Penyesalan itu kian lama kian menghantui pikiran Anastia.Tidak ada beban begitu berat yang dapat melebihi penyesalannya bersuami dengan Asna.Setelah sepuluh tahun pernikahan dan mempunyai seorang anak yang cantik jelita bernama Nia tidak juga membuat penyesalan Anastia kunjung reda.
Anastia merupakan anak seorang bisnisman dikotanya.Dengan penampilan fisiknya yang cantik luar biasa, Anastia dapat memperoleh tipe pria idaman yang dia impikan.Selama SMP maupun SMA telah banyak laki-laki yang berusaha menggaet hatinya.Dan hanya tipe-tipe tertentu saja yang berhasil menjadi kekasih seorang Anastia. Dengan ciri-ciri layaknya orang kota Anastia memilih laki-laki yang tampan dengan mobilnya yang keren dan hartanya yang banyak. Setiap harinya dalam hidup Anastia selalu dikelilingi dengan apa yang namanya kemewahan.
Beda halnya dengan Asna yang adalah seorang anak petani yang tergolong keluarga ekonomi kelas bawah. Lahir dan besar di desa kecil yang kemudian pergi ke kota untuk menuntut ilmu di SMP dan SMA yang membiayai seluruh biaya pendidikannya, karena Asna tergolong orang yang pandai. Kesederhanaan itulah yang menjadi jalan hidup Asna, kelaparan merupakan teman sehari-harinya, “ra sah aeng-aeng (tidak usah macam-macam)” itulah yang menjadi moto hidupnya.Hanya melakukan yang terbaik untuk memperoleh hasil yang baik itulah yang dia lakukan.Kulit hitamnya menandakan darimana dia berasal dan juga penampilannya yang sederhana sering menjadi buah bisikan anak-anak lainnya di sekolah.Kelebihan Asna disamping kepandaiannya adalah kemampuannya memainkan alat musik. Satu kesamaan saja yang sama dengan Anastia yaitu sekolah SMP dan SMA yang jadi satu dimana Anastia menimba ilmu.