami sholat Isya' telah larut dan membaca surat Baqarah".  Ketika Rasulullah mendengar cerita itu, ditegurnya Muad'z "Apakah angkau orang yang suka membuat fitnah? Mengapa tidak kau baca surat Sabbihis dan Wallaili Idza Yaghsyaa".

Hadist ini juga menunjukkan perbedaan sholat imam dan makmum, dimana Muadz telah sholat Isya bersama Rasulullah lalu menjadi imam di kaumnya. Bagi Muadz sholat sunnah dan bagi kaumnya sholat fardlu.

Jumat, 03 Oktober 2014

Orang Yang Bangkrut Di Akherat

Suatu ketika Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bertanya kepada sahabat-sahabatnya, "Tahukah kalian siapa sebenarnya orang yang bangkrut?" Para sahabat menjawab, "Orang yang bangkrut menurut pandangan kami adalah seorang yang tidak memiliki dirham (uang) dan tidak memiliki harta benda".

Kemudian Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam berkata, "Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari Kiamat membawa pahala shalat, pahala puasa, pahala zakatnya dan pahala hajinya, tapi ketika hidup di dunia dia mencaci orang lain, menuduh tanpa bukti terhadap orang lain, memakan harta orang lain (secara bathil), menumpahkan darah orang lain (secara bathil) dan dia memukul orang lain, Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada orang yang di dzaliminya. Semuanya dia bayarkan sampai tidak ada yang tersisa lagi pahala amal sholehnya. Tetapi orang yang mengadu ternyata masih datang juga. Maka Allah memutuskan agar kejahatan orang yang mengadu dipindahkan kepada orang itu. dan (pada akhirnya) dia dilemparkan ke dalam neraka."

Kata Rasulullah selanjutnya, “Itulah orang yang bangkrut di hari kiamat, yaitu orang yang rajin beribadah tetapi dia tidak memiliki akhlak yang baik. Dia merampas hak orang lain dan menyakiti hati mereka.” (HR Muslim no. 6522, At-Tirmidzi, Ahmad dan lainnya).

Mungkin sebagian kita sudah tau, bahwa puasa, zakat, haji (umrah), shalat dan berbagai ibadah kita serta taubat kita bisa menghapus dosa-dosa kita, tapi tidak semua dosa. Kenapa? Karena Ibadah dan taubat itu hanya bisa menghapus dosa kita kepada Allah subhana wa ta’ala dan belum bisa menghapus dosa kita kepada sesama manusia.

Lalu bagaimana kita menghapus dosa kita kepada sesama manusia? Tentu kita harus minta maaf akan kesalahan kita kepada orang yang kita dzalimi. Begitu pun hutang, apabila sampai ajal kita hutang kita kepada orang lain ada yang belum terbayar, maka itu bisa menjadi ganjalan kita di akhirat.

Lalu dijelaskan bahwa apabila sampai ajal kita tiba kita belum sempat minta maaf pada orang yang kita dzalimi atau pun belum sempat membayar hutang kita, maka di akhirat kita harus membayar itu semua. Lalu dengan apa kita harus membayar  pada saudara kita yang kita dzalimi atau hutangi? Tentu tak bisa lagi dengan harta, karena kita mati tidak membawa harta sepeser pun. Ya, kita hanya membawa amal baik dan amal buruk kita di akherat.

Rabu, 17 September 2014

Kisah Kedermawan Lima Sahabat Rasulullah


“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (Al-Baqarah: 245).

1.  Abu Darda r.a.
Suatu ketika Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam membacakan ayat itu kepada para sahabat. Tiba-tiba Abu Darda r.a. berdiri, ia berkata, “Wahai Rasulullah, benarkah Allah meminta pinjaman kepada kita?” Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menjawab, “Ya, benar.” Abu Darda kembali berkata, “Wahai Rasulullah, apakah Dia akan mengembalikannya kepadaku dengan pengembalian yang berlipat-lipat?” Rasulullah saw. menjawab, “Ya, benar.”
“Wahai Rasulullah, ulurkanlah kedua tangan Anda,” pinta Abu Darda r.a. tiba-tiba. Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam balik bertanya, “Untuk apa?” Lalu Abu Darda menjelaskan, “Aku memiliki kebun dan tidak ada seorang pun yang memiliki kebun yang menyamai kebunku. Kebun itu akan aku pinjamkan kepada Allah.” “Engkau pasti akan mendapatkan tujuh ratus lipat kebun yang serupa, wahai Abu Darda,” kata Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam.

Abu Darda mengucapkan takbir, “Allahu Akbar, Allahu Akbar!” Lantas ia segera pergi ke kebunnya. Ia mendapati istri dan anaknya sedang berada di dalam kebun itu. Saat itu anaknya sedang memegang sebutir kurma yang sedang dimakannya.
“Wahai Ummu Darda, wahai Ummu Darda! Keluarlah dari kebun itu. Cepat. Karena kita telah meminjamkan kebun itu kepada Allah!” teriak Abu Darda.
Istrinya paham betul maksud perkataan suaminya. Maklum, ia seorang muslimah yang dididik langsung oleh Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam. Segera ia beranjak dari posisinya. Ia keluarkan kurma yang ada di dalam mulut anaknya. “Muntahkan, muntahkan. Karena kebun ini sudah menjadi milik Allah subhana wa ta’ala. Ladang ini sudah menjadi milik Allah subhana wa ta’ala.,” ujarnya kepada sang anak.

Senin, 15 September 2014

Sholawat Yang Sah, Waktu Serta Tempat Mengucapkannya

Allah Azza Wajalla berfirman : " Sesungguhnya Allah dan Para Malaikat-MalaikatNya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kepadanya dan ucapkanlah salam kepadanya dengan sungguh-sungguh." (Al-Ahzab:56).

Bersholawat ternyata bukan sekadar bentuk beribadah yang diperintahkah Allah saja, akan tetapi ia sebagai bentuk dari implementasi tauhid. Implementasi ini adalah konsekuensi cinta kita kepada Rosulullah Shollallahu Wa "alaihi Wasallam (Tidak hanya sekadar aku bersaksi Muhammad utusan Allah saja).

Abdurrahman bin Abi Lailah, ia berkata: " Saya berjumpa dengan Ka'ab bin Ujrah, lalu ia berkata: " Maukah aku hadiahkan kepadamu satu hadiah yang aku pernah mendengarnya dari Nabi Shollallahu Wa "alaihi Wasallam?" Jawabku: " Boleh Hadiahkanlah ia kepadaku!' Ia berkata: " Kami (para sahabat) pernah bertanya kepada Rosulullah: ' Bagaimana cara bershalawat kepadamu wahai ahlul bait, karena sesungguhnya Allah telah mengajarkan kepada kami bagaimana caranya memberi salam kepadamu, maka bagaimanakah cara kami bershalawat kepadamu'

Beliau menjawab: Ucapkanlah oleh kalian: " ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA MUHAMMAD WA 'ALA ALI MUHAMMAD KAMA SHOLLAITA 'ALA IBROHIM WA 'ALA ALI IBROHIM INNAKA HAMIDUN MAJID. ALLAHUMMA BAARIK 'ALA MUHAMMAD WA 'ALA ALI MUHAMMAD KAMA BAARAKTA 'ALA IBROHIM WA' ALA ALI IBROHIM INNAKA HAMIDUN MAJID'. ( HR.Al-BUKHORI 3/118, Muslim 2/16 dan lainnya)

Shalawat yang sunnah masih ada 7 lafaz lagi yang berasal dari Rosullallah, baca selanjutnya kitab sifat shalawat dan salam kepada Nabi Shallallahu wa 'Alaihi Wa sallam karya Ustad Abdul Hakim bin Amir Abdat. Juga baca Sifat Shalat Nabi Karya Syaikh Al-Bany. Sebaiknya kaum muslim wajib membelinya agar lafaznya pas, bukan sekadar lafaz latin di atas.

Lafazh bacaan sholawat yang paling ringkas yang sesuai dalil-dalil yang shahih adalah:

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma shollii wa sallim 'alaa nabiyyinaa Muhammad.
"Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi kami Muhammad”.
[SHAHIH. HR. At-Thabrani melalui dua isnad, keduanya baik. Lihat Majma’ Az-Zawaid 10/120 dan Shahih At- Targhib wat Tarhib 1/273].

Kemudian terdapat riwayat-riwayat yang Shahih dalam delapan riwayat, yaitu :

Selasa, 09 September 2014

7 Senjata Mematikan Iblis


Pada suatu hari, iblis berdiri di salah satu sudut Masjidil Haram. Ketika itu, Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam sibuk melakukan thawaf. Setelah selesai thawaf, beliau melihat iblis.

“ ... Hai terkutuk, mengapa engkau kurus kering dan menderita ? ...” ,Tanya Rasulullah.
“ ... Umatmu telah membuat diriku menderita dan tersiksa ...” , jawab Iblis.
“ ... Apa yang dilakukan oleh umatku ? ... ” , kata nabi yg kemudian dijawab iblis ...
" ... Wahai Rasulullah ada beberapa amal yang menjadi 7 senjata mematikan dari pihak mereka , dan telah membuat banyak derita dari kaumku ....”
“ ... Amal dan senjata apa yang telah membuat kaum mu menderita? ...” , tanya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam.

" ... Pertama, tatkala bertemu, mereka saling memberi salam, sedangkan salam salah satu nama Allah.

Kedua, tatkala bertemu, mereka berjabat tangan dan perbuatan ini memiliki pahala besar. Selama mereka belum melepas tangan, rahmat Allah subhana wa ta’ala senantiasa meliputi mereka berdua.

Ketiga, tatkala hendak makan dan memulai pekerjaan, mereka membaca Bismillah. Bacaan itu menghalangiku menikmati makanan dan menjauhkanku dari perbuatannya.

Jumat, 05 September 2014

Tanda Akhir Jaman - Munculnya Terroris (Ashabu Rayati Suud)

Para ulama membagi Tanda-tanda Akhir Zaman menjadi dua. Ada Tanda-tanda Kecil dan ada Tanda-tanda Besar Akhir Zaman. Tanda-tanda Kecil jumlahnya sangat banyak dan datang terlebih dahulu. Sedangkan Tanda-tanda Besar datang kemudian jumlahnya ada sepuluh. Alhamdulillah, Allah sayang sama umat manusia. Sehingga Allah datangkan tanda-tanda kecil dalam jumlah banyak sebelum datangnya tanda-tanda besar. Dengan demikian manusia diberi kesempatan cukup lama untuk merenung dan bertaubat sebelum tanda-tanda besar berdatangan.

Banyak pendapat mengatakan bahwa kondisi dunia dewasa ini berada di ambang datangnya tanda-tanda besar Kiamat. Karena di masa kita hidup dewasa ini sudah sedemikian banyak tanda-tanda kecil yang bermunculan. Praktis hampir seluruh tanda-tanda kecil kiamat yang disebutkan oleh Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sudah muncul semua di zaman kita. Maka kedatangan tanda-tanda besar tersebut hanya masalah waktu. Tanda besar pertama yang bakal datang ialah keluarnya Dajjal. Namun sebagian ulama berpendapat bahwa sebelum munculnya Dajjal harus datang terlebih dahulu Tanda Penghubung antara tanda-tanda kecil kiamat dengan tanda-tanda besarnya. Tanda Penghubung dimaksud ialah diutusnya Al-Mahdi ke muka bumi.

Diriwayatkan Abu Daud, Rasulullah SAW bersabda, ’’Dunia akan dipimpin oleh seseorang dari keluargaku. Namanya sama dengan namaku. Seandainya dunia ini hanya tinggal sehari saja, maka Allah akan panjangkan hari itu, sehingga ia  (Al-Mahdi) akan memimpinnya.’’

Banyak orang berpikir, jika Al-Mahdi datang maka dunia akan tentram dalam sekejap, ia akan mencapai itu dengan dakwah, dan banyak orang ingin menjadi pasukan Al-Mahdi. Namun anggapan tersebut keliru, karena kejayaan Al-Mahdi diperoleh dengan perang, pengikut imam mahdi adalah kelompok-kelompok militan yang berjihad fi sabillillah. Dan kelompok tersebut akan muncul untuk memudahkan kekuasaan Al-Mahdi, kelompok itulah yang di juluki Thaifah Manshurah.

Minggu, 17 Agustus 2014

Tiga Faktor Pembentuk Kepribadian

Imam, Ali r.a pernah berkata :

1. Jadilah manusia yang paling baik disisi Allah SWT
2. Jadilah manusia yang paling buruk dalam pandangan dirimu
3. Jadilah manusia biasa dalam pandangan Orang lain

Syeh Abdul Qadir Jaelani berkata : “ Bila engkau bertemu dengan seseorang, hendaknya engkau memandang dia itu lebih utama daripada dirimu dan katakan dalam hatimu :
“Boleh jadi dia lebih baik disisi Allah daripada diriku ini dan lebih tinggi derajatnya.

Jika orang yang lebih kecil dan lebih muda umurnya daripada dirimu , maka katakanlah dalam hatimu : “ Boleh jadi orang kecil ini tidak banyak berbuat dosa kepada Allah, sedangkan aku adalah orang yang telah banyak berbuat dosa , maka tidak diragukan lagi kalau derajat dirinya jauh lebih baik daripada aku.”

Bila dia orang yang lebih tua, hendaknya engkau mengatakan dalam hati : ”Orang ini telah lebih dahulu beribadah kepada Allah daripada diriku”.
Jika dia orang ‘Alim, maka katakan dalam hatimu : ”Orang ini telah diberi oleh Allah sesuatu yang tidak bisa aku raih, telah mendapatkan apa yang tidak bisa aku dapatkan, telah mengetahui apa yang tidak aku ketahui, dan telah mengamalkan ilmunya”.

Bila dia Orang Bodoh, maka katakan dalam hatimu : Orang ini durhaka kepada Allah karena kebodohannya, sedangkan aku durhaka kepada–NYA, padahal aku mengetahuinya. Aku tidak tahu dengan apa umurku akan Allah akhiri atau dengan apa umur orang bodoh itu akan Allah akhiri (apakah dengan husnul khaitimah atau Su’ul khatimah).

Bila dia orang kafir , maka katakan dalam hatimu : “Aku tidak tahu bisa jadi dia akan masuk islam, lalu menyudahi seluruh amalannya dengan amal shalih, dan bisa jadi aku terjerumus menjadi kafir, lalu menyudahi seluruh amalanku dengan amal yang buruk” (Nauzubillahi min zalik)

Dalam pandangan islam semua manusia itu sama, tidak dibeda-bedakan karena status sosial, harta, tahta, keturunan, atau latar belakang pendidikannya. Manusia yang paling mulia derajatnya disisi Allah adalah yang paling tinggi kadar ketaqwaannya diantara mereka. Oleh karena itu sebagaian ulama berdoa dengan doa berikut :