Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Kamis, 08 Agustus 2013

Bid'ah Hari Raya Ketupat (Hari Raya Al Abrar)

Di antara perkara yang diada- adakan (bid'ah) pada bulan Syawwal adalah Bid'ah hari raya Al Abrar (orang-orang baik) (atau dikenal dengan hari raya Ketupat), yaitu hari kedelapan Syawwal. Setelah orang-orang menyelesaikan puasa bulan Ramadhan dan mereka berbuka pada hari pertama bulan Syawwal -yaitu hari raya (iedul) fitri- mereka mulai berpuasa enam hari pertama dari bulan Syawwal dan pada hari kedelapan mereka membuat hari raya yang mereka namakan iedul abrar (biasanya dikenal dengan hari raya Ketupat)

Syaikhul Islam lbnu Taimiyah – rahimahullah- berkata: "adapun membuat musim tertentu selain musim yang disyariatkan seperti sebagian malam bulan Rabi'ul Awwal yang disebut malam maulid, atau sebagian malam bulan Rajab, tanggal 18 Dzulhijjah, Jum'at pertama bulan Rajab, atau tanggal 8 Syawwal yang orang-orang jahil menamakannya dengan hari raya Al Abrar (hari raya Ketupat) ; maka itu semua adalah bid'ah yang tidak disunnahkan dan tidak dilakukan oleh para salaf. Wallahu Subhanahu wata'ala a'lam.

Peringatan hari raya ini biasanya dilakukan di salah satu masjid yang terkenal, para wanita pun berikhtilat (bercampur) dengan laki-laki, mereka bersalam-salaman dan mengucapkan lafadz-lafadz jahiliyyah tatkala berjabatan tangan, kemudian mereka pergi ke tempat dibuatnya sebagian makanan khusus untuk perayaan itu.

Hari kedelapan dari syawwal ini orang umum menamakannya sebagai Iedul Abrar (hari raya orang yang baik) yaitu orang- orang yang telah puasa enam hari syawwal. Namun hal ini adalah bid'ah. Maka hari ke delapan ini bukanlah sebagai hari raya, bukan untuk orang baik (abrar) dan bukan pula bagi orang jahat (Fujjar). Sesungguhnya ucapan mereka (yaitu iedul abrar) mengandung konskwensi bahwa orang yang tidak puasa enam hari dari syawwal maka bukan termasuk orang baik, demikian ini adalah keliru. Karena orang yang telah menunaikan kewajibannya maka dia, tanpa diragukan adalah orang yang baik walaupun tentunya sebagian orang kebaikannya ada yang lebih sempurna dari yang lain.

Selasa, 06 Agustus 2013

Kesaksian Pendeta Masuk Islam 1 (oleh Dr. M. Yahya Waloni)

Dr. Muhammad Yahya Waloni adalah seorang mantan pendeta GKI di Papua, Klasis Raja Ampat Sorong Irian Jaya Barat. Beliau juga pernah menjabat Ketua/Rektor STT Calvinis atau Universitas Kristen Papua (UKIP) Sorong. Dan pernah ditugaskan oleh pihak Gereja Kristen Pemancar Injil (GKPI) Tarakan.

Beliau menyelesaikan S1 Teologi STT Calvinis Ebenheizer Manado 1996. Tahun 2000 menyelesaikan studi S2 Teologi dan program S3 Filsafat di Institut Theologi Oikumene Imanuel (ITOI) Manado tahun 2004.

Pada hari Rabu, 11 Oktober 2006 beliau bersama istri dan tiga putranya secara sah memeluk agama Islam.


Sebagai pakar teologi, Pendeta Yahya Yopie Waloni sangat mengetahui teori-teori yang ada dalam agama Islam. Meskipun masih beragama Kristen, Yahya memandang teori apa pun yang ada di Islam sangat benar. Islam pun, mampu menceritakan peradaban dunia dari yang lalu sampai sekarang. Bahkan, agama Kristen diceritakan pula dalam Islam.

Namun, menurut pria kelahiran Manado tahun 1970 ini, yang paling membuatnya tunduk patuh hingga memutuskan untuk masuk Islam pada Oktober 2006 adalah Islam menunjuk satu individu yang sangat tepat untuk menyebarkan ajarannya. "Ada satu individu yang membuat saya tunduk dan patuh, dia buta huruf tapi bisa menyusun Alquran secara sistematis," ujar pria yang mengganti namanya menjadi M Yahya Waloni setelah memeluk agama Islam itu kepada Republika.

Menurut suami dari Lusiana (33) yang mengganti namanya menjadi Mutmainnah setelah memeluk Islam itu, dirinya masuk agama islam karena dari sistematika teori Islam sudah benar. Sebagai akamdemisi, kata dia, dirinya pun berpikir orang yang sudah memili teori benar saja bisa salah apalagi yang tidak memiliki teori yang benar. "Orang Islam yang sudah memiliki teori yang benar saja bisa salah apalagi yang tidak memiliki teori benar. Jadi, saya mengakui Islam secara teori dan spiritual," ujar Yahya.

Ketertarikan Yahya untuk masuk Islam, kata dia, sebenarnya sudah ada sejak kecil, saat berumur sekitar 14 tahun. Pada usia itu, dirinya sudah ke masjd karena tertarik melihat banyak orang islam menggunakan pakaian seperti yang digambarkan di agamanya yaitu baju ikhram. Selain itu, dirinya pun sangat tertarik dengan gendang yang suka dimainkan di masjid-masjid.

Mutiara Kata Ali bin Abi Thalib (Tentang Masa Depan)

Aku khawatir terhadap suatu masa yang rodanya dapat menggilas keimanan.

Keyakinan hanya tinggal pemikiran yang tidak berbekas dalam perbuatan.

Ada yang punya ilmu tapi tidak paham, ada yang paham ilmu tapi tidak mengamalkannya.

Ada yang pintar tapi tukang membodohi umat, ada yang bodoh malah sok pintar.

Ada yang beragama tapi tidak berakhlaq, ada yang berakhlaq tapi tidak bertuhan.

Ada orang baik tapi tidak berakal, ada orang berakal tapi tidak beriman.

Ada yang berlisan bijak tapi tidak memberi teladan, ada juga penzina yang tampil sebagai figur panutan.

Ada yang berlisan fasih tapi berhati lalai, ada yang khusyu` namun sibuk dalam kesendirian.

Ada ahli ibadah tapi mewarisi kesombong iblis, ada ahli maksiat tapi rendah hati bagaikan. Sufi.

Kamis, 01 Agustus 2013

Cara Shalat Makmum Masbuk ( Masbuq )

Cara Shalat Makmum Masbuk ( Masbuq ). Secara etimologi Masbuq adalah isim maf’ul dari kata “  سبق  yang bermakna “ terdahului/tertinggal”. Adapun secara terminologi Masbuk adalah penyematan bagi makmum yang datang terlambat dalam shalat berjamaah, baik satu rakaat maupun lebih.

Ada perbedaan pendapat mengenai kapan seorang makmum dapat dikategorikan sebagai makmum masbuk ( masbuq ) :

Pendapat Jumhur Ulama ( Mayoritas Ulama ) Mengenai Cara Shalat Makmum Masbuk

Jumhur ulama menyatakan Cara Shalat Makmum Masbuk ( Masbuq ) bahwa :

1.      Jika pada saat makmum tiba, imam sedang ruku’, dan ia masih sempat ruku bersama imam, maka berarti ia sudah mendapat rakaat tersebut, walaupun belum sempat membaca Al-Fatihah.

مَنْ أَدْرَكَ الرُّكُوْعَ فَقَدْ أَدْرَكَ الرَّكْعَةَ ( أبو داود ، الفقه الإسلاميسليمان رشيد

Siapa yang mendapatkan ruku’, maka ia mendapatkan satu raka’at”. (HR. Abu Dawud)

2.      Jika ia tidak sempat ruku bersama imam, atau ia memulai shalat setelah imam ruku, maka ia harus mengulangi rakaat tersebut, karena belum sempurna. Jadi setelah imam memberi salam ke kanan dan ke kiri, ia harus bangun untuk menyempurnakan rakaat yang masih kurang tadi.
3.      Jika pada saat ia tiba imam sedang tasyahud akhir, maka ia, setelah takbiratul ihram, langsung duduk untuk ikut tasyahud bersama imam. Jika imam telah memberi salam ke kanan dan ke kiri, maka ia langsung berdiri untuk menyempurnakan shalatnya sesuai dengan jumlah rakaat dari shalat yang sedang ia kerjakan, karena rakaat yang tadi ia ikuti belum dianggap sah. Akan tetapi ia sudah dianggap ikut berjamaah, dan akan memperoleh keutamaan shalat berjamaah.
4.      Bagi makmum yang masbuk, jika masih harus menyempurnakan rakaat yang kurang, pada saat imam duduk tasyahud akhir, sebaiknya ia duduk iftirasy (duduk tasyahud awal) dan hanya membaca tasyahud awal.
5.      Bagi makmum yang masbuk, jika pada saat ia tiba shaf (barisan) telah penuh, maka ia tidak boleh membuat barisan seorang diri. Dalam keadaan seperti itu ia harus memilih, masuk ke dalam barisan itu atau memberi isyarat kepada salah seorang yang ada dalam barisan itu untuk mundur. Orang yang diberi isyarat, pada saat makmum masbuk telah mulai membaca takbiratul ihram, harus mundur dengan langkah yang ringan dan tidak berturut-turut.
6.      Bagi makmum yang masbuk, jika pada saat ia tiba imam sedang membaca surah, atau menurut perkiraannya sebentar lagi imam akan ruku, maka setelah niat dan takbiratul ihram, ia sebaiknya langsung membaca Al-fatihah tanpa membaca doa iftitah, karena membaca doa iftitah hukumnya sunah, sedangkan membaca Al-Fatihah rukun.