Meski telah
meninggalkan jasad, ruh masih dapat merasakan kepedihan atau kebahagiaan.
Menurut Al-Ghazali, hakikat dari kematian itu adalah jasad tidak lagi efektif
terhadap keberadaan ruh. Semua anggota badan ( telinga, hidung, tangan, mata
dan hati/kalbu ) sesungguhnya merupakan alat-alat yang digunakan ruh untuk
melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu. Sedangkan perasaan gembira, senang,
bahagia, duka dan nestapa adalah bagian yang terkait dengan ruh itu sendiri.
Kematian sama
dengan hilangnya segala kemampuan yang timbul sebagai sebab akibat keterkaitan
ruh dengan anggota-anggota tubuh. Lenyapnya kemampuan anggota tubuh itu seiring
dengan matinya jasad, hingga tiba saatnya nanti ruh dikembalikan (baca:
difungsikan) kepada jasadnya. Seringkali kita mendengar bahwa ruh akan
dipersatukan kembali dengan jasad (baca: manusia dibangkitkan kembali) hingga
datangnya hari kiamat kelak bukan ?
Logikanya, menurut
Al Ghazali dapat dipersamakan dengan hilangnya fungsi salah satu anggota badan
disebabkan karena telah rusak atau hancurnya anggota badan itu. Urat-urat yang
berada dalam anggota tubuh itu tidak dapat dialiri lagi oleh ruh. Jadi ruh yang
memiliki daya pengetahuan, berfikir dan merasa itu tetap ada dan memfungsikan
sebagian anggota tubuh lain namun tak mampu memfungsikan sebagian yang lain.