Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Tampilkan postingan dengan label Multimedia Hidayah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Multimedia Hidayah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 November 2013

Tidur (oleh Kiki - Pildacil Cilik)

Surah Al Furqaan 47

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا وَالنَّوْمَ سُبَاتًا وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا (47)

Kemudian Allah menyebutkan kekuasaan-Nya yang kedua ialah bahwa Dia menjadikan malam itu bagi manusia bermanfaat seperti manfaatnya pakaian yang menutup badan dan tidur seperti mati, karena seseorang di waktu tidur tidak sadar sama sekali, dan anggota badannya berhenti bekerja dengan demikian dia mendapat istirahat yang sempurna seperti dalam firman-Nya: 

وهو الذي يتوفاكم بالليل

Artinya:
Dan Dia lah yang menidurkan kamu di malam hari. (Q.S. Al An'am: 60)


Dan firman-Nya:

الله يتوفى الأنفس حين موتها والتي لم تمت في منامها

Artinya:
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya. (Q.S. Az zumar: 42)

Minggu, 06 Oktober 2013

Hari Perhitungan Amal Manusia (oleh Bunga - Pildacil Cilik)

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah : Allah Azza wajalla akan menghisab para makhluk. Hisab adalah ditampakkannya amalan-amalan hamba kepada-Nya pada hari kiamat. Dan sungguh al Quran dan as Sunnah, ijma’, dan akal telah menunjukkan hal ini.
Adapun dalam al Quran, Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah,” (al Insyiqaaq: 7-8)
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: “Celakalah aku”. Dan dia 
akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (al Insyiqaaq: 10-12)


Adapun dalam as Sunnah maka telah tsabit dari nabi Shallallahu’alaihi wasallam bahwasanya Allah Subhanahu wata’ala akan menghisab para makhluk. Adapun ijma’ maka sesungguhnya telah sepakat di antara semua umat, bahwasanya Allah Subhanahu wata’ala akan menghisab para makhluk. Adapun dalam akal maka sangat jelas karena sesungguhnya kita telah diberi beban syari’at, apakah berupa amalan yang harus dikerjakan ataupun yang harus ditinggalkan atau yang harus dipercayai. Maka akal dan hikmah itu menetapkan bahwa seseorang yang diberi beban syari’at, maka sesungguhnya dia akan dihisab dan dimintai pertanggung jawaban.

Perkataan penulis: kholaiq, adalah jamak dari makluk, mencakup setiap makhluk. Akan tetapi dikecualikan dari makhluk tersebut orang yang masuk surga tanpa hisab tanpa adzab, sebagaimana hal ini tsabit dalam as shahihain: Bahwasanya nabi Shallallahu’alaihi wasallam melihat umatnya dan bersama mereka ada 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab tanpa adzab. Mereka adalah orang yang tidak pernah minta diruqyah, tidak pernah berobat dengan kai (besi yang dipanaskan hingga membara), tidak pernah bertathayyur (beranggapan sial dengan sesuatu yang dilihat atau didengar) dan hanya kepada Rabbnya mereka bertawakkal [Diriwayatkan Bukhari (6541) dan Muslim (220) dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu.

Hadits selengkapnya berbunyi sebagai berikut: Husain bin Abdurrahman berkata, “Suatu ketika aku berada di sisi Said bin Zubair, lalu ia bertanya, “Siapa diantara kalian melihat bintang yang jatuh semalam?” Kemudian aku menjawab, “aku” Kemudian kataku, “Ketahuilah, sesungguhnya aku ketika itu tidak sedang melaksanakan sholat, karena aku disengat kalajengking.” Lalu ia bertanya kepadaku, “lalu apa yang kau lakukan?” Aku menjawab, “Aku minta diruqyah” Ia bertanya lagi, “Apa yang mendorong kamu melakukan hal itu?” Aku menjawab, “yaitu sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Asy Sya’by kepada kami” Ia bertanya lagi, “Dan apakah hadits yang dituturkan kepadamu itu?” Aku menjawab, “Dia menuturkan hadits kepada kami dari Buraidah bin Hushaib,
“Tidak boleh Ruqyah kecuali karena ain atau terkena sengatan”.

Jumat, 06 September 2013

Kesesatan Sejarah Natal (oleh Hj. Irena Handono)

Namaku Irene Handono. Aku dibesarkan dalam keluarga yang rilegius. Ayah dan ibuku merupakan pemeluk Katholik yang taat. Sejak bayi aku sudah dibaptis, dan sekolah seperti anak-anak lain. Aku juga mengikuti kursus agama secara privat. Ketika remaja aku aktif di Organisasi gereja.

Sejak masa kanak-kanak, aku sudah termotivasi untuk masuk biara. Bagi orang Katholik, hidup membiara adalah hidup yang paling mulia, karena pengabdian total seluruh hidupnya hanya kepada Tuhan. Semakin aku besar, keinginan itu sedemikian kuatnya, sehingga menjadi biarawati adalah tujuan satu-satunya dalam hidupku.


Kehidupanku nyaris sempurna, aku terlahir dari keluarga yang kaya raya, kalau diukur dari materi. Rumahku luasnya 1000 meter persegi. Bayangkan, betapa besarnya. Kami berasal dari etnis Tionghoa. Ayaku adalah seorang pengusaha terkenal di Surabaya, beliau merupakan salah satu donator terbesar gereja di Indonesia. Aku anak kelima dan perempuan satu-satunya dari lima bersaudara.

Aku amat bersyukur karena dianugrahi banyak kelebihan. Selain materi, kecerdasanku cukup lumayan. Prestasi akademikku selalu memuaskan. Aku pernah terpilih sebagai ketua termuda pada salah satu organisasi gereja. Ketika remaja aku layaknya remaja pada umumnya, punya banyak teman, aku dicintai oleh mereka, bahkan aku menjadi faforit bagi kawan-kawanku.

Intinya, masa mudaku kuhabiskan dengan penuh kesan, bermakna, dan indah. Namun demikian aku tidak larut dalam semaraknya pergaulan muda-mudi, walalupun semua fasilitas untuk hura-hura bahkan foya-foya ada. Keinginan untuk menjadi biarawati tetap kuat. Ketika aku lulus SMU, aku memutuskan untuk mengikuti panggilan Tuhan itu.

Tentu saja orang tuaku terkejut. Berat bagi mereka untuk membiarkan anak gadisnya hidup terpisah dengan mereka. Sebagai pemeluk Katholik yang taat, mereka akhirnya mengikhlaskannya. Sebaliknya dengan kakak-kakaku, mereka justru bangga punya adik yang masuk biarawati.
Tidak ada kesulitan ketika aku melangkah ke biara, justru kemudahan yang kurasakan. Dari banyak biarawati, hanya ada dua orang biara yang diberi tugas ganda. Yaitu kuliah di biara dan kuliah di Instituit Filsafat Teologia, seperti seminari yang merupakan pendidikan akhir pastur. Salah satu dari biarawati yang diberi keistimewaan itu adalah saya.

Dalam usia 19 tahun Aku harus menekuni dua pendidikan sekaligus, yakni pendidikan di biara, dan di seminari, dimana aku mengambil Fakultas Comparative Religion, Jurusan Islamologi.

Kamis, 29 Agustus 2013

Kesaksian Pendeta Masuk Islam 2 (oleh Dr. M. Yahya Waloni)

Dr. Muhammad Yahya Waloni adalah seorang mantan pendeta GKI di Papua, Klasis Raja Ampat Sorong Irian Jaya Barat. Beliau juga pernah menjabat Ketua/Rektor STT Calvinis atau Universitas Kristen Papua (UKIP) Sorong. Dan pernah ditugaskan oleh pihak Gereja Kristen Pemancar Injil (GKPI) Tarakan.

Beliau menyelesaikan S1 Teologi STT Calvinis Ebenheizer Manado 1996. Tahun 2000 menyelesaikan studi S2 Teologi dan program S3 Filsafat di Institut Theologi Oikumene Imanuel (ITOI) Manado tahun 2004.

Pada hari Rabu, 11 Oktober 2006 beliau bersama istri dan tiga putranya secara sah memeluk agama Islam.


Sebagai pakar teologi, Pendeta Yahya Yopie Waloni sangat mengetahui teori-teori yang ada dalam agama Islam. Meskipun masih beragama Kristen, Yahya memandang teori apa pun yang ada di Islam sangat benar. Islam pun, mampu menceritakan peradaban dunia dari yang lalu sampai sekarang. Bahkan, agama Kristen diceritakan pula dalam Islam.

Namun, menurut pria kelahiran Manado tahun 1970 ini, yang paling membuatnya tunduk patuh hingga memutuskan untuk masuk Islam pada Oktober 2006 adalah Islam menunjuk satu individu yang sangat tepat untuk menyebarkan ajarannya. "Ada satu individu yang membuat saya tunduk dan patuh, dia buta huruf tapi bisa menyusun Alquran secara sistematis," ujar pria yang mengganti namanya menjadi M Yahya Waloni setelah memeluk agama Islam itu kepada Republika.

Menurut suami dari Lusiana (33) yang mengganti namanya menjadi Mutmainnah setelah memeluk Islam itu, dirinya masuk agama islam karena dari sistematika teori Islam sudah benar. Sebagai akamdemisi, kata dia, dirinya pun berpikir orang yang sudah memili teori benar saja bisa salah apalagi yang tidak memiliki teori yang benar. "Orang Islam yang sudah memiliki teori yang benar saja bisa salah apalagi yang tidak memiliki teori benar. Jadi, saya mengakui Islam secara teori dan spiritual," ujar Yahya.

Ketertarikan Yahya untuk masuk Islam, kata dia, sebenarnya sudah ada sejak kecil, saat berumur sekitar 14 tahun. Pada usia itu, dirinya sudah ke masjd karena tertarik melihat banyak orang islam menggunakan pakaian seperti yang digambarkan di agamanya yaitu baju ikhram. Selain itu, dirinya pun sangat tertarik dengan gendang yang suka dimainkan di masjid-masjid.