Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Selasa, 01 Oktober 2013

Hadits-Hadits Lemah Dan Palsu Seputar Bulan Muharram

Hadits Pertama:

Imam Ath-Thobroni rahimahullah berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rozin bin Jami’ Al-Mishri Abu Abdillah Al-Mu’addal, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Al-Haitsam bin Habib, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Sallaam Ath-Thowil, dari Hamzah Az-Zayyaat, dari Laits bin Abi Saliim, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ كَانَ لَهُ كَفَّارَةَ سَنَتَيْنِ وَمَنْ صَامَ يَوْمًا مِنَ الْمُحَرَّمِ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ ثَلاَثُوْنَ يَوْمًا

“Barangsiapa berpuasa pada hari Arofah maka puasa itu akan menghapuskan (dosa-dosa) selama dua tahun. Dan barangsiapa yang berpuasa satu hari di bulan Muharram maka baginya dari setiap hari (bagaikan berpuasa) 30 hari”. (Dikeluarkan oleh Ath-Thobaroni dalam Al-Mu’jam Ash-Shoghir II/164 no.963).

Derajat Hadits:

Hadits ini derajatnya PALSU (Maudhu’).

Berkata Syaikh Al-Albani rahimahullah: “Ini adalah hadits PALSU (maudhu’).
Di dalam sanadnya ada dua orang perowi pendusta (pemalsu hadits), yaitu:

1. Sallam Ath-Thowil dan dia adalah pendusta.

Ibnu Khorrosy berkata tentangnya: “Dia seorang pendusta.”
Ibnu Hibban berkata tentangnya: “Dia meriwayatkan hadits-hadits palsu dari para perowi yang tsiqoh (terpercaya/kredibel), dan sepertinya dia yang sengaja memalsukannya.”
Al-Hakim berkata tentangnya pula: “Dia meriwayatkan hadits-Hadits palsu.”

2. Al-Haitsam bin Habib diklaim oleh imam Adz-Dzahabi sebagi orang yang meriwayatkan hadits bathil”. (Lihat Silsilah Al-Ahadits Adh-Dho’ifah I/596 no.412, dan Dho’if At-Targhib wat Tarhib I/154 no. 615).

Hadits Kedua:

Imam Ath-Thobroni rahimahullah berkata: Telah menceritakan kepada kami Yusuf Al-Qodhi dan Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdul A’la bin Hammad An-Narsi, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Abdul Jabbar bin Al-Ward, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Ubaidillah bin Abi Yazid, dari Ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

لَيْسَ لِيَوْمٍ فَضْلٌ عَلَى يَوْمٍ فِي الصِّيَامِ إِلاَّ شَهْرُ رَمَضَانَ وَيَوْمُ عَاشُوْرَاءَ

“Tidak ada satu haripun yang memiliki keutamaan melebihi hari-hari yang lainnya dalam hal berpuasa kecuali bulan Ramadhan dan hari ‘Asyuro’”.  (Diriwayatkan oleh Ath-Thobaroni di dalam Al-Mu’jam Al-Kabir XI/127 no.11253).

Derajat Hadits:

Hadits ini derajatnya DHO’IF JIDDAN (Sangat Lemah).

Di dalam sanadnya terdapat seorang perowi yang bernama Abdul Jabbar bin Al-Ward yang dikatakan oleh Imam Al-Bukhori: “Dia menyelisihi pada sebagian hadits-haditsnya” dan berkata Ibnu Hibban tentangnya: “Dia sering salah dan keliru (wahm).”

Syaikh Al-Albani rahimahulla berkata: “Hadits ini MUNGKAR.” (Lihat Silsilah Al-Ahadits Adh-Dho’ifah I/453no. 285, dan Dho’if At-Targhib wa At-Tarhib I/155 no. 616).

Membalas Ucapan Jazakallahu Khairan & Barakallahu Fiik

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

من صُنِعَ إليه مَعْرُوفٌ فقال لِفَاعِلِهِ جَزَاكَ الله خَيْرًا فَقَدْ أَبْلَغَ في الثَّنَاءِ

"Barangsiapa yang diberikan satu perbuatan kebaikan kepadanya lalu dia membalasnya dengan mengatakan: 'Jazaakallahu khairan' (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh hal itu telah mencukupi dalam menyatakan rasa syukurnya."

[HR.At-Tirmidzi (2035), An-Nasaai dalam Al-Kubra (6/53), Al-Maqdisi dalam Al-Mukhtarah (4/1321), Ibnu Hibban (3413), Al-Bazzar dalam musnadnya (7/54). Hadits ini dishahihkan Al-Albani dalam shahih Tirmidzi]

"Apakah ada dalil, membalasnya dengan mengucapkan 'wa iyyakum' (dan kepadamu juga)?"

Al-Allamah Asy-Syaikh Al-Muhaddits Abdul Muhsin Al-Abbad hafizhahullah Ta'ala menjawab: "TIDAK, sepantasnya dia juga mengatakan 'Jazakallahu khairan' (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan pula), yaitu didoakan sebagaimana dia berdo’a, meskipun perkataan seperti 'wa iyyakum' sebagai athaf (mengikuti) ucapan 'jazaakum', yaitu ucapan 'wa iyyakum' bermakna 'sebagaimana kami mendapat kebaikan, juga kalian', namun jika dia mengatakan 'jazaakallahu khairan' dan menyebut do’a tersebut secara nash, tidak diragukan lagi bahwa hal ini lebih utama dan lebih afdhal.”

(Transkrip dari kaset: durus syarah sunan At-Tirmidzi,oleh Al-Allamah Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzahullah, kitab Al-Birr wa Ash-Shilah, nomor hadits: 222. Diterjemahkan oleh Abu Karimah Askari bin Jamal).

Banyak orang yang sering mengucapkan "wa iyyak" (dan kepadamu juga) atau "wa iyyakum" (dan kepada kalian juga) ketika telah dido’akan atau mendapat kebaikan dari seseorang. Apakah ada sunnahnya mengucapkan seperti ini? Lalu bagaimanakah ucapan yang sebenarnya ketika seseorang telah mendapat kebaikan dari orang lain misalnya ucapan “jazakallah khairan atau barakalahu fiikum”?

Berikut fatwa Ulama yang berkaitan dengan ucapan tersebut:

Asy Syaikh Muhammad ‘Umar Baazmool, pengajar di Universitas Ummul Quraa Mekah, ditanya: Beberapa orang sering mengatakan “Amiin, wa iyyaak” (amiin, dan kepadamu juga) setelah seseorang mengucapkan “Jazakallahu khairan” (semoga Allah membalas kebaikanmu). Apakah merupakan suatu keharusan untuk membalas dengan perkataan ini setiap saat?

Beliau menjawab: "Ada banyak riwayat dari sahabat dan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan ada riwayat yang menjelaskan tindakan ulama. Dalam riwayat mereka yang mengatakan “Jazakalahu khairan,” tidak ada yang menyebutkan bahwa mereka secara khusus membalas dengan perkataan “wa iyyaakum.”

Minggu, 29 September 2013

10 Pelebur Dosa

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, Dalil-dalil Al Kitab dan As Sunnah menunjukkan bahwa ada sekitar sepuluh pelebur dosa, (rinciannya sebagai berikut):

Pertama: Taubat

Hal ini disepakati oleh kaum muslimin. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)

Allah Ta’ala juga berfirman,

أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?” (QS. At Taubah: 104)

Begitu pula Allah Ta’ala berfirman,

وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ

Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan.” (QS. Asy Syura: 25). Dan masih banyak ayat-ayat lainnya semisal ini yang menunjukkan bahwa taubat akan melebur dosa.

Kedua: Istighfar (Mohon ampunan pada Allah)

Sebagaimana terdapat dalam hadits shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إذَا أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا فَقَالَ : أَيْ رَبِّ أَذْنَبْت ذَنْبًا فَاغْفِرْ لِي فَقَالَ : عَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ قَدْ غَفَرْت لِعَبْدِي ثُمَّ أَذْنَبَ ذَنْبًا آخَرَ فَقَالَ أَيْ رَبِّ أَذْنَبْت ذَنْبًا آخَرَ . فَاغْفِرْهُ لِي فَقَالَ رَبُّهُ : عَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ قَدْ غَفَرْت لِعَبْدِي فَلْيَفْعَلْ مَا شَاءَ قَالَ ذَلِكَ : فِي الثَّالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ

Jika seorang hamba berbuat dosa, lalu ia berkata: Wahai Rabbku, aku betul-betul telah berbuat dosa, ampunilah aku. Rabbnya menjawab, “Hamba-Ku telah mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang Maha Mengampuni dosa dan menhukumi setiap dosa. Aku telah mengampuni hamba-Ku.” Kemudian ia berbuat dosa lainnya, lantas ia pun mengatakan pada Rabbnya, “Wahai Rabbku, aku betul-betul telah berbuat dosa lainnya, ampunilah aku.” Rabbnya menjawab, “Hamba-Ku telah mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang Maha Mengampuni dosa dan menghukumi setiap dosa. Aku telah mengampuni hamba-Ku. Lakukanlah sesukamu (maksudnya: selama engkau berbuat dosa lalu bertaubat, maka Allah akan mengampunimu, pen).” Kemudian ia pun melakukan dosa lain yang ketiga atau keempat.” (HR. Muslim no. 2758)

Dalam shahih Muslim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمِ يُذْنِبُونَ ثُمَّ يَسْتَغْفِرُونَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ

Seandainya kamu sekalian tidak berbuat dosa sama sekali, niscaya Allah akan memusnahkan kalian. Setelah itu, Allah akan mengganti kalian dengan umat yang pernah berdosa. Kemudian mereka akan memohon ampunan kepada Allah (beristighfar) dan Allah pun pasti akan mengampuni mereka.” (HR. Muslim no. 2749)

Kamis, 26 September 2013

Do’a-Do’a Dalam Sujud

1. سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى. (3×)

Subhaana Robbiyal A’laa

“Maha Suci Robb Yang Maha Tinggi.” (dibaca tiga kali)

{Dikeluarkan oleh Ahlussunan dan Ahmad, lihat shahih At-Tirmidzi, I/83.}

2. سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ (3×)

Subhaana Robbiyal A’laa Wabihamdihi (dibaca tiga kali)

“Maha Suci Robb Yang Maha Tinggi, dan bagi-Nya segala puji.”

{HR. Abu Dawud.}

3. سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ.

Subhaanaka Allaahumma Robbanaa Wabihamdika Allaahummaghfirly

“Maha Suci Engkau. Ya Allah, Robb kami, aku memuji-Mu. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku.”

{HR. Bukhori, I/99 dan Muslim,I/350.}

4. سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُّوْحِ.

Subbuuhun Qudduusun Robbul Malaaikati Warruuh

“Maha Suci dan Maha Mulia, Robb para malaikat dan juga Ruh (malaikat Jibril).”

{ HR. Muslim 1/533}

5. اَللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ وَبِكَ آمَنْتُ، وَلَكَ أَسْلَمْتُ، سَجَدَ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ، تَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ.

Allaahumma Laka Sajadtu Wabika Aamantu Walaka Aslamtu Sajada Wajhiya Lilladzii Kholaqohu Washowarohu Wasyaqqo Sam’ahu Wabashorohu Tabaaroka Allaahu Ahsanul Khooliqiin

“Ya Allah, hanya kepada-Mu lah kami bersujud, kepada-Mu pula kami beriman dan hanya kepada-Mu kami berserah diri. wajahku bersujud kepada Yang telah menciptakan dan membentuknya, memberikan pendengaran dan penglihatannya, Maha Suci Allah, sebaik-baiknya Pencipta.”

{ HR. Muslim 1/534 }

6. سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوْتِ وَاْلمَلَكُوْتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ.

Subhaana Dzil Jabaruuti Wal Malakuuti Wal Kibriyaa-I Wal ‘Azhomati

“Maha suci Allah yang memiliki kerajaan langit, kekuasaan, kebesaran dan keagungan.”

{ HR. Abu Dawud 1/230, An-Nasai dan Ahmad. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud 1/166.}

7. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ كُلَّهُ، دِقَّهُ وَجِلَّهُ، وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلاَنِيَّتَهُ وَسِرَّهُ.

Allaahummaghfirliy Dzanbiy Kullahu Diqqohu Wa Jillahu Wa Awwalahu Wa Aakhirohu Wa ‘Alaaniyyatahu Wa Sirrohu

“Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku seluruhnya, yang besar maupun yang kecil, yang terdahulu maupun dan yang akan datang, yang kulakukan dengan terang-terangan dan yang tersembunyi.”

{ HR. Muslim 1/350.}

8. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ، لاَ أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ.

Allaahumma Inniy A’uudzu Biridhooka Min Sakhothika Wabimu’aafaatika Min ‘Uquubatika Wa A’uudzu Bika Minka Laa Ahshiy Tsanaa-an ‘Alayka Anta Kamaa Atnayta ‘Alaa Nafsika

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dengan keridhoan-Mu dari kemurkaan-Mu, dengan pertolongan-Mu dari siksa-Mu. Aku berlindung kepadaMu (dari siksa dan kemurkaan-Mu). Tidaklah aku dapat menghitung-hitung pujian terhadap diri-Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri.”

{ HR. Muslim 1/532.}