Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Kamis, 14 Februari 2013

Nasihat Ibrahim Agar Selamat Dunia Akherat

Banyak kisah tentang orang yang bertaubat dan kembali ke jalan Allah. Ada yang dramatis, ada pula yang biasa-biasa saja. Ada yang karena sebab-sebab sepele, ada pula yang melalui proses panjang sebagai hasil pergulatan pemikiran dan pergolakan ruhani. berikut ini adalah kisah orang yang telah sadar, yang ingin agar perilaku buruknya di masa lalu tidak lagi terulang. 

Suatu hari, Ibrahim bin Adham yang sehari-hari dipanggil Abu Ishaq kedatangan tamu seorang laki-laki. Setelah menyampaikan berbagai pengakuan dosa dan kesalahannya di masa lalu dan tekadnya untuk bertobat, tamu tersebut ingin mendapatkan resep mujarab agar perbuatan lamanya tidak mudah kambuh. Kepada tamunya, Abu Ishaq menasihatkan, jika kamu mau menerima lima hal serta mampu melaksanakannya, niscaya kemaksiatan tidak akan mampu menyerang dirimu dan kamu tidak mudah dihancurkan oleh kelezatan duniawi. 

Tolong beritahukan kepadaku tentang lima hal tersebut, wahai Abu Ishaq, kata lelaki tersebut.

Pertama, bila kamu akan melakukan kedurhakaan kepada Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, janganlah kamu memakan rizki-Nya! kata Abu Ishaq mengawali nasihatnya.
Lalu, dari mana aku makan, bukankah semua yang ada di bumi ini rizki pemberian-Nya?
Lelaki itu mencoba mengomentari.

Begini, pantaskah kamu memakan rizki-Nya sedangkan pada saat yang sama kamu durhaka kepada-Nya? tandas Ibrahim.

Selasa, 05 Februari 2013

Generasi Meninggalkan Shalat Dan Mengikuti Syahwat

Allah Ta’ala berfirman:

"Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi dari keturunan Adam, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memper-turutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun." (terjemah QS. Maryam: 58-60).

Ibnu Katsir menjelaskan, generasi yang adhoo’ush sholaat itu, kalau mereka sudah menyia-nyiakan sholat, maka pasti mereka lebih menyia-nyiakan kewajiban-kewajiban lainnya. Karena shalat itu adalah tiang agama dan pilarnya, dan sebaik-baik perbuatan hamba. Dan akan tambah lagi (keburukan mereka) dengan mengikuti syahwat dunia dan kelezatannya,, senang dengan kehidupan dan kenikmatan dunia. Maka mereka itu akan menemui kesesatan,, artinya kerugian di hari qiyamat.

Adapun maksud lafazh Adho’us sholaat ini, menurut Ibnu Katsir, ada beberapa pendapat. Ada orang-orang yang berpendapat bahwa adho'us sholaat itu meninggalkan sholat secara keseluruhan (tarkuhaa bilkulliyyah). Itu adalah pendapat yang dikatakan oleh Muhammad bin Ka’ab Al-Quradhi, Ibnu Zaid bin Aslam, As-Suddi, dan pendapat itulah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Pendapat inilah yang menjadi pendapat sebagian orang salaf dan para imam seperti yang masyhur dari Imam Ahmad, dan satu pendapat dari As-Syafi’i sampai ke pengkafiran orang yang meninggalkan shalat (tarikus sholah) setelah ditegakkan, iqamatul hujjah (penjelasan dalil), berdasarkan Hadits:

بَيْنَ الْعَبْدِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ تَرْكُ الصَّلاَةِ (رواه مسلم في صحيحه برقم: 82 من حديث جابر).
 (Perbedaan) antara hamba dan kemusyrikan itu adalah meninggalkan sholat.” (HR Muslim dalam kitab Shohihnya nomor 82 dari hadits Jabir).

Aurat Dan Pakaian Wanita

Opini tentang jilbab :

Memakai jilbab itu kewajiban dan kebutuhan seorang muslimah yang sudah baligh karena jilbab dapat menutupi seluruh aurat wanita karena, aurat jika ditampakkan akan menimbulkan aib dan apabila seorang muslimah yang sudah baligh tidak memakai jilbab dan belum menikah selain ia menanggung dosa Ayahnya pun ikut menanggung dosanya sebaliknya jika ia sudah menikah maka dosanya juga ditanggung suaminya, menurut saya jilbab yang baik, yang syar’I yaitu menutupi dada dan tidak tipis dan tidak mencolok. 

Rasululah SAW bersabda :

“Sesungguhnya apabila wanita itu telah baligh ( sudah haid ) maka tidak diboleh dilihat dan padanya kecuali ini dan ini,sambil mengisyaratkan kepada muka dan telapak tangannya”. (HR.ABU DAWUD)

Dalam riwayat lain beliau bersabda :

“Sesungguhnya wanita itu jika telah cukup umurnya tidak boleh terlihat dari padanya kecuali muka dan telapak tangannya hingga pergelangan”. (HR.DAWUD)

Dalam Al Qur’an juga dijelaskan :

“Katakanlah kepada wanita yang beriman:”Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka.Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedada mereka,dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka,ayah mereka,ayah suami mereka, atau putra-putra mereka putra-putra saudara laki-laki mereka,atau putra-putra saudara perempuan  mereka, wanita-wanitaIslam, budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyaikeinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya mereka beruntung”. (Qs. An-Nuur :31)

Sabda Rasulullah SAW:

Selasa, 22 Januari 2013

Siapa Idola Kita...???

Bila kita memperhatikan fenomena dan gejala yang memasyarakat saat ini di dalam mencari panutan atau lebih trend lagi dengan sebutan “sang idola”, maka kita akan menemukan hal yang sangat kontras dengan apa yang terjadi pada abad-abad terdahulu, khususnya pada tiga abad utama (al-Qurûn al-Mufadldlalah).

Kalau dulu, orang begitu mengidolakan manusia-manusia pilihan dan berakhlaq mulia di kalangan mereka seperti para ulama dan orang-orang yang shalih. Maka, kondisi itu sekarang sudah berubah total. Orang-orang sekarang cenderung menjadikan manusia-manusia yang tidak karuan dari segala aspeknya sebagai idola. Mereka mengidolakan para pemain sepakbola, kaum selebritis, paranormal dan tokoh-tokoh maksiat pada umumnya. Anehnya, hal ini didukung oleh keluarga bahkan diberi spirit sedemikian rupa agar anaknya kelak bisa menjadi si fulanah yang artis, atau si fulan yang pemain sepakbola dan seterusnya. Lebih aneh lagi bahwa mereka berbangga-bangga dengan hal itu.

Tentunya ini sangat ironis karena sebagai umat Islam yang mayoritas seharusnya mereka harus memahami ajaran agama secara benar sehingga tidak terjerumus kepada hal-hal yang dilarang di dalamnya. Ketidaktahuan akan ajaran agama ini akan berimplikasi kepada masa depan mereka kelak karena ini menyangkut keselamatan dan ketentraman mereka di dalam meniti kehidupan di dunia ini.
Bahkan pada sebagian masyarakat kita, telah muncul gejala yang lebih serius dan mengkhawatirkan lagi, yaitu pengkultusan terhadap sosok yang dianggap sebagai tokoh tanpa menyelidiki terlebih dahulu sisi ‘aqidah dan akhlaqnya. Tokoh idola ini diikuti semua perkataan dan ditiru semua perbuatannya tanpa ditimbang-timbang lagi, apakah yang dikatakan atau dilakukan itu benar atau salah menurut agama bahkan sebaliknya, perkataan dan perbuatannya justru menjadi acuan benar tidaknya menurut agama…naûdzu billâhi min dzâlik.