Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Selasa, 16 Februari 2010

Tiga Orang Berjanggut

Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.

Wanita itu berkata, " Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut. Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, " Apakah suamimu sudah pulang ? " Wanita itu menjawab, " Belum, dia sedang keluar. " Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali ", kata pria itu.

Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, " Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini. Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam ".

" Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama ", kata pria itu hampir bersamaan. " Lho, kenapa ?" tanya wanita itu karena merasa heran. Salah seorang pria itu berkata, " Nama dia Kekayaan," katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, " Sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. Sedangkan aku sendiri bernama Cinta. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu ?"

Rabu, 20 Januari 2010

Harta Rasulullah

Semenjak Rasulullah SAW diangkat oleh Allah SWT menjadi Utusan-Nya, beliau tidak memiliki harta apapun karena seluruhnya dibelanjakan demi tegaknya Islam. Jika ada orang muslim yang tak punya pakaian mendatangi beliau, beliau biasa meminta bantuan Bilal, yang juga merupakan muadzin beliau, untuk meminjam sesuatu dari orang lain dan membelikan orang itu pakaian dan makanan.

Suatu saat, ada seorang dari kalangan musyrikin datang kepada Bilal. Orang itu mengetahui kebiasaan Rasulullah SAW. Ia berkata, “Wahai Bilal, aku bisa memberimu pinjaman. Karena itu pinjam saja padaku, tak usah kamu pinjam kepada orang lain.”Bilal pun menerima tawaran itu dengan senang hati. Sejak saat itu, Bilal pun terkadang meminjam pada orang itu.

Pada suatu hari, Bilal berwudhu lalu bergegas untuk mengumandangkan adzan, sementara orang musyrik itu sedang berdiri di tengah kerumunan pedagang. Ketika melihat Bilal, ia berseru, “Wahai Orang Habsyi!” Bilal  menjawab, “Ya, ada apa?” Lalu ia berbicara dengan nada yang agak keras, “Tahukah kamu, berapa jarak antara kamu dan bulan depan?!” Bilal menjawab, “Sudah dekat.” Ia balik berkata lagi, “Sesungguhnya jarak antara kamu dan bulan depan adalah empat malam lagi. Pada saat itu aku akan menagih uang yang aku pinjamkan kepadamu. Karena sesungguhnya aku tidak pernah memberikan kamu sesuatu dikarenakan kemuliaanmu atau kemuliaan sahabatmu itu. Kalau kamu tak bisa membayar hutangmu itu, kamu harus menjadi budakku!” Lalu orang itu berlalu.

Selasa, 15 Desember 2009

Rasulullah Dan Sedekah Yang Bernilai

Suatu ketika ada seorang pengemis dari kalangan Anshar datang meminta-minta kepada Rasulllah SAW. Lalu beliau bertanya kepada pengemis tersebut, “Apakah kamu mempunyai sesuatu di rumahmu?” 
Pengemis itu menjawab, “Tentu, saya mempunyai pakaian yang biasa dipakai sehari-hari dan sebuah cangkir.” Rasul lalu berkata, “Ambil dan serahkan ke saya!”

Pengemis itupun pulang mengambil satu-satunya cangkir miliknya dan kembali lagi pada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW kemudian menawarkan cangkir itu kepada para sahabat, “Adakah di antara kalian yang ingin membeli ini?” Seorang sahabat menyahut, “Saya beli dengan satu dirham.”
Rasulullah SAW menawarkannya kembali, “Adakah di antara kalian yang ingin membayar lebih?” Lalu ada seorang sahabat yang sanggup membelinya dengan harga dua dirham.

Rasulullah SAW memberikan dua dirham itu kepada si pengemis lalu menyuruhnya menggunakan uang itu untuk membeli makanan untuk keluarganya dan sisa uangnya digunakan untuk membeli kapak. Rasullulah SAW berkata, “Carilah kayu sebanyak mungkin dan juallah, selama dua minggu ini aku tidak ingin melihatmu.” Sambil melepas kepergiannya Rasulullah SAW pun memberinya uang untuk ongkos.

Dua minggu kemudian pengemis itu datang kembali menghadap Rasulullah SAW sambil membawa uang sepuluh dirham hasil dari penjualan kayu. Kemudian Rasulullah SAW menyuruhnya untuk membeli pakaian dan makanan untuk keluarganya seraya bersada, “Hal ini lebih baik bagi kamu, karena meminta-meminta hanya akan membuat noda di wajahmu di akhirat nanti. Tidak layak bagi seseorang meminta-minta kecuali dalam tiga hal, fakir miskin yang benar-benar tidak mempunyai sesuatu, utang yang tidak bisa terbayar, dan penyakit yang membuat sesorang tidak bisa berusaha.

Sungguh suatu pelajaran berharga bisa kita dapat dari Rasulullah SAW. Beliau tidak hanya memberikan sedekah pada fakir miskin, namun juga memberikan ‘kail’ kepada mereka agar kelak mereka bisa hidup mandiri. Subhanallah.

Bunuh Diri

“Pernyataan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah induk berbagai gerakan teroris Islam bukan hanya baru baru ini dilemparkan, namun sudah sejak masa lalu, jamaah yang didirikan sejak tahun 1928 ini disudutkan. Bahkan di Mesir tempat gerakan ini pertama kali didirikan, mereka sudah mengalami nasib yang lebih parah. Banyak tokohnya ditangkapi, dikejar-kejar, dijebloskan ke penjara tanpa sidang, dianiaya, dirampas dan disiksa dengan beragam seni penyiksaan sampai dibunuh. Termasuk sang pendirinya sendiri, Hasan al-Banna, yang meninggal karena ditembak dan dibiarkan darahnya mengucur keluar tanpa pertolongan. Sayyid Qutub, salah satu tokoh lainnya, harus meninggalkan dunia ini di tiang gantungan.” Aku serius menjelaskan tentang pertanyaan yang ditujukan untukku oleh santriwati kelas 2K1. Mereka bertanya tentang Terorisme.

“Apakah benar mereka semua adalah teroris?” kulihat ternyata Ukhti Zubaidah lanjut menanyaiku. Aku langsung menjawabnya.

“Kalau hari ini ada satu dua yang melontarkan hal-hal seperti itu, rasanya sudah bukan hal aneh lagi. Sebab mereka pernah mengalami hal-hal yang jauh lebih parah ketimbang sekedar dituduh sebagai teroris. Mereka sudah diperlakukan sebagai teroris dan bahkan sudah menerima hukuman sebagai teroris. Kalau benar Ikhwan itu gerakan teroris, bagaimana mungkin bisa meraih suara yang signifikan? Apakah ini berarti bangsa Mesir itu semuanya teroris karena banyak yang memilih Ikhwan? Bukankah seharusnya troris itu dibenci rakyat, karena selalu bikin onar? lantaran dianggap sebagai induk dari semua organisasi teroris?” Aku balik bertanya kepada mereka.

“Tapi kami tidak mengerti dengan umat Islam, khususnya di Indonesia sekarang. Saat ada yang membela agamanya mereka mendukung dengan hanya diam dan tidak melakukan apa-apa.” Ukhti Sumiyati bertanya.