Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Selasa, 15 Desember 2009

Rasulullah Dan Sedekah Yang Bernilai

Suatu ketika ada seorang pengemis dari kalangan Anshar datang meminta-minta kepada Rasulllah SAW. Lalu beliau bertanya kepada pengemis tersebut, “Apakah kamu mempunyai sesuatu di rumahmu?” 
Pengemis itu menjawab, “Tentu, saya mempunyai pakaian yang biasa dipakai sehari-hari dan sebuah cangkir.” Rasul lalu berkata, “Ambil dan serahkan ke saya!”

Pengemis itupun pulang mengambil satu-satunya cangkir miliknya dan kembali lagi pada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW kemudian menawarkan cangkir itu kepada para sahabat, “Adakah di antara kalian yang ingin membeli ini?” Seorang sahabat menyahut, “Saya beli dengan satu dirham.”
Rasulullah SAW menawarkannya kembali, “Adakah di antara kalian yang ingin membayar lebih?” Lalu ada seorang sahabat yang sanggup membelinya dengan harga dua dirham.

Rasulullah SAW memberikan dua dirham itu kepada si pengemis lalu menyuruhnya menggunakan uang itu untuk membeli makanan untuk keluarganya dan sisa uangnya digunakan untuk membeli kapak. Rasullulah SAW berkata, “Carilah kayu sebanyak mungkin dan juallah, selama dua minggu ini aku tidak ingin melihatmu.” Sambil melepas kepergiannya Rasulullah SAW pun memberinya uang untuk ongkos.

Dua minggu kemudian pengemis itu datang kembali menghadap Rasulullah SAW sambil membawa uang sepuluh dirham hasil dari penjualan kayu. Kemudian Rasulullah SAW menyuruhnya untuk membeli pakaian dan makanan untuk keluarganya seraya bersada, “Hal ini lebih baik bagi kamu, karena meminta-meminta hanya akan membuat noda di wajahmu di akhirat nanti. Tidak layak bagi seseorang meminta-minta kecuali dalam tiga hal, fakir miskin yang benar-benar tidak mempunyai sesuatu, utang yang tidak bisa terbayar, dan penyakit yang membuat sesorang tidak bisa berusaha.

Sungguh suatu pelajaran berharga bisa kita dapat dari Rasulullah SAW. Beliau tidak hanya memberikan sedekah pada fakir miskin, namun juga memberikan ‘kail’ kepada mereka agar kelak mereka bisa hidup mandiri. Subhanallah.

Bunuh Diri

“Pernyataan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah induk berbagai gerakan teroris Islam bukan hanya baru baru ini dilemparkan, namun sudah sejak masa lalu, jamaah yang didirikan sejak tahun 1928 ini disudutkan. Bahkan di Mesir tempat gerakan ini pertama kali didirikan, mereka sudah mengalami nasib yang lebih parah. Banyak tokohnya ditangkapi, dikejar-kejar, dijebloskan ke penjara tanpa sidang, dianiaya, dirampas dan disiksa dengan beragam seni penyiksaan sampai dibunuh. Termasuk sang pendirinya sendiri, Hasan al-Banna, yang meninggal karena ditembak dan dibiarkan darahnya mengucur keluar tanpa pertolongan. Sayyid Qutub, salah satu tokoh lainnya, harus meninggalkan dunia ini di tiang gantungan.” Aku serius menjelaskan tentang pertanyaan yang ditujukan untukku oleh santriwati kelas 2K1. Mereka bertanya tentang Terorisme.

“Apakah benar mereka semua adalah teroris?” kulihat ternyata Ukhti Zubaidah lanjut menanyaiku. Aku langsung menjawabnya.

“Kalau hari ini ada satu dua yang melontarkan hal-hal seperti itu, rasanya sudah bukan hal aneh lagi. Sebab mereka pernah mengalami hal-hal yang jauh lebih parah ketimbang sekedar dituduh sebagai teroris. Mereka sudah diperlakukan sebagai teroris dan bahkan sudah menerima hukuman sebagai teroris. Kalau benar Ikhwan itu gerakan teroris, bagaimana mungkin bisa meraih suara yang signifikan? Apakah ini berarti bangsa Mesir itu semuanya teroris karena banyak yang memilih Ikhwan? Bukankah seharusnya troris itu dibenci rakyat, karena selalu bikin onar? lantaran dianggap sebagai induk dari semua organisasi teroris?” Aku balik bertanya kepada mereka.

“Tapi kami tidak mengerti dengan umat Islam, khususnya di Indonesia sekarang. Saat ada yang membela agamanya mereka mendukung dengan hanya diam dan tidak melakukan apa-apa.” Ukhti Sumiyati bertanya.

Selasa, 17 November 2009

Bahayanya Percaya Perbintangan, Mbah Dukun, Ramalan-Ramalan Lain

Perdukunan dan ramalan zodiak (rasi perbintangan), keduanya berkaitan dengan masalah mengaku-ngaku mengetahui perkara ghaib. Yang dimaksud perkara ghaib, yaitu perkara yang tidak dapat dijangkau oleh panca indera. (Lihat ‘Alamus Sihr, hlm. 263, karya Dr. Umar Sulaiman Al Asyqar). Termasuk perkara ghaib adalah apa yang akan terjadi. Sesungguhnya yang mengetahui perkara ghaib hanyalah Allah Ta’ala. Dia berfirman:

قُل لاَّ يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ

Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah." [An Naml : 65].

Perdukunan dan ramalan zodiak sama-sama haram. Kemudian perlu diketahui, yang dimaksudkan dengan dukun di sini, ialah yang bahasa arabnya adalah kahin atau ‘arraf, yaitu orang yang mengaku-ngaku mengetahui perkara ghaib, apa yang akan terjadi, tempat barang hilang, pencuri barang, isi hati orang dan semacamnya, meskipun di masyarakat dikenal dengan sebutan kyai, orang pintar, orang tua atau lainnya. Mendatangi dukun seperti ini haram hukumnya. Barangsiapa mendatanginya dan bertanya sesuatu kepadanya, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima oleh Allah Ta’ala. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

Barangsiapa mendatangi ‘arraf, lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu, tidak akan diterima darinya shalat 40 hari. [HR. Muslim, no. 2.230].

Dalam hadits lain, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَتَى حَائِضًا أَوْ امْرَأَةً فِي دُبُرِهَا أَوْ كَاهِنًا فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Barangsiapa mendatangi (yakni menggauli/mengumpuli) wanita haidh atau mendatangi (yakni menggauli/mengumpuli) wanita pada duburnya atau mendatangi kahin (dukun), maka dia telah kafir kepada (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. [HR Tirmidzi, Abu Dawud, dan lain-lain].

Ilmu At Ta’tsir (astrologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang bintang, dengan anggapan bahwa bintang-bintang itu memiliki pengaruh; termasuk ramalan zodiak bintang). Ini ada tiga:

Selasa, 10 November 2009

Rasulullah Dan Pengemis Yahudi

Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.

Namun, setiap pagi Rasulullah Muhammad SAW mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari, sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain adalah isteri Rasulullah SAW. Beliau bertanya kepada anaknya itu, “Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?”
Aisyah RA menjawab, “Wahai Ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum Ayah lakukan kecuali satu saja.”

“Apakah Itu?”, tanya Abubakar RA. “Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada disana”, kata Aisyah RA.
Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, “Siapa kamu?!”
Abubakar RA menjawab, “Aku orang yang biasa (mendatangi engkau).”

“Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku”, bantah si pengemis buta itu. “Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku”, pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW”.