“Tetaplah
menjadi dirimu sobat”. Baru saja kuletakkan gagang telepon setelah menghubungi
seorang sahabat untuk sesuatu hal. Entah, rasanya Allah menuntun tangan ini
untuk menekan tombol-tombol nomornya. Dan puji syukur, hari ini aku mendapatkan
satu nasihat yang sangat berharga dalam hidupku.
Sebagai manusia, terkadang kita tidak sekuat yang
kita banggakan, tak pernah sehebat prasangka sendiri, tak pernah setangguh
bayang-bayang idealisme. Karena justru pada saat kebanggaan, prasangka diri dan
bayangan kehebatan itu menjadi tameng dalam menjalani kehidupan, sesungguhnya,
semua itu adalah tameng yang semu, yang tak pernah sanggup menahan sebutir debu
pun untuk mengelabui mata ini, yang tak pernah bisa mencegah sehelai duri halus
menembus kulit kaki kita yang terus melangkah. Adalah manusia yang sombong,
yang tak pernah mengharapkan seorang sahabat sejati mengiringi setiap
langkahnya, meski hanya dalam do’a.