La Haula Wala Quwwata Illa Billahil Aliyil Adzim - Semoga Jalan Kami Jalan Fisabilillah - (Insya Allah)
Cari Berkah
Tampilkan postingan dengan label Multimedia Hidayah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Multimedia Hidayah. Tampilkan semua postingan
Senin, 23 Desember 2024
Jumat, 20 Desember 2024
Sabtu, 07 Desember 2024
Jumat, 06 Desember 2024
Sabtu, 02 April 2016
Jumat, 01 April 2016
Rabu, 02 Maret 2016
Selasa, 01 Maret 2016
Selasa, 02 Februari 2016
Senin, 01 Februari 2016
Kamis, 01 Oktober 2015
Minggu, 01 Maret 2015
Minggu, 01 Februari 2015
Rabu, 06 November 2013
Tidur (oleh Kiki - Pildacil Cilik)
Surah Al Furqaan 47
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ
لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا
وَالنَّوْمَ
سُبَاتًا وَجَعَلَ النَّهَارَ
نُشُورًا (47)
Kemudian Allah menyebutkan kekuasaan-Nya yang kedua ialah bahwa
Dia menjadikan malam itu bagi manusia bermanfaat seperti manfaatnya pakaian
yang menutup badan dan tidur seperti mati, karena seseorang di waktu tidur
tidak sadar sama sekali, dan anggota badannya berhenti bekerja dengan demikian
dia mendapat istirahat yang sempurna seperti dalam firman-Nya:
وهو الذي يتوفاكم
بالليل
Artinya:
Dan Dia lah yang menidurkan kamu di malam hari. (Q.S. Al An'am:
60)
Dan firman-Nya:
الله يتوفى الأنفس
حين موتها والتي
لم تمت في
منامها
Artinya:
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa
(orang) yang belum mati di waktu tidurnya. (Q.S. Az zumar: 42)
Minggu, 06 Oktober 2013
Hari Perhitungan Amal Manusia (oleh Bunga - Pildacil Cilik)
Berkata
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah : Allah Azza wajalla akan menghisab para makhluk.
Hisab adalah ditampakkannya amalan-amalan hamba kepada-Nya pada hari kiamat.
Dan sungguh al Quran dan as Sunnah, ijma’, dan akal telah menunjukkan hal ini.
Adapun
dalam al Quran, Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Adapun
orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa
dengan pemeriksaan yang mudah,” (al Insyiqaaq: 7-8)
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan
berteriak: “Celakalah aku”. Dan dia
akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala
(neraka).” (al Insyiqaaq: 10-12)
Adapun
dalam as Sunnah maka telah tsabit dari nabi Shallallahu’alaihi wasallam
bahwasanya Allah Subhanahu wata’ala akan menghisab para makhluk. Adapun ijma’
maka sesungguhnya telah sepakat di antara semua umat, bahwasanya Allah
Subhanahu wata’ala akan menghisab para makhluk. Adapun dalam akal maka sangat
jelas karena sesungguhnya kita telah diberi beban syari’at, apakah berupa
amalan yang harus dikerjakan ataupun yang harus ditinggalkan atau yang harus
dipercayai. Maka akal dan hikmah itu menetapkan bahwa seseorang yang diberi
beban syari’at, maka sesungguhnya dia akan dihisab dan dimintai pertanggung
jawaban.
Perkataan
penulis: kholaiq, adalah jamak dari makluk, mencakup setiap makhluk. Akan
tetapi dikecualikan dari makhluk tersebut orang yang masuk surga tanpa hisab
tanpa adzab, sebagaimana hal ini tsabit dalam as shahihain: Bahwasanya nabi
Shallallahu’alaihi wasallam melihat umatnya dan bersama mereka ada 70.000 orang
yang masuk surga tanpa hisab tanpa adzab. Mereka adalah orang yang tidak pernah
minta diruqyah, tidak pernah berobat dengan kai (besi yang dipanaskan hingga
membara), tidak pernah bertathayyur (beranggapan sial dengan sesuatu yang
dilihat atau didengar) dan hanya kepada Rabbnya mereka bertawakkal
[Diriwayatkan Bukhari (6541) dan Muslim (220) dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu.
Hadits
selengkapnya berbunyi sebagai berikut: Husain bin Abdurrahman berkata, “Suatu
ketika aku berada di sisi Said bin Zubair, lalu ia bertanya, “Siapa diantara
kalian melihat bintang yang jatuh semalam?” Kemudian aku menjawab, “aku”
Kemudian kataku, “Ketahuilah, sesungguhnya aku ketika itu tidak sedang
melaksanakan sholat, karena aku disengat kalajengking.” Lalu ia bertanya
kepadaku, “lalu apa yang kau lakukan?” Aku menjawab, “Aku minta diruqyah” Ia
bertanya lagi, “Apa yang mendorong kamu melakukan hal itu?” Aku menjawab,
“yaitu sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Asy Sya’by kepada kami” Ia bertanya
lagi, “Dan apakah hadits yang dituturkan kepadamu itu?” Aku menjawab, “Dia
menuturkan hadits kepada kami dari Buraidah bin Hushaib,
“Tidak boleh Ruqyah kecuali karena ain atau terkena sengatan”.
Jumat, 06 September 2013
Kesesatan Sejarah Natal (oleh Hj. Irena Handono)
Namaku Irene Handono. Aku dibesarkan dalam
keluarga yang rilegius. Ayah dan ibuku merupakan pemeluk Katholik yang taat.
Sejak bayi aku sudah dibaptis, dan sekolah seperti anak-anak lain. Aku juga
mengikuti kursus agama secara privat. Ketika remaja aku aktif di Organisasi
gereja.
Sejak masa kanak-kanak, aku sudah termotivasi
untuk masuk biara. Bagi orang Katholik, hidup membiara adalah hidup yang paling
mulia, karena pengabdian total seluruh hidupnya hanya kepada Tuhan. Semakin aku
besar, keinginan itu sedemikian kuatnya, sehingga menjadi biarawati adalah
tujuan satu-satunya dalam hidupku.
Kehidupanku nyaris sempurna, aku terlahir
dari keluarga yang kaya raya, kalau diukur dari materi. Rumahku luasnya 1000
meter persegi. Bayangkan, betapa besarnya. Kami berasal dari etnis Tionghoa.
Ayaku adalah seorang pengusaha terkenal di Surabaya, beliau merupakan salah
satu donator terbesar gereja di Indonesia. Aku anak kelima dan perempuan
satu-satunya dari lima bersaudara.
Aku amat bersyukur karena dianugrahi banyak
kelebihan. Selain materi, kecerdasanku cukup lumayan. Prestasi akademikku
selalu memuaskan. Aku pernah terpilih sebagai ketua termuda pada salah satu
organisasi gereja. Ketika remaja aku layaknya remaja pada umumnya, punya banyak
teman, aku dicintai oleh mereka, bahkan aku menjadi faforit bagi kawan-kawanku.
Intinya, masa mudaku kuhabiskan dengan penuh
kesan, bermakna, dan indah. Namun demikian aku tidak larut dalam semaraknya
pergaulan muda-mudi, walalupun semua fasilitas untuk hura-hura bahkan foya-foya
ada. Keinginan untuk menjadi biarawati tetap kuat. Ketika aku lulus SMU, aku
memutuskan untuk mengikuti panggilan Tuhan itu.
Tentu saja orang tuaku terkejut. Berat bagi
mereka untuk membiarkan anak gadisnya hidup terpisah dengan mereka. Sebagai
pemeluk Katholik yang taat, mereka akhirnya mengikhlaskannya. Sebaliknya dengan
kakak-kakaku, mereka justru bangga punya adik yang masuk biarawati.
Tidak ada kesulitan ketika aku melangkah ke
biara, justru kemudahan yang kurasakan. Dari banyak biarawati, hanya ada dua
orang biara yang diberi tugas ganda. Yaitu kuliah di biara dan kuliah di
Instituit Filsafat Teologia, seperti seminari yang merupakan pendidikan akhir
pastur. Salah satu dari biarawati yang diberi keistimewaan itu adalah saya.
Dalam usia 19 tahun Aku harus menekuni dua
pendidikan sekaligus, yakni pendidikan di biara, dan di seminari, dimana aku
mengambil Fakultas Comparative Religion, Jurusan Islamologi.
Kamis, 29 Agustus 2013
Kesaksian Pendeta Masuk Islam 2 (oleh Dr. M. Yahya Waloni)
Dr.
Muhammad Yahya Waloni adalah seorang mantan pendeta GKI di Papua, Klasis Raja
Ampat Sorong Irian Jaya Barat. Beliau juga pernah menjabat Ketua/Rektor STT
Calvinis atau Universitas Kristen Papua (UKIP) Sorong. Dan pernah ditugaskan
oleh pihak Gereja Kristen Pemancar Injil (GKPI) Tarakan.
Beliau
menyelesaikan S1 Teologi STT Calvinis Ebenheizer Manado 1996. Tahun 2000
menyelesaikan studi S2 Teologi dan program S3 Filsafat di Institut Theologi
Oikumene Imanuel (ITOI) Manado tahun 2004.
Pada
hari Rabu, 11 Oktober 2006 beliau bersama istri dan tiga putranya secara sah
memeluk agama Islam.
Sebagai
pakar teologi, Pendeta Yahya Yopie Waloni sangat mengetahui teori-teori yang
ada dalam agama Islam. Meskipun masih beragama Kristen, Yahya memandang teori
apa pun yang ada di Islam sangat benar. Islam pun, mampu menceritakan peradaban
dunia dari yang lalu sampai sekarang. Bahkan, agama Kristen diceritakan pula
dalam Islam.
Namun,
menurut pria kelahiran Manado tahun 1970 ini, yang paling membuatnya tunduk
patuh hingga memutuskan untuk masuk Islam pada Oktober 2006 adalah Islam
menunjuk satu individu yang sangat tepat untuk menyebarkan ajarannya. "Ada
satu individu yang membuat saya tunduk dan patuh, dia buta huruf tapi bisa
menyusun Alquran secara sistematis," ujar pria yang mengganti namanya menjadi
M Yahya Waloni setelah memeluk agama Islam itu kepada Republika.
Menurut
suami dari Lusiana (33) yang mengganti namanya menjadi Mutmainnah setelah
memeluk Islam itu, dirinya masuk agama islam karena dari sistematika teori
Islam sudah benar. Sebagai akamdemisi, kata dia, dirinya pun berpikir orang
yang sudah memili teori benar saja bisa salah apalagi yang tidak memiliki teori
yang benar. "Orang Islam yang sudah memiliki teori yang benar saja bisa
salah apalagi yang tidak memiliki teori benar. Jadi, saya mengakui Islam secara
teori dan spiritual," ujar Yahya.
Ketertarikan
Yahya untuk masuk Islam, kata dia, sebenarnya sudah ada sejak kecil, saat
berumur sekitar 14 tahun. Pada usia itu, dirinya sudah ke masjd karena tertarik
melihat banyak orang islam menggunakan pakaian seperti yang digambarkan di
agamanya yaitu baju ikhram. Selain itu, dirinya pun sangat tertarik dengan
gendang yang suka dimainkan di masjid-masjid.
Langganan:
Postingan (Atom)