Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Kamis, 29 Agustus 2013

Kesaksian Pendeta Masuk Islam 2 (oleh Dr. M. Yahya Waloni)

Dr. Muhammad Yahya Waloni adalah seorang mantan pendeta GKI di Papua, Klasis Raja Ampat Sorong Irian Jaya Barat. Beliau juga pernah menjabat Ketua/Rektor STT Calvinis atau Universitas Kristen Papua (UKIP) Sorong. Dan pernah ditugaskan oleh pihak Gereja Kristen Pemancar Injil (GKPI) Tarakan.

Beliau menyelesaikan S1 Teologi STT Calvinis Ebenheizer Manado 1996. Tahun 2000 menyelesaikan studi S2 Teologi dan program S3 Filsafat di Institut Theologi Oikumene Imanuel (ITOI) Manado tahun 2004.

Pada hari Rabu, 11 Oktober 2006 beliau bersama istri dan tiga putranya secara sah memeluk agama Islam.


Sebagai pakar teologi, Pendeta Yahya Yopie Waloni sangat mengetahui teori-teori yang ada dalam agama Islam. Meskipun masih beragama Kristen, Yahya memandang teori apa pun yang ada di Islam sangat benar. Islam pun, mampu menceritakan peradaban dunia dari yang lalu sampai sekarang. Bahkan, agama Kristen diceritakan pula dalam Islam.

Namun, menurut pria kelahiran Manado tahun 1970 ini, yang paling membuatnya tunduk patuh hingga memutuskan untuk masuk Islam pada Oktober 2006 adalah Islam menunjuk satu individu yang sangat tepat untuk menyebarkan ajarannya. "Ada satu individu yang membuat saya tunduk dan patuh, dia buta huruf tapi bisa menyusun Alquran secara sistematis," ujar pria yang mengganti namanya menjadi M Yahya Waloni setelah memeluk agama Islam itu kepada Republika.

Menurut suami dari Lusiana (33) yang mengganti namanya menjadi Mutmainnah setelah memeluk Islam itu, dirinya masuk agama islam karena dari sistematika teori Islam sudah benar. Sebagai akamdemisi, kata dia, dirinya pun berpikir orang yang sudah memili teori benar saja bisa salah apalagi yang tidak memiliki teori yang benar. "Orang Islam yang sudah memiliki teori yang benar saja bisa salah apalagi yang tidak memiliki teori benar. Jadi, saya mengakui Islam secara teori dan spiritual," ujar Yahya.

Ketertarikan Yahya untuk masuk Islam, kata dia, sebenarnya sudah ada sejak kecil, saat berumur sekitar 14 tahun. Pada usia itu, dirinya sudah ke masjd karena tertarik melihat banyak orang islam menggunakan pakaian seperti yang digambarkan di agamanya yaitu baju ikhram. Selain itu, dirinya pun sangat tertarik dengan gendang yang suka dimainkan di masjid-masjid.

Senin, 26 Agustus 2013

Tata Cara Mandi Wajib

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.

Niat, Syarat Sahnya Mandi

Para ulama mengatakan bahwa di antara fungsi niat adalah untuk membedakan manakah yang menjadi kebiasaan dan manakah ibadah. Dalam hal mandi tentu saja mesti dibedakan dengan mandi biasa. Pembedanya adalah niat. Dalam hadits dari ‘Umar bin Al Khattab, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)

Rukun Mandi

Hakikat mandi adalah mengguyur seluruh badan dengan air, yaitu mengenai rambut dan kulit.

Inilah yang diterangkan dalam banyak hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya adalah hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang menceritakan tata cara mandi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جَسَدِهِ كُلِّهِ

Kemudian beliau mengguyur air pada seluruh badannya.” (HR. An Nasa-i no. 247. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Penguatan makna dalam hadits ini menunjukkan bahwa ketika mandi beliau mengguyur air ke seluruh tubuh.” [Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 1/361, Darul Ma’rifah, 1379]

Dari Jubair bin Muth’im berkata, “Kami saling memperbincangkan tentang mandi janabah di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda,

أَمَّا أَنَا فَآخُذُ مِلْءَ كَفِّى ثَلاَثاً فَأَصُبُّ عَلَى رَأْسِى ثُمَّ أُفِيضُهُ بَعْدُ عَلَى سَائِرِ جَسَدِى

Saya mengambil dua telapak tangan, tiga kali lalu saya siramkan pada kepalaku, kemudian saya tuangkan setelahnya pada semua tubuhku.” (HR. Ahmad 4/81. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim)

Dalil yang menunjukkan bahwa hanya mengguyur seluruh badan dengan air itu merupakan rukun (fardhu) mandi dan bukan selainnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah. Ia mengatakan,

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى امْرَأَةٌ أَشُدُّ ضَفْرَ رَأْسِى فَأَنْقُضُهُ لِغُسْلِ الْجَنَابَةِ قَالَ « لاَ إِنَّمَا يَكْفِيكِ أَنْ تَحْثِى عَلَى رَأْسِكِ ثَلاَثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ تُفِيضِينَ عَلَيْكِ الْمَاءَ فَتَطْهُرِينَ ».

Saya berkata, wahai Rasulullah, aku seorang wanita yang mengepang rambut kepalaku, apakah aku harus membuka kepangku ketika mandi junub?” Beliau bersabda, “Jangan (kamu buka). Cukuplah kamu mengguyur air pada kepalamu tiga kali, kemudian guyurlah yang lainnya dengan air, maka kamu telah suci.” (HR. Muslim no. 330)

Kamis, 22 Agustus 2013

Kemanakah Arah Pandangan Saat Sedang Shalat

Apakah yang harus dilihat kala sedang melaksanakan shalat, saat sedang berdiri menjalankan shalat, apakah kita harus melihat ke atas, ke bawah ataukah ke kanan dan ke kiri. Kayaknya ini seringkali dipertanyakan oleh umat Islam sendiri. Kemanakan arah pandangan mata saat sedang melaksanakan shalat...

Pandangan seseorang memiliki pengaruh dalam kekhusyuannya saat shalat. Sementara khusyu' merupakan salah satu unsur penting untuk diterimanya shalat. Bahkan seseorang tidak akan merasakan nikmatnya ibadah teragung ini kecuali dengan kekhusyu'an.

Oleh sebab itu, Syariat mengatur hukum berkaitan dengan pandangan mata dalam shalat. Kita temukan larangan keras dari Rasulullah SAW melihat ke atas atau ke langit, dan melarang pula menengok dan melirik ke arah kanan-kiri.

Penjelasan Al-Hafidz di atas adalah sebagai upaya menjama' (mengompromikan) hadits-hadits yang disebutkan Imam al-Bukhari dan hadits-hadits menundukkan pandangan ke arah sujud. Ini adalah kompromi yang sangat bagus.

Dari Jabir bin Samurah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda,

لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ يَرْفَعُونَ أَبْصَارَهُمْ إِلَى السَّمَاءِ فِى الصَّلاَةِ أَوْ لاَ تَرْجِعُ إِلَيْهِمْ

"Hendaknya kaum-kaum yang mengarahkan pandangan mereka ke langit dalam shalat itu bertaubat atau pandangan mereka tersebut tidak akan kembali kepada mereka." (HR. Al-Bukhari Muslim)

Dalam riwayat al-Bukhari, "Hendaknya mereka berhenti dari hal itu atau akan disambar pandangan mereka."

Dari 'Aisyah ra berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang menoleh dalam shalat, dan Beliau menjawab,

هُوَ اِخْتِلَاسٌ يَخْتَلِسُهُ اَلشَّيْطَانُ مِنْ صَلَاةِ اَلْعَبْدِ

"Itu adalah pencopetan yang dilakukan syetan terhadap shalat hamba." (HR. Al-Bukhari)

Minggu, 11 Agustus 2013

Onta Pun Berebut Minta Disembelih Rasulullah

Akhlaq terindah ada dalam pribadi sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, wajah yang paling indah adalah wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga suatu waktu ketika onta merah yang sedang beringas karena marah dan dikurung dalam sebuah kandang, namun ketika melihat wajah yang paling indah, wajah sayyidina Muhammad shallallahub 'alaihi wasallam maka onta itu berlari menunduk menuju kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kemudian mencium kaki beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Di suatu waktu ketika Idul Adha,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membeli 100 ekor onta dan 63 ekor onta Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang menyembelihnya, dan sisanya sayyidina Ali bin Abi Thalib RA yang akan menyembelihnya. Hewan sembelihan ketika akan disembelih maka harus dijauhkan dari hewan yang lain karena jika ia melihat darah hewan yang disembelih maka ia akan marah dan mengamuk.

Maka onta yang akan disembelih oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepalanya ditutup menggunakan kain, namun Rasulullah meminta untuk membuka kain yang menutupi kepala onta tersebut, dan Rasulullah telah siap dengan pisaunya untuk menyembelih onta tersebut, seketika itu onta-onta berebutan ingin segera disembelih oleh tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, onta tersebut bukan justru lari atau menghindar namun onta-onta tersebut rela jika lehernya dipotong oleh tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allahumma Shalli alaihi waalihi washahbihi wasallam