Sastrawati yang rajin beribadah itu, suatu hari datang menemui Rasulullah
saw dan bercerita mengenai suaminya (Aus Ibnu Shamit). Khaulah adalah istri
dari seorang yang sudah lanjut usia dan buruk perangainya. Suatu hari sang
suami memintanya berhubungan, namun Khaulah menolaknya dengan berbagai alasan.
Aus ibnu Shamit pun marah dan mengeluarkan kata-kata, “Bagiku,
kamu tidak ubahnya seperti punggung ibuku.” Setelah itu ia keluar rumah. Tak
lama pria tua itu kembali mendatangi istrinya.
Khaulah pun berkata, “Demi Allah jangan coba mendekatiku. Kamu telah
berkata seperti itu. Biarkan Allah dan Rasul-Nya yang menghukumi antara kita.”
Mendengar itu suaminya marah besar. Tanpa menggubris perkataan istrinya,
ia segera menarik dan mendekapnya dengan kasar. Sebagaimana perempuan muda yang
memiliki tenaga, Khaulah mampu menghindar dari suaminya yang sudah tua dan
berlari menuju rumah Rasulullah saw.
Setelah mendengar cerita Khaulah, Rasulullah saw bersabda, “Wahai
Khaulah, anak pamanmu itu adalah orang tua, maka bersabar dan bertakwalah
kepada Allah Ta'ala.”
Tak lama setelah itu, turunlah ayat Allah ketika Nabi sedang berselimut
hendak tidur. Nabi pun kembali memanggil Khaulah dan berkata, “Sesungguhnya
Allah telah menurunkan beberapa ayat Al-Qur'an atas perkara kamu dan suamimu.”
Lalu beliau membacakan firman-Nya.
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan perempuan yang membantah
engkau (ya Muhammad), tentang suaminya dan ia mengadu kepada Allah dan Allah
mendengar perbantahan kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha
Melihat. Orang-orang yang menzihar istrinya di antara kamu (yaitu katanya:
engkau seperti punggung ibuku, artinya menjadi haram atasku), tiadalah istri
mereka itu menjadi ibunya. Ibu mereka tidak lain hanya perempuan yang
melahirkan mereka. Sesungguhnya mereka itu mengatakan perkataan yang munkar dan
bohong. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha pengampun.” (Al Mujadillah
[58] : 1-2)