Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Rabu, 01 Mei 2013

Beberapa Penyimpangan Pengamalan Surat Al Fatihah

Banyak keutamaan Surat Al-Fatihah ini dibandingkan dengan surat yang lain dalam Al Qur'an.

Tapi sayangnya, masih banyak peyimpangan dalam mengamalkan surat ini, terutama di pulau Jawa. Maklumlah karena pulau jawa adalah basis utama dakwahnya para walisanga.

Dan sangat yakin pula, para walisanga berdakwah dengan mengislamkan penduduk jawa lewat adat istiadat, yang otomatis setiap adat pasti ada islamnya.

Hanya surat al-Fatihah saja yang menjadi salah satu rukun shalat. Tidak sah shalat bagi siapa yang tidak membaca surat Al-Fatihah.

Surat Al-Fatihah adalah surat ruqyah, jika ia dibaca atas orang sakit dengan izin Allah SWT, ia akan sembuh.

Ini karena Nabi SAW bersabda kepada sebagian sahabatnya yang membacakannya atas orang yang disengat lebah lalu ia sembuh, "Tidakkah engkau tahu bahwa ia adalah ruqyah."

Praktek-Praktek Baru


Namun disayangkan, sebagian orang salah dalam mengamalkan surat Al-Fatihah. Mereka menciptakan praktek-praktek baru dalam beberapa moment sebagai pengagungan surat ini. Padahal mengamalkan surat ini adalah bagian dari ibadah yang pondasinya adalah Tauqif Wal Ittiba'. Yakni tidak boleh menetapkan kecuali berdasarkan dalil dan contoh dari Nabi SAW.

Sesungguhnya kita diperintahkan untuk mengikuti petunjuk Nabi SAW dan menjauhi perkara-perkara baru atas nama agama.

Karena Nabi SAW bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ

"Siapa yang mengada-adakan hal baru dalam urusan kami ini (Islam) yang bukan darinya, maka dia tertolak." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

BAB III : Konsep Perang Dalam Islam Dan Kristen

Jihad Dan Perang Suci

 Jihad dan Perang suci, merupakan pengistilahan yang berasal dari konsep yang berbeda. Jihad merupakan Istilah Al-quran yang dalam bahasa berarti “berusaha keras” atau “berjuang”. Dan Perang merupakan pemaknaan khusus dari jihad. Islam sebelumnya tidak mengenal istilah Perang suci, ataupun istilah lain yang memaknai Jihad sebagi dasar untuk melakukan perang.

Perang Suci merupakan Istilah yang timbul dari Barat untuk pemaknaan sebuah peperangan yang terjadi karena pembelaan nilai-nilai kesakralan dalam sebuah agama, atau karena perang yang ditujukan untuk tujuan pembelaan agama.


Dua Istilah ini berangkat dan berpijak pada dasar yang berbeda, dalam hal ini Perang suci sudah berarti sebagai bentuk perang yang suci, sedangkan Jihad belum tentu berjuang dalam arti fisik. Namun banyak penulis sekarang menyamakan antara Jihad dan Perang suci. Seperti halnya Penulis Barat: John L. Esposito, Samuel P. Huntington, James Turner Johnson, Karen Armstrong dll. Dari penulis Islam sendiri ada juga sbagian penulis yang menggunakn Perang suci sebagi jihad.

A.                Jihad

1. Pengertian

Jika ditelaah akar katanya dalam bahasa arab, kata Jihad berasal dari akar kata jahad-yajhadu-jahdan / juhdan, yang diartikan sebagai ath-Thaqah, al-mashaqqah dan mubalaqqah “kesungguhan, kekuatan dan kelapangan” Hilmy Bakar Al-Mascaty, Panduan Jihad Untuk Aktivis Gerakan Islam, gema Insani press, Jakarta, 2001, hlm 13

Selasa, 30 April 2013

5 Penangkal Dari Gangguan Setan

Setidaknya ada 5 hal yang bisa dijadikan bacaan untuk menangkal gangguan setan terhadap manusia. Apakah kelima hal tersebut.

Tapi sebelumnya saya beritahukan bahwa diantara perlindungan yang paling ampuh dari kejahatan setan adalah dengan menegakkan shalat pada waktunya, selalu melakukan zikir waktu pagi dan petang, Bertakwa kepada Allah SWT secara rahasia maupun terang-terangan.

Berikut 5 Hal perlindungan ampuh dari gangguan setan dan iblis:

1. Memohon perlindungan Allah SWT dari godaan setan yang terkutuk.

Allah SWT berfirman,

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ٣٦

Artinya:
Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. Fushshilat: 36).

2. Membaca Surat Al-Baqarah.

Rasulullah SAW bersabda,

"Janganlah jadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan, sesunguhnya rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah tidak akan dimasuki setan." (HR. Qurthubi dan Ibnu Katsir).

3. Membaca ayat Kursi.

اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ ٢٥٥

Minggu, 28 April 2013

Kesabaran Seorang Istri : Menyelamatkan Rumah Tangga Dengan Ikhlas Berdo’a

Kisah ini diawali oleh penuturan seorang suami yang dahulunya selalu memperlakukan istrinya dengan kasar dan semena-mena. Ia berkata, “Bila aku tidak menemukan pakaianku terletak di tempatnya, langsung saja aku dengan kemarahan dan kalap memukulinya dan menempeleng wajahnya. Begitu juga bila kurang garam dalam makananku. Betapa malangnya dia. Aku bertambah marah dan naik pitam bila dia menasihatiku. Jika dia menyuruhku shalat, aku pun marah dan justru menghidupkan musik. Kadang aku juga memaksanya menghadiri tempat-tempat atau berbagai pesta yang tidak layak dihadiri oleh seorang wanita muslimah.”

Istrinya pun dihadapkan pada dua pilihan. Meminta cerai, atau bersabar serta mengadukan segalanya hanya kepada Allah ta’ala, serta meminta solusi kepada-Nya? Ia yang masih memiliki rasa cinta kepada suaminya, memilih alternatif kedua. Setiap malam, pada waktu sahur ia bermunajat kepada Allah ta’ala.

Sang suami melanjutkan kisahnya. “Terkadang, di malam hari aku bangun dari tidurku… tidak melihat istriku berbaring di atas ranjang. Maka aku pun bangkit mencarinya. Ternyata ia sedang berdiri menghadap Allah ta’ala dan merintih dalam doanya. Kejadian seperti ini diulanginya berkali-kali.

Hingga pada suatu malam, ketika ia sedang menangis lirih, berdoa kepada Allah dalam shalat malamnya, aku terbangun. Tangisan dan doanya itu telah membangunkanku. Lalu aku merasakan sakit di dadaku. Rasa sakit itu menjadikanku mengingat kembali tentang kehidupanku selama ini, perlakuanku terhadapnya…terbayang…terus terbayang dengan jelas. Sementara ia tetap dalam untaian doanya yang terdengar pilu di telingaku…betapa tidak? Ia memohonkan untukku sebuah hidayah dan kebaikan tingkah laku….