La Haula Wala Quwwata Illa Billahil Aliyil Adzim - Semoga Jalan Kami Jalan Fisabilillah - (Insya Allah)
Cari Berkah
Tampilkan postingan dengan label Hadist dan Riwayat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hadist dan Riwayat. Tampilkan semua postingan
Selasa, 28 Januari 2025
Rabu, 01 Januari 2025
Jumat, 27 Desember 2024
Rabu, 18 Desember 2024
Jumat, 06 Desember 2024
Selasa, 30 Oktober 2018
Senin, 15 Desember 2014
Abu Bakar dan Umar Saling Berbantah (Al-Hujurat 1-2)
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya. Takutlah kamu kepada Allah.
Sesungguhnya Allah maha Mendengar dan maha Mengetahui. Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu menaikkan suaramu di atas suara Nabi. janganlah kamu
mengeraskan suara kamu dalam percakapan dengan dia seperti mengeraskan suara
kamu ketika bercakap sesama kamu. Nanti hapus amal-amal kamu dan kamu tidak
menyadarinya.” (Al-Hujurat 1-2).
Hari itu seperti hari-hari yang
lainnya juga. Yang tidak biasa hanyalah rencana kedatangan rombongan Bani Tamim
kepada Rasulullah. Ada apakah? Itulah yang menjadi pertanyaan di benak
Rasulullah. Tapi Rasulullah tetap saja berlaku tenang.
Dan, saat yang ditunggu-tunggu oleh
Rasul pun datang. Kebiasaan Rasul memang selalu mengagungkan tamunya. Jika ia
sudah mempunyai janji, maka akan ia dahulukan janji itu. Apalagi jika itu
mengenai pertemuan yang sepertinya terasa penting ini.
Rasul mempersilahkan mereka semua
duduk dengan tertib. Tak satupun dari tamu itu yang ia lewatkan. Semaunya
disalaminya dan mendapat senyuman yang paling lembut. Sahabat-sahabat yang lain
sering merasa heran, bagaimana bisa Muhammad menghafal nama-nama orang di
dekatnya satu per satu tanpa pernah sekalipun melupakannya? Jika sudah begini,
masing-masing mereka selalu menganggap bahwa mereka adalah orang yang paling
penting dalam kehidupan Rasul.
Ketika semua sudah duduk dan menyantap
hidangan ala kadarnya yang dihidangkan oleh Rasulullah karena itulah yang
dipunyainya, maka Rasulullah pun berkata, “Semoga Allah ta’ala senantiasa
memberkahi kita semua. Apakah maksud kedatangan kalian ini, wahai
sahabat-sahabatku semua?”
“Kami semua baik-baik saja ya
Rasulullah. Terima kasih telah menerima kami semua. Sesungguhnya kami sekarang
ini sedang berada dalam keadaan yang sangat pelik. Kami membutuhkan bantuanmu
sekali, jika engkau sekiranya tidak keberatan.”
Rasulullah mengangguk-anggukkan
kepalanya. Ia menunggu saja.
Salah seorang dari mereka bicara lagi,
“Sesungguhnya kami ini hendak memilih pemimpin di antara kami….”
“Dan?” Rasulullah berkata ketika ia
tidak melanjutkan bicaranya.
“Dan kami tidak punya pengetahuan yang
sebagus engkau. Kami sebelumnya telah berselisih siapa kiranya yang akan dan
harus jadi pemimpin kami……”
“Begitu ya….?”
Semua orang diam sekarang. Mereka
menundukkan kepala mereka. Ada sejumput perasaan malu karena mereka telah
melibatkan Rasul dalam urusan yang tampaknya tidak seberapa itu. Rasul masih
terus mengangguk-angguk kepalanya. Beliau terdiam. Cukup lama.
Dan ketika Rasulullah hendak membuka
mulut, tiba-tiba Abu bakar yang berada bersama rombongan berkata cukup keras,
“Angkat Al-Qa’qa bin Ma’bad sebagai pemimpin!”
Jumat, 21 November 2014
Dari Rumah Ummu Sulaim, r.ha
Ummu Sulaim ar-Rumaisha` binti Milhan
al-Anshariyah, bersuamikan Malik bin an-Nashr, dari suaminya ini Ummu Sulaim
melahirkan Anas bin Malik. Ummu Sulaim masuk Islam, dia mengajak Malik suaminya
tetapi ajakannya ditolak, Malik marah karenanya, kemudian dia meninggalkan Ummu
Sulaim dan pergi ke Syam, di sanalah Malik menemui ajal.
Ummu Sulaim menjanda, karena
kemuliaannya dan keluhurannya, tidak sedikit hati laki-laki yang berhasrat
menikahinya, salah satunya adalah pemanah ulung kota Yatsrib (nama lama Madinah)
Abu Thalhah.
Abu Thalhah datang melamar Ummu Sulaim.
Ummu Sulaim menjawab, "Wahai Abu Thalhah, orang sepertimu tidak pantas
ditolak, sayang engkau kafir dan aku seorang muslimah, aku tidak mungkin
menikah denganmu." Abu Thalhah menjawab, "Bukan itu maksudmu
kan?" Ummu Sulaim berkata, "Lalu apa maksudku?" Abu Thalhah
menjawab, "Emas dan perak, kamu memilih orang yang beremas dan berperak
lebih dariku" Ummu Sulaim berkata, "Aku tidak berharap emas dan
perak, aku ingin Islam darimu. Jika kamu masuk Islam maka itulah maharku, aku
tidak minta yang lain." Abu Thalhah menjawab, "Siapa yang menunjukkan
Islam kepadaku?" Ummu Sulaim menjawab, "Rasulullah "
Berangkatlah Abu Thalhah menuju
Rasulullah , pada saat itu beliau sedang duduk bersama para sahabat. Manakala
beliau melihatnya beliau berkata, "Abu Thalhah datang, terlihat cahaya
Islam di kedua matanya." Abu Thalhah menyampaikan apa yang diucapkan oleh
Ummu Sulaim.
Seterusnya Abu Thalhah menikahinya
dengan maskawin keislamannya. Tsabit – Al-Bunani rawi kisah ini dari Anas –
berkata, "Kami tidak mengetahui mahar yang lebih agung darinya. Dia rela
Islam sebagai maharnya."
Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim,
seorang wanita yang bermata indah lagi sipit. Dari pernikahan ini Ummu Sulaim
melahirkan seorang anak yang begitu dicintai oleh ayahnya, Abu Thalhah.
Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan
dari Anas berkata, anak laki-laki Abu Thalhah sakit, Abu Thalhah keluar dan
anak tersebut wafat, ketika Abu Thalhah pulang, dia bertanya, “"Bagaimana
anakku?" Ummu Sulaim, ibu anak itu menjawab, "Wahai Abu Thalhah,
sejak dia sakit dia tidak pernah setenang seperti sekarang." Ummu Sulaim
menyiapkan makan malam, Abu Thalhah menyantapnya, setelah itu Abu Thalhah menggauli
istrinya, setelahnya Ummu Sulaim berkata, “Kuburkanlah anak ini.” Di pagi hari
Abu Thalhah datang kepada Nabi , beliau bertanya, “Apakah semalam kamu
berhubungan?” Abu Thalhah menjawab, “Ya.” Nabi bersabda, “Ya Allah, berkahilah
keduanya.” Maka Ummu Sulaim melahirkan seorang anak laki-laki. Abu Thalhah
berkata kepadaku, “Bawalah adikmu ini kepada Nabi .” Sambil memberikan beberapa
butir kurma. Nabi bertanya kepada Anas, “Ada sesuatu bersamanya?” Anas
menjawab, “Ada beberapa butir kurma.” Lalu Nabi mengambilnya dan mengunyahnya
lalu meletakkannya di mulut anak itu, beliau mentahniknya dan menamakannya
Abdullah.
Dalam sebuah riwayat al-Bukhari, Ibnu
Uyainah berkata, seorang laki-laki Anshar berkata, “Aku melihat sepuluh anak,
semuanya hafal al-Qur`an.” Yakni anak Abdullah bin Abu Thalhah.
Rabu, 19 November 2014
Sepuluh Sahabat Yang Dijamin Masuk Surga
Dan orang-orang yang terdahulu lagi
yang petama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan
mereka dan mereka ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (Qs At-Taubah : 100)
Berikut ini 10 orang sahabat Rasul
yang dijamin masuk surga (Asratul Kiraam).
1. Abu Bakar Siddiq ra.
Beliau adalah khalifah pertama sesudah
wafatnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa
sallam. Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk
Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga
didalam Quran (Surah At-Taubah ayat ke-40) sebagaimana berikut : “Jikalau tidak
menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika
orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah
seseorang dari dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada
dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya: ”Janganlah berduka cita,
sesungguhya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada
(Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah
menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah
itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur
63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadits.
2. Umar Bin Khatab ra.
Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah
Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam semasa
hidupnya. Sebelum memeluk Islam, Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti
oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam
sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng
Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan
sahabat. Dijaman kekhalifaannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur
hingga ke Barat, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam
waktu hanya satu tahun. Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh,
dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang
sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah.
3. Usman Bin Affan ra.
Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar,
pada pemerintahannyalah seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh
sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang
telah ditetapkan oleh Rasulullah shollallahu
’alaih wa sallam sehingga menjadi sebuah kitab (suci) sebagaimana yang kita
dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang meriwayatkan 88
tahun) dan dikuburkan di Baqi’.
Senin, 17 November 2014
Tiga “Bid’ah” Umar bin Al-Khaththab
Pada
suatu malam, Khalifah Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu
‘anhu keluar dari rumahnya menuju Masjid Nabawi.
Beliau
mendapati berbagai macam orang yang melakukan qiyam Ramadhan:
-
Ada yang melakukan qiyam sendirian,
-
Ada yang melakukannya berduaan,
-
Ada yang melakukannya dalam kelompok yang lebih besar dari itu.
Melihat
keadaan yang demikian, maka amirul mukminin Umar radhiyallahu ‘anhu lalu menginstruksikan tiga hal:
1.
Agar
semua yang melakukan qiyam dalam banyak jamaah itu disatukan dalam satu jamaah
dengan satu imam, dan ditunjuklah Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu sebagai imam, sebab beliaulah yang telah
mendapatkan licence dari Rasulullah shollallahu
’alaih wa sallam sebagai Aqraukum,
umat nabi yang paling bagus Qur’annya.
2.
Memajukan
waktu pelaksanaannya menjadi setelah shalat Isya’, di mana biasanya, dilakukan
setelah tengah malam atau pada sepertiga malam yang terakhir.
3.
Memperpendek
tempo waktu pada setiap rakaatnya, di mana pada sebelumnya, tempo waktu rakaat
sangat lama, atau istilahnya: “jangan tanyakan lama dan bagusnya”, karena
memang luaaaamma dan buaaaaaagus.
Sebagai
kompensasi atas “pemendekan” tempo waktu rakaat, maka jumlah rakaat-nya
diperbanyak.
Terkait
dengan 3 hal ini, amirul mukminin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata: “ni’mal bid’atu hadzihi” sebaik-baik
bid’ah adalah hal ini.
Jumat, 24 Oktober 2014
Keutamaan Mempunyai Anak Perempuan
“Punya Dua Anak Wanita, Bisa
Bertetangga Di Surga Dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam”
Untuk bisa bertetangga dengan beliau
disurga tidak mudah, bertetangga di Surga tentu berarti masuk Surga yang
tertinggi dan derajat tertinggi dengan beliau di Surga. ini perlu amalan yang
agak banyak dan ikhlas.
contohnya kisah sahabat yang ingin
bertetangga dengan beliau di surga, tetapi beliau berkata agar sahabat
memperbanyak amalannya.
berikut haditsnya.
Dari Robi’ah bin Ka’ab Al Aslami
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
كُنْتُ أَبِيتُ
مَعَ رَسُولِ
اللَّهِ -صلى
الله عليه
وسلم- فَأَتَيْتُهُ
بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ
فَقَالَ لِى
« سَلْ ». فَقُلْتُ
أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ
فِى الْجَنَّةِ.
قَالَ « أَوَغَيْرَ
ذَلِكَ ». قُلْتُ
هُوَ ذَاكَ.
قَالَ « فَأَعِنِّى
عَلَى نَفْسِكَ
بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
»
“Aku pernah bermalam bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku mendatangi beliau dengan
membawakan air wudhu dan memenuhi hajat beliau. Lantas beliau bersabda,
“Mintalah.” Aku berkata, “Aku meminta padamu supaya dapat dekat denganmu di Surga
(kelak).” Beliau berkata, “Atau ada selain itu?” Aku menjawab, “Itu saja yang
aku minta.” Beliau bersabda,
“Tolonglah aku dengan engkau
memperbanyak sujud.”
(HR. Muslim no. 489).
nah bagi yang sudah punya dua anak
wanita, maka kita didik dengan baik, perhatikan dengan benar, karena mendidik
anak wanita untuk berhasil dalam agama menurut penjelasan ulama lebih sulit
dari mendidik anak laki-laki, karena sifat dasar wanita yang mudah terpengaruh
dan silau dengan gemerlap dunia serta “kebengkokan” mereka, pahalanya bisa
bertetangga dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di Surga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ عَالَ
جَارِيَتَيْنِ حَتَّى
تَبْلُغَا جَاءَ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ
أَنَا وَهُوَ
وَضَمَّ أَصَابِعَهُ
“Barangsiapa yang mengayomi dua anak
perempuan hingga dewasa maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku” (Anas
bin Malik berkata : Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau). (HR Muslim
2631)
Tokoh Tenaga Medis Di Zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
Jika
kita menilik kembali sejarah, maka kita bisa menemukan beberapa Sahabat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang memiliki andil dalam dunia
kesehatan. Walaupun di saat itu belum ada yang benar-benar fokus menjadi dokter
atau bidan, kemudian membuka praktek khusus dengan plang nama di rumah mereka.
Berikut beberapa dari mereka yang memiliki andil dalam dunia kesehatan.
1. ’Aisyah binti Abu
Bakar radhiallahu ‘anha
‘Aisyah
adalah sosok wanita yang cerdas. Kecerdasan beliau diakui oleh banyak para
sahabat dan murid-murid beliau.
Az-Zuhri
Berkata :
“Apabila
ilmu Aisyah dikumpulkan dengan ilmu seluruh para wanita lain, maka ilmu Aisyah
lebih utama.” (Siyar A’lam An-Nubala’
2/185)
Atha’
berkata :
“Aisyah adalah wanita yang paling faqih dan
pendapat-pendapatnya adalah pendapat yang paling membawa kemaslahatan untuk
umum.” (Siyar A’lam An-Nubala’ 2/185)
Kecerdasan
‘Aisyah radhiallahu ‘anha tercermin dari pintarnya ia juga dalam ilmu
kedokteran yang membuat orang lain kagum, ia hanya sekedar mendengar dan
menyaksikan tanpa ada yang mengajarkan secara langsung.
Hisyam
bin Urwah menceritakan dari ayahnya yang berkata :
“Sungguh
aku telah bertemu dengan Aisyah, maka aku tidak mendapatkan seorangpun yang
lebih pintar darinya tentang Al Qur’an, hal-hal yang fardhu, sunnah, sya’ir,
yang paling banyak meriwayatkan, sejarah Arab, ilmu nasab, ilmu ini, ilmu itu
dan ilmu qhadi dan ilmu kedokteran, maka aku bertanya kepada beliau, “Wahai
bibi, kepada siapa anda belajar tentang ilmu kedokteran?” Maka beliau menjawab,
“Tatkala aku sakit, maka aku perhatikan gejala-gejalanya dan aku mendengar dari
orang-orang menceritakan perihal sakitnya, kemudian aku menghafalnya.” ( Hilyatul
Auliya’ 2/49)
Suatu
saat Hisyam bin Urwah berkata kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha :
“Wahai ibu (ummul mukminin), saya tidak
heran/takjub engkau pintar ilmu fiqh karena engkau adalah Istri Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan anak Abu Bakar. Saya juga tidak heran/takjub
engkau pintar ilmu Sya’ir dan sejarah manusia (Arab) karena engkau adalah anak
Abu Bakar dan Abu bakar adalah manusia yang paling pandai (mengenai sya’ir dan
sejarah Arab). Akan tetapi saya heran/takjub engkau pintar ilmu kedokteran,
bagaimana dan darimana engkau mempelajarinya?
Jumat, 03 Oktober 2014
Orang Yang Bangkrut Di Akherat
Suatu
ketika Rasulullah shollallahu ’alaih wa
sallam bertanya kepada sahabat-sahabatnya, "Tahukah kalian siapa
sebenarnya orang yang bangkrut?" Para sahabat menjawab, "Orang yang
bangkrut menurut pandangan kami adalah seorang yang tidak memiliki dirham
(uang) dan tidak memiliki harta benda".
Kemudian
Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam
berkata, "Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada
hari Kiamat membawa pahala shalat, pahala puasa, pahala zakatnya dan pahala
hajinya, tapi ketika hidup di dunia dia mencaci orang lain, menuduh tanpa bukti
terhadap orang lain, memakan harta orang lain (secara bathil), menumpahkan
darah orang lain (secara bathil) dan dia memukul orang lain, Maka sebagai
tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada
orang yang di dzaliminya. Semuanya dia bayarkan sampai tidak ada yang tersisa
lagi pahala amal sholehnya. Tetapi orang yang mengadu ternyata masih datang
juga. Maka Allah memutuskan agar kejahatan orang yang mengadu dipindahkan
kepada orang itu. dan (pada akhirnya) dia dilemparkan ke dalam neraka."
Kata
Rasulullah selanjutnya, “Itulah orang yang bangkrut di hari kiamat, yaitu orang
yang rajin beribadah tetapi dia tidak memiliki akhlak yang baik. Dia merampas
hak orang lain dan menyakiti hati mereka.” (HR Muslim no. 6522, At-Tirmidzi,
Ahmad dan lainnya).
Mungkin
sebagian kita sudah tau, bahwa puasa, zakat, haji (umrah), shalat dan berbagai
ibadah kita serta taubat kita bisa menghapus dosa-dosa kita, tapi tidak semua
dosa. Kenapa? Karena Ibadah dan taubat itu hanya bisa menghapus dosa kita
kepada Allah subhana wa ta’ala dan
belum bisa menghapus dosa kita kepada sesama manusia.
Lalu
bagaimana kita menghapus dosa kita kepada sesama manusia? Tentu kita harus
minta maaf akan kesalahan kita kepada orang yang kita dzalimi. Begitu pun
hutang, apabila sampai ajal kita hutang kita kepada orang lain ada yang belum
terbayar, maka itu bisa menjadi ganjalan kita di akhirat.
Lalu
dijelaskan bahwa apabila sampai ajal kita tiba kita belum sempat minta maaf
pada orang yang kita dzalimi atau pun belum sempat membayar hutang kita, maka
di akhirat kita harus membayar itu semua. Lalu dengan apa kita harus
membayar pada saudara kita yang kita
dzalimi atau hutangi? Tentu tak bisa lagi dengan harta, karena kita mati tidak
membawa harta sepeser pun. Ya, kita hanya membawa amal baik dan amal buruk kita
di akherat.
Rabu, 17 September 2014
Kisah Kedermawan Lima Sahabat Rasulullah
“Siapakah
yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan
hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya
dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki)
dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (Al-Baqarah: 245).
1. Abu Darda r.a.
Suatu
ketika Rasulullah shollallahu ’alaih wa
sallam membacakan ayat itu kepada para sahabat. Tiba-tiba Abu Darda r.a.
berdiri, ia berkata, “Wahai Rasulullah, benarkah Allah meminta pinjaman kepada
kita?” Rasulullah shollallahu ’alaih wa
sallam menjawab, “Ya, benar.” Abu Darda kembali berkata, “Wahai Rasulullah,
apakah Dia akan mengembalikannya kepadaku dengan pengembalian yang
berlipat-lipat?” Rasulullah saw. menjawab, “Ya, benar.”
“Wahai
Rasulullah, ulurkanlah kedua tangan Anda,” pinta Abu Darda r.a. tiba-tiba.
Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam
balik bertanya, “Untuk apa?” Lalu Abu Darda menjelaskan, “Aku memiliki kebun
dan tidak ada seorang pun yang memiliki kebun yang menyamai kebunku. Kebun itu
akan aku pinjamkan kepada Allah.” “Engkau pasti akan mendapatkan tujuh ratus
lipat kebun yang serupa, wahai Abu Darda,” kata Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam.
Abu
Darda mengucapkan takbir, “Allahu Akbar, Allahu Akbar!” Lantas ia segera pergi
ke kebunnya. Ia mendapati istri dan anaknya sedang berada di dalam kebun itu.
Saat itu anaknya sedang memegang sebutir kurma yang sedang dimakannya.
“Wahai
Ummu Darda, wahai Ummu Darda! Keluarlah dari kebun itu. Cepat. Karena kita
telah meminjamkan kebun itu kepada Allah!” teriak Abu Darda.
Istrinya
paham betul maksud perkataan suaminya. Maklum, ia seorang muslimah yang dididik
langsung oleh Rasulullah shollallahu
’alaih wa sallam. Segera ia beranjak dari posisinya. Ia keluarkan kurma
yang ada di dalam mulut anaknya. “Muntahkan, muntahkan. Karena kebun ini sudah
menjadi milik Allah subhana wa ta’ala.
Ladang ini sudah menjadi milik Allah subhana
wa ta’ala.,” ujarnya kepada sang anak.
Selasa, 09 September 2014
7 Senjata Mematikan Iblis
Pada suatu hari, iblis berdiri
di salah satu sudut Masjidil Haram. Ketika itu, Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam sibuk melakukan thawaf. Setelah
selesai thawaf, beliau melihat iblis.
“ ... Hai terkutuk, mengapa
engkau kurus kering dan menderita ? ...” ,Tanya Rasulullah.
“ ... Umatmu telah membuat
diriku menderita dan tersiksa ...” , jawab Iblis.
“ ... Apa yang dilakukan oleh
umatku ? ... ” , kata nabi yg kemudian dijawab iblis ...
" ... Wahai Rasulullah ada
beberapa amal yang menjadi 7 senjata mematikan dari pihak mereka , dan telah
membuat banyak derita dari kaumku ....”
“ ... Amal dan senjata apa yang
telah membuat kaum mu menderita? ...” , tanya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam.
" ... Pertama, tatkala
bertemu, mereka saling memberi salam, sedangkan salam salah satu nama Allah.
Kedua, tatkala bertemu, mereka
berjabat tangan dan perbuatan ini memiliki pahala besar. Selama mereka belum
melepas tangan, rahmat Allah subhana wa
ta’ala senantiasa meliputi mereka berdua.
Ketiga, tatkala hendak makan
dan memulai pekerjaan, mereka membaca Bismillah. Bacaan itu menghalangiku
menikmati makanan dan menjauhkanku dari perbuatannya.
Jumat, 05 September 2014
Tanda Akhir Jaman - Munculnya Terroris (Ashabu Rayati Suud)
Para
ulama membagi Tanda-tanda Akhir Zaman menjadi dua. Ada Tanda-tanda Kecil dan
ada Tanda-tanda Besar Akhir Zaman. Tanda-tanda Kecil jumlahnya sangat banyak
dan datang terlebih dahulu. Sedangkan Tanda-tanda Besar datang kemudian
jumlahnya ada sepuluh. Alhamdulillah, Allah sayang sama umat manusia. Sehingga
Allah datangkan tanda-tanda kecil dalam jumlah banyak sebelum datangnya
tanda-tanda besar. Dengan demikian manusia diberi kesempatan cukup lama untuk
merenung dan bertaubat sebelum tanda-tanda besar berdatangan.
Banyak
pendapat mengatakan bahwa kondisi dunia dewasa ini berada di ambang datangnya
tanda-tanda besar Kiamat. Karena di masa kita hidup dewasa ini sudah sedemikian
banyak tanda-tanda kecil yang bermunculan. Praktis hampir seluruh tanda-tanda
kecil kiamat yang disebutkan oleh Nabi shollallahu
’alaih wa sallam sudah muncul semua di zaman kita. Maka kedatangan
tanda-tanda besar tersebut hanya masalah waktu. Tanda besar pertama yang bakal
datang ialah keluarnya Dajjal. Namun sebagian ulama berpendapat bahwa sebelum
munculnya Dajjal harus datang terlebih dahulu Tanda Penghubung antara
tanda-tanda kecil kiamat dengan tanda-tanda besarnya. Tanda Penghubung dimaksud
ialah diutusnya Al-Mahdi ke muka bumi.
Diriwayatkan
Abu Daud, Rasulullah SAW bersabda, ’’Dunia akan dipimpin oleh seseorang dari
keluargaku. Namanya sama dengan namaku. Seandainya dunia ini hanya tinggal
sehari saja, maka Allah akan panjangkan hari itu, sehingga ia (Al-Mahdi) akan memimpinnya.’’
Banyak
orang berpikir, jika Al-Mahdi datang maka dunia akan tentram dalam sekejap, ia
akan mencapai itu dengan dakwah, dan banyak orang ingin menjadi pasukan
Al-Mahdi. Namun anggapan tersebut keliru, karena kejayaan Al-Mahdi diperoleh
dengan perang, pengikut imam mahdi adalah kelompok-kelompok militan yang
berjihad fi sabillillah. Dan kelompok tersebut akan muncul untuk memudahkan
kekuasaan Al-Mahdi, kelompok itulah yang di juluki Thaifah
Manshurah.
Minggu, 17 Agustus 2014
Tiga Faktor Pembentuk Kepribadian
Imam,
Ali r.a pernah berkata :
1.
Jadilah manusia yang paling baik disisi Allah SWT
2.
Jadilah manusia yang paling buruk dalam pandangan dirimu
3.
Jadilah manusia biasa dalam pandangan Orang lain
Syeh
Abdul Qadir Jaelani berkata : “ Bila engkau bertemu dengan seseorang, hendaknya
engkau memandang dia itu lebih utama daripada dirimu dan katakan dalam hatimu :
“Boleh
jadi dia lebih baik disisi Allah daripada diriku ini dan lebih tinggi
derajatnya.
Jika
orang yang lebih kecil dan lebih muda umurnya daripada dirimu , maka katakanlah
dalam hatimu : “ Boleh jadi orang kecil ini tidak banyak berbuat dosa kepada
Allah, sedangkan aku adalah orang yang telah banyak berbuat dosa , maka tidak
diragukan lagi kalau derajat dirinya jauh lebih baik daripada aku.”
Bila
dia orang yang lebih tua, hendaknya engkau mengatakan dalam hati : ”Orang ini
telah lebih dahulu beribadah kepada Allah daripada diriku”.
Jika
dia orang ‘Alim, maka katakan dalam hatimu : ”Orang ini telah diberi oleh Allah
sesuatu yang tidak bisa aku raih, telah mendapatkan apa yang tidak bisa aku
dapatkan, telah mengetahui apa yang tidak aku ketahui, dan telah mengamalkan
ilmunya”.
Bila
dia Orang Bodoh, maka katakan dalam hatimu : Orang ini durhaka kepada Allah karena
kebodohannya, sedangkan aku durhaka kepada–NYA, padahal aku mengetahuinya. Aku
tidak tahu dengan apa umurku akan Allah akhiri atau dengan apa umur orang bodoh
itu akan Allah akhiri (apakah dengan husnul khaitimah atau Su’ul khatimah).
Bila
dia orang kafir , maka katakan dalam hatimu : “Aku tidak tahu bisa jadi dia
akan masuk islam, lalu menyudahi seluruh amalannya dengan amal shalih, dan bisa
jadi aku terjerumus menjadi kafir, lalu menyudahi seluruh amalanku dengan amal
yang buruk” (Nauzubillahi min zalik)
Dalam
pandangan islam semua manusia itu sama, tidak dibeda-bedakan karena status
sosial, harta, tahta, keturunan, atau latar belakang pendidikannya. Manusia
yang paling mulia derajatnya disisi Allah adalah yang paling tinggi kadar ketaqwaannya
diantara mereka. Oleh karena itu sebagaian ulama berdoa dengan doa berikut :
Minggu, 29 Juni 2014
Biografi Umar Bin Khattab r.a
Umar
bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin
Khattab (581 - November 644) (bahasa Arab : عمر ابن الخطاب) adalah salah seorang sahabat Nabi
Muhammad S.A.W. yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644). Umar juga
merupakan satu di antara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah
yang diberi petunjuk (Khulafaur Rasyidin)
Genealogi
Umar
dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy,
suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al
Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim, dari marga Bani Makhzum. Umar
memiliki julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad S.A.W. yaitu Al-Faruk yang
berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Keluarga
Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis, yang
pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya
yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Biografi
Sebelum
memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati oleh
penduduk Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh kaum jahiliyah Mekkah
saat itu, Umar juga mengubur putrinya hidup-hidup sebagai bagian dari
pelaksanaan adat Mekkah yang masih barbar. Setelah memeluk Islam di bawah Nabi
Muhammad S.A.W., Umar dikabarkan menyesali perbuatannya dan menyadari
kebodohannya saat itu sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadits "Aku
menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir
janggutku".
Umar
juga dikenal sebagai seorang peminum berat, beberapa catatan mengatakan bahwa
pada masa pra-Islam (Jahiliyyah), Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi
seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum
diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas.
Memeluk
Islam
Ketika
Nabi Muhammad S.A.W. menyebarkan Islam secara terbuka di Mekkah, Umar bereaksi
sangat antipati terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa kaum Muslim saat
itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang paling mereka perhitungkan, hal ini
dikarenakan Umar yang memang sudah mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai
ahli strategi perang dan seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap
peperangan yang ia lalui. Umar juga dicatat sebagai orang yang paling banyak
dan paling sering menggunakan kekuatannya untuk menyiksa pengikut Nabi Muhammad
S.A.W.
Rabu, 25 Juni 2014
Kisah Setan Yang Mengajarkan Ayat Kursi Pada Abu Hurairah
Tahukah
kalian bahwa sahabat mulia Abu Hurairah pernah mendapat pengajaran ilmu dari
setan? Dia pernah diajarkan ayat kursi dan diberitahukan manfaatnya oleh setan
bahwa dengan membaca ayat kursi sebelum tidur, Allah akan memberikan penjagaan
dan setan pun tidak mengganggu hingga pagi hari. Hal ini yang menunjukkan
keutamaan ayat kursi.
Dalam
Shahih Bukhari disebutkan kisah di atas secara lengkap sebagai berikut,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ وَكَّلَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ ، فَأَتَانِى آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ ، وَقُلْتُ وَاللَّهِ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . قَالَ إِنِّى مُحْتَاجٌ ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ ، وَلِى حَاجَةٌ شَدِيدَةٌ . قَالَ فَخَلَّيْتُ عَنْهُ فَأَصْبَحْتُ فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً فَرَحِمْتُهُ ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ »
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah mewakilkan padaku untuk menjaga zakat Ramadhan (zakat fitrah).
Lalu ada seseorang yang datang dan menumpahkan makanan dan mengambilnya. Aku
pun mengatakan, “Demi Allah, aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu ia berkata, “Aku ini benar-benar dalam
keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku pun sangat membutuhkan ini.” Abu
Hurairah berkata, “Aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh
tawananmu semalam?” Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa
dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku begitu
kasihan padanya sehingga aku melepaskannya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.“
.
فَعَرَفْتُ أَنَّهُ سَيَعُودُ لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِنَّهُ سَيَعُودُ . فَرَصَدْتُهُ فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . قَالَ دَعْنِى فَإِنِّى مُحْتَاجٌ ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ لاَ أَعُودُ ، فَرَحِمْتُهُ ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ ، مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً ، فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ »
Aku
pun tahu bahwasanya ia akan kembali sebagaimana yang Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam katakan. Aku pun mengawasinya, ternyata ia pun datang dan
menumpahkan makanan, lalu ia mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar
akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu ia
berkata, “Biarkanlah aku, aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki
keluarga dan aku tidak akan kembali setelah itu.” Abu Hurairah berkata, “Aku
pun menaruh kasihan padanya, aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang
dilakukan oleh tawananmu?” Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan
bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku
begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya pergi.” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali
lagi.“
.
فَرَصَدْتُهُ الثَّالِثَةَ فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ، وَهَذَا آخِرُ ثَلاَثِ مَرَّاتٍ أَنَّكَ تَزْعُمُ لاَ تَعُودُ ثُمَّ تَعُودُ . قَالَ دَعْنِى أُعَلِّمْكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهَا . قُلْتُ مَا هُوَ قَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) حَتَّى تَخْتِمَ الآيَةَ ، فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ . فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ زَعَمَ أَنَّهُ يُعَلِّمُنِى كَلِمَاتٍ ، يَنْفَعُنِى اللَّهُ بِهَا ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « مَا هِىَ » . قُلْتُ قَالَ لِى إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) وَقَالَ لِى لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ ، وَكَانُوا أَحْرَصَ شَىْءٍ عَلَى الْخَيْرِ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ » . قَالَ لاَ . قَالَ « ذَاكَ شَيْطَانٌ »
Langganan:
Postingan (Atom)