Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Rabu, 21 Januari 2009

Agama, Seni, dan Regulasi Pornografi

Pro-kontra seperti ini memang tidak kunjung selesai. Tarik-menarik antara argumen agama - moralitas vis a vis kebebasan berekspresi-berkesenian terus berlangsung, tanpa ada titik temu. Di satu pihak ada kaum agamawan yang hendak mengontrol ruang publik secara ketat dan kadang-kadang juga kaku. Sementara di lain pihak, terdapat sekelompok masyarakat yang hendak melabuhkan kebebasan berekspresi dan berkesenian dalam ranah publik secara totalistis, tanpa hambatan.

Publik Indonesia terutama Jakarta pernah dihebohkan oleh kehadiran sebuah film komedi remaja Buruan Cium Gue! Dari judulnya saja, film ini telah mengundang kontroversi, antara yang pro dan kontra. MUI misalnya, telah melancarkan kritik cukup keras atas kemunculan film tersebut. KH Amidhan, Ketua MUI Pusat, menyatakan bahwa film ini berpotensi merusak moral dan budaya bangsa. Adegan ciuman panas, menurutnya, hanya dimungkinkan di dalam ruang kesendirian oleh pasangan legal suami-istri, bukan di ruang publik oleh lelaki-perempuan yang tidak memiliki hubungan legal. Kegelisahan dan keprihatinan yang sama juga dialami oleh KH Abdullah Gimnastiar, seorang dai yang kondang. Menurut Aa Gym, panggilan akrab KH Abdullah Gimnastiar, film tersebut tak ubahnya sebuah pengantar yang mengarah pada tindak perzinaan. MUI, Aa Gym, dan beberapa elemen lain, akhirnya berujung pada tuntutan yang paralel agar peredaran film tersebut segera dihentikan. Namun sampai sekarang semakin bertambah banyak film-film yang mengandung pesan dan gambar pornografi, misal Suster Keramas, Jenglot Pantai Selatan, Kain Kafan Perawan, Air Terjun Penganti, dan masih banyak lagi, selalu bertambah dan berkembang setiap tahunnya.

Selasa, 13 Januari 2009

Belas Kasih Rasulullah

Suatu saat di bulan Ramadhan para sahabat duduk-duduk bersama Rasulullah SAW. Tiba-tiba seorang laki-laki datang dengan panik dan berkata, “Ya Rasulullah, celaka saya!”
Rasulullah bertanya, “Apa yang terjadi padamu?” Laki-laki itu menjawab, “Saya telah melakukan hubungan badan dengan istri, padahal saya sedang berpuasa Ramadhan.”
Lalu Rasulullah Saw bertanya, “Apakah ada seorang hamba sahaya yang kamu merdekakan?” Dia menjawab, “Tidak.”

Rasulullah SAW bertanya lagi, ‘Mampukah kamu melakukan puasa selama dua bulan berturut-turut?” Kembali dia menjawab, “Tidak.”

Rasulullah SAW bertanya lagi, “Apakah kamu mampu memberi makan sebanyak enam puluh orang miskin?” Lagi-lagi dia menjawab, “Tidak.”

Rasulullah SAW terdiam sejenak lalu pergi. Para sahabat dan laki-laki itu terdiam. Tak lama kemudian, Rasulullah SAW datang membawa sekeranjang kurma seraya bertanya, “Mana orang yang tadi bertanya itu?” Laki-laki itu menjawab, “Saya di sini.”

Selasa, 23 Desember 2008

Seruan Jihad Hanya 'Warning'

Seruan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan berbagai pihak untuk berjihad membantu Afghanistan seandainya diserang Amerika Serikat (AS), hanyalah warning agar negara adidaya itu mengurungkan niatnya untuk menggempur Afghanistan. Begitu pula dengan adanya aksi sweeping dan pendaftaran sukarelawan jihad.

"Semua itu hanya warning dari kawan-kawan sebagai respon atas teror Amerika terhadap rakyat Afghanistan. Kalau Amerika membuktikan ancamannya ya jihad itu juga direalisasikan, tapi kalau Amerika membatalkan rencana serangannya, ya tidak ada perintah jihad atau pengiriman sukarelawan jihad ke sana," tutur Presiden Partai Keadilan (PK), Dr Hidayat Nur Wahid kepada SM CyberNews, di kantor DPP PK, Jl Mampang Prapatan, Jakarta, Senin (1/10).

Hidayat menilai AS selama ini selalu memakai "bahasa kekerasan" lewat ancaman perang, teror lewat media dan sebagainya. Akibatnya, umat Islam juga bertindak sama agar AS mengurungkan rencananya menyerang Afghanistan.

Selasa, 18 November 2008

Jangan Mengeluh

Seorang pria datang menemui Yunus ibn Ubaid. Ia mengeluh di depannya.

“Hidupku susah sekali…,”ujarnya. “Entah aku harus berbuat apa. Hidupku benar-benar susah. Dunia ini begitu sempit untukku. Ah, aku tak tahu harus berbuat apa… Duhai, mengapa ini semua terjadi padaku…,” begitulah ia seperti tidak akan berhenti menyampaikan semua keluhannya.

Yunus ibn Ubaid menarik nafas. Sangat dalam.

“Maafkan aku, saudaraku… Bolehkah aku bertanya padamu??” ujarnya.

“Silahkan, Tuan…”

“Bagaimana jika kedua matamu diganti dengan 1000 dinar? Maukah engkau??” Tanya Yunus ibn Ubaid.

“Apa?? Tidak mungkin, Tuan. Bagaimana mungkin aku mengganti kedua mataku hanya dengan 1000 dinar???!”

“Bagaimana dengan kedua telingamu??”

“Ah, mustahil, Tuan. Bagaiamna aku akan mendengar nanti??”

“Kalau begitu, lidahmu sajalah…”

“Tidak, Tuan. Apakah Anda ingin saya jadi bisu hanya karena 1000 dinar??!”

Begitulah Yunus ibn Ubaid terus mencecarnya dengan pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Hingga akhirnya, Yunus ibn Ubaid mengatakan, “Lihatlah, saudaraku. Kulihat betapa banyaknya nikmat Allah padamu. Lalu mengapa engkau harus mengeluh hingga seolah-olah tidak lagi ada harapan untuk hidup??”

Pria itu tersipu. Lalu pamit meninggalkan Yunus ibn Ubaid.