Ada
sebuah buku yang ditulis oleh seorang penulis terkenal, Dave Pelzer, berjudul A
Man Named Dave, yang menggambarkan sebuah kisah tentang keberhasilan dan
kekuatan dari sikap memaafkan. Buku tersebut - yang merupakan kesimpulan dari dua
buku Pelzer sebelumnya yang menjadi best seller, A Child Called “It” dan
The Lost Boy – begitu menyentuh hati siapapun yang membacanya, karena
tidak seperti buku sebelumnya yang membuat dada berdegub, A Man Named Dave
juga mengajak kita untuk meneguhkan hati, membalas kezaliman dengan sikap
memaafkan.
Sebagaimana
digambarkan Pelzer, selama tidak kurang dari delapan tahun –sejak usia 4 tahun
hingga usia 12 tahun- mengalami berbagai siksaan yang sangat brutal dari ibunya
sendiri yang menganggap Pelzer hanya sebagai “It” yang bisa diperlakukan
dengan seenaknya, meninju, menendang, melemparkan dari atas menggelundung ke
dasar tangga, menginjak-injak bahkan mencekiknya sampai nyaris mati. Sebuah
kebesaran hati yang mengesankan dari Dave Pelzer bahwa kemudian ia tak
sedikitpun menyalahkan sikap The Mother (ibunya) selama delapan tahun
itu yang menyebabkan ia tak bisa lepas dari bayang-bayang masa lalu. Hingga
akhirnya Pelzer menemukan dirinya sendiri di dalam hati, sampai ia mampu
membebaskan diri.
Bahkan
dalam catatan di belakang buku tersebut, Jack Canfield, salah seorang penulis Chicken
Soup for The Soul mengatakan bahwa Pelzer adalah bukti nyata yang
menunjukkan bahwa kita masing-masing memiliki kemampuan untuk mengembangkan
diri sendiri, tak peduli pengalaman seburuk apapun yang menimpa diri kita.