Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Rabu, 29 Januari 2014

Khadijah Al-Kubra r.ha

Khadijah r.ha adalah orang pertama yang memeluk Islam. Ia menduduki tempat terhormat sebagai istri pertama Nabi Muhammad Saw. Waktu ia menikah, Muhammad Saw berusia 25 tahun, dan Khadijah r.ha 40 tahun. Pada hari yang telah ditentukan, sanak keluarga Muhammad Saw, termasuk pamannya Abu Thalib dan Hamzah r.a, berkumpul di rumah Khadijah r.ha. Abu Thalib-lah yang memberikan kata sambutan dalam upacara pernikahan mereka. Nabi Muhammad Saw tidak menikah dengan wanita lain selama Khadijah r.ha masih hidup. Khadijah r.ha sempat mendampingi Muhammad Saw selama 25 tahun setelah perkawinan, dan meninggal dunia tiga tahun sebelum Hijrah.

Khadijah r.ha memberikan enam anak, dua laki-laki: Qasim dan Abdullah, keduanya meninggal waktu masih bayi dan empat orang anak wanita: Fathimah az-Zahra r.ha, Zainab r.ha, Ruqaya r.ha, dan Ummi Kalsum r.ha.

Karena Qasim-lah kadang-kadang Nabi Muhammad Saw disebut Abul Qasim (ayah Qasim). Anaknya – Zainab r.ha – dinikahkan dengan sepupu Zainab r.ha. Kedua anak perempuan lainnya, Ruqaya r.ha. dengan Usman bin Affan r.a. dan Ummi Kalsum r.ha juga dengan Usman bin Affan r.a. setelah Ruqaya meninggal dunia. Fathimah az-Zahra r.ha, anak yang paling disayang Nabi Muhammad Saw, dinikahkan dengan Ali bin Abi Thalib r.a. Keturunan penerus Nabi Muhammad Saw ialah melalui anak laki-laki Fathimah az-Zahra r.ha, Hasan r.a dan Husein r.a. Kecuali Ibrahim yang juga meninggal dunia dalam usia muda, semua anak Nabi Muhammad Saw diperoleh dari perkawinan beliau dengan Khadijah r.ha. Rumah kediaman Khadijah r.ha kemudian dibeli oleh Amir Muawiya dan diubah menjadi masjid. Sampai sekarang, masjid itu masih menggunakan nama wanita agung itu.

Tatkala Nabi Muhammad Saw mengalami rintangan dan gangguan dari kaum lelaki Quraisy, maka di sampingnya berdiri dua orang wanita. Kedua wanita itu berdiri di belakang da’wah Islamiyah, mendukung dan bekerja keras mengabdi kepada pemimpinnya, Muhammad Saw : Khadijah binti Khuwailid r.ha dan Fatimah binti Asad r.ha. Oleh karena itu Khadijah r.ha berhak menjadi wanita terbaik di dunia. Bagaimana tidak menjadi seperti itu, dia adalah Ummul Mu’minin, sebaik-baik isteri dan teladan yang baik bagi mereka yang mengikuti teladannya. Khadijah r.ha menyiapkan sebuah rumah yang nyaman bagi Nabi Muhammad Saw sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan membantunya ketika merenung di Gua Hira’.

Khadijah r.ha adalah wanita pertama yang beriman kepadanya ketika Nabi Muhammad Saw berdo’a (memohon) kepada Tuhannya. Khadijah r.ha adalah sebaik-baik wanita yang menolongnya dengan jiwa, harta, dan keluarga. Peri hidupnya harum, kehidupannya penuh dengan kebajikan, dan jiwanya sarat dengan kebaikan.

Rasulullah Saw bersabda :”Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar, dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan dan dia menolongku dengan hartanya ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa.”

Kenapa kita bersusah payah mencari teladan di sana-sini, pada hal di hadapan kita ada “wanita terbaik di dunia,” Khadijah binti Khuwailid r.ha, Ummul Mu’minin yang setia dan taat, yang bergaul secara baik dengan suami dan membantunya di waktu berkhalwat sebelum diangkat menjadi Nabi dan meneguhkan serta membenarkannya.

Khadijah r.ha mendahului semua orang dalam beriman kepada risalahnya, dan membantu beliau serta kaum Muslimin dengan jiwa, harta, dan keluarga. Maka Allah Swt membalas jasanya terhadap agama dan Nabi-Nya dengan sebaik-baik balasan dan memberinya kesenangan dan kenikmatan di dalam istananya, sebagaimana yang diceritakan Nabi Muhammad Saw, kepadanya pada masa hidupnya. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa ketika Jibril A.s datang kepada Nabi Muhammad Saw, dia berkata: “Wahai, Rasulullah, inilah Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah dan makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan salam kepadanya dari Tuhannya dan aku, dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga dari mutiara yang tiada keributan di dalamnya dan tidak ada kepayahan.” (Fadhaail Ashhaabin Nabi Muhammad Saw, Imam Adz-Dzahabi berkata : “Keshahihannya telah disepakati.”)

Senin, 27 Januari 2014

Keberanian Hamzah bin Abdul Mutthalib r.a

Thabarani telah mengeluarkan dari Al-Harits At-Taimi dia berkata: Adalah Hamzah bin Abdul Mutthalib r.a pada hari pertempuran di Badar membuat tanda dengan bulu burung Na’amah (Bangau).

Sesudah selesai peperangan, maka seorang dari kaum Musyrikin bertanya: “Siapa orang yang bertanda dengan bulu burung Na’amah itu?”
Maka orang berkata: “Dialah Hamzah bin Abdul Mutthalib.”
Sambut orang itu lagi: “Dialah orang yang banyak memalukan kita di dalam peperangan itu.” (Majma’uz Zawa’id 6:81)

Bazzar mengeluarkan dari Abdul Rahman bin Auf r.a dia berkata: “Bertanya Umaiyah bin Khalaf kepadanya: “Hai Abdullah! Siapa orang yang memakai bulu burung Na’amah di dadanya pada perang Badar itu?”
jawabku: “Dia itu paman Muhammad, dialah Hamzah bin Abdul Mutthalib r.a.”
Berkata lagi Umaiyah bin Khalaf: “Dialah orang yang banyak mempermalukan kita dengan senjatanya sehingga dia dapat membunuh ramai di antara kita.” (Majma’uz Zawa’id 6:81)

Hakim telah mengeluarkan dari Sabir bin Abdullah r.a dia berkata: Rasulullah Saw mencari-cari Hamzah r.a pada hari Ubud setelah selesai peperangan, dan setelah semua orang berkumpul di sisinya: “Di mana Hamzah?”
Maka salah seorang di situ menjawab: “Tadi, saya lihat dia berperang di bawah pohon di sana, dia terus menerus mengatakan: Aku singa Allah, dan singa Rasul-Nya!
Ya Allah, ya Tuhanku!
Aku mencuci tanganku dari apa yang dibawa oleh mereka itu, yakni Abu Sufyan bin Harb dan tentara Quraisy. Dan aku memohon uzur kepadamu dari apa yang dibuat oleh mereka itu dan kekalahan mereka, yakni tentara Islam yang melarikan diri!” Lalu Rasulullah Saw pun menuju ke tempat itu, dan didapati Hamzah telah gugur. Ketika Beliau Saw melihat dahinya, Beliau Saw menangis, dan bila melihat mayatnya dicincang-cincang, Beliau Saw menarik nafas panjang. Kemudian Beliau Saw berkata: “Tidak ada kain kafan buatnya?!” Maka segeralah seorang dari kaum Anshar membawakan kain kafan untuknya. Berkata Jabir seterusnya, bahwa Rasulullah Saw telah berkata: “Hamzah adalah penghulu semua orang syahid nanti di sisi Allah Swt pada hari kiamat.” (Hakim 3:199)

Cerita Wahsyi r.a.

Ibnu Ishak telah mengeluarkan dari Ja’far bin Amru bin Umaiyah Adh-Dhamri, dia berkata: “Aku keluar bersama Abdullah bin Adiy bin Al-Khiyar pada zaman Mu’awiyah r.a. dan disebutkan ceritanya hingga kami duduk bersama Wahsyi (pembunuh Hamzah r.a), maka kami berkata kepadanya: “Kami datang ini untuk mendengar sendiri darimu, bagaimana engkau membunuh Hamzah r.a”

Wahsyi bercerita: “Aku akan memberitahu kamu berdua, sebagaimana aku sudah memberitahu dahulu kepada Rasulullah Saw ketika Beliau bertanya ceritanya dariku. Pada mulanya, aku ini adalah hamba kepada Jubair bin Muth’im, dan pamannya yang bernama Thu’aimah bin Adiy telah mati terbunuh di perang Badar. Ketika kaum Quraisy keluar untuk berperang di Uhud, Jubair berkata kepadaku: “Jika engkau dapat membunuh Hamzah, paman Muhammad untuk menuntut balas kematian pamanku di Badar, engkau akan aku merdekakan.”

Sabtu, 25 Januari 2014

Kisah Mata Rasulullah Saw Tembus Pandang

Setelah pulang dari perjalanan Isr’ Mi’raj, banyak hal yang serba tidak masuk akal ditanyakan oleh orang kafir. Sampai bentuk bangunan Masijidil al Aqsha, keadaan sekitarnya, jumlah pintu pun mereka tanyakan. Maka turunlah mu’jizat, sehingga jarak pandang Beliau tembus sampai ke Masjid Al Aqsha.

Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Abbas dan Aisyah r.ha ( istri Rasulullah Saw) bahwa suatu pagi yang cerah tanggal 27 Rajab tahun ke 11 kerasulan Muhammad Saw, Rasulullah Saw duduk merenung sedih seraya bersabda,

“Perjalanan Isra’ Mi’rajku semalam dan waktu subuh aku telah tiba di Makkah, kurasakan benar akan menimbulkan banyak orang yang tidak mempercayaiku.”

Secara kebetulan, Abu Jahal lewat di depan Rasulullah Saw. Melihat kemenakannya yang tampak sedang sedih, ia kemudian menghampirinya.

“Hai Muhammad, sepertinya ada hal penting yang Engkau pikirkan,” katanya.
“Benar paman, semalam aku baru menempuh perjalanan jauh,” jawab Rasulullah Saw.
“Perjalanan jauh kemanakah sehingga membuat Engkau meratapinya,” ujar Abu Jahal lagi.

Isra’ Mi’raj

Rasulullah Saw pun lantas menjelaskan tentang peristiwa yang luar biasa yang baru saja Beliau alami tersebut kepada pamannya, bahwa semalam Beliau telah melakukan sebuah perjalanan jauh yakni ke Sidratul Muntaha melalui Baitul Maqdis.

Setelah menyimak cerita Rasulullah Saw, Abu Jahal pun lantas bertanya kepada kemenakannya tersebut seraya mengekspesikan ketidak percayaannya akan semua apa yang baru saja dialami oleh Rasulullah Saw.

“Kalau pun memang engkau semalam telah melakukan perjalanan ke Sidratul Muntaha, apakah mungkin sekarang engkau sudah berada di sini dan apakah engkau berani mengabarkan peristiwa gila ini kepada kaummu?” ucap Abu Jahal.

Melihat Abu Jahal yang sepertinya sangat tidak percaya akan semua yang Beliau alami, maka ketika Abu Jahal menantang Beliau untuk mengabarkan peristiwa luar biasa kepada penduduk Makkah.

Setelah banyak orang yang berkumpul, Rasulullah saw pun menyampaikan kepada kaumnya seraya bersabda, “Wahai kaumku, ketahuilah bahwa semalam aku baru menempuh perjalanan jauh.”
Salah seorang dari kaum itu bertanya. “Kemana?”
Rasulullah Saw pun menjawab dengan tegas, “Ke Sidratul Muntaha melalui Baitul Maqdis,”.
“Dan pagi ini kamu sudah berada di sini, hai Muhammad?” tanya seorang kaum itu yang keheranan.
“Benar, dan inilah kekuasaan Allah Swt, wahai kaumku!” sabda Rasulullah Saw menjelaskan.

Mata Rasulullah Saw Tembus Pandang

Tiba-tiba seorang dari Bani ‘Adi bernama Muth’im bin ‘Adi menerobos kerumunan orang dan maju ke depan dan berkata lantang,
“Hai Muhammad, sebelum hari ini, aku membenarkan ucapanmu.
Tetapi sejak detik ini aku mendustakanmu, sebab aku biasa ke Baitul Maqdis dengan berkendara unta membutuhkan waktu sebulan penuh untuk sampai kesana.
Demikian juga pulangnya ke Makkah.
Kalau engkau memang benar semalam telah ke Baitul Maqdis aku mempunyai pertanyaan untukmu, Berapakah jumlah pintu Masjid al-Aqsha/Baitul Maqdis?”

Kamis, 23 Januari 2014

Keberanian Az-Zubair bin Al-Awwam r.a

Ibnu Asakir telah mengeluarkan dari Said bin Al-Musaiyib, dia berkata: Orang pertama yang menghunus pedangnya fi sabilillah ialah Az-Zubair bin Al-Awwam r.a.

Pada suatu hari, sedang dia sibuk dengan kerjanya, tiba-tiba terdengar olehnya desas-desus bahwa Rasulullah Saw telah dibunuh orang. Az-Zubair r.a tidak membuang waktu lagi, lalu mengambil pedangnya keluar mencari-cari sumber berita itu. Di tengah jalan dia bertemu dengan Rasulullah Saw sedang berjalan, wajahnya tertegun. Rasulullah Saw lalu bertanya: “Mengapa engkau wahai Zubair, terkejut?”
Jawabnya: “Aku dengar berita, bahwa engkau telah dibunuh orang!”
Rasulullah Saw juga terkejut, lalu berkata: “Kalau aku dibunuh orang, maka apa yang hendak engkau buat?”
Jawab Az Zubair R.a: “Aku akan menantang semua orang Makkah, karena itu!”
Rasululah Saw lalu mendo’akan segala yang baik-baik baginya.

Ibnu Asakir dan Abu Nuaim memberitakan dari Urwah bahwa Az-Zubair bin Al-Awwam r.a pernah mendengar bisikan syaitan yang mengatakan bahwa Muhammad Saw telah dibunuh dan ketika itu Az-Zubair r.a baru saja berusia dua belas tahun. Az-Zubair r.a lalu mengambil pedangnya, dan berkeliaran di lorong-lorong Makkah mencari Nabi Muhammad Saw yang ketika itu berada di daerah tinggi Makkah, sedang di tangan Az-Zubair r.a pedang yang terhunus.

Ketika dia bertemu dengan Nabi Muhammad Saw, Beliau Saw bertanya: “Kenapa engkau dengan pedang yang terhunus itu hai Zubair?!”
Dia menjawab: “Aku dengar engkau dibunuh orang Makkah.”
Rasulullah Saw tersenyum, lalu bertanya lagi: “Apa yang hendak engkau perbuat, jika aku terbunuh?”
jawab Az-Zubair r.a: Aku akan menuntut balas akan darahmu kepada siapa yang membunuhmu!”
Rasulullah Saw lalu mendo’akan bagi Az-Zubair r.a dan bagi pedangnya, kemudian menyuruhnya kembali saja. Maka itu dianggap sebagai pedang pertama yang terhunus fii sabilillah. (Kanzul Ummal 5:69; Al-Ishabah 1:545)

Yunus menyebut dari Ibnu Ishak, bahwa Thalhah bin Abu Thalhah Al-Abdari, pembawa bendera kaum Musyrikin pada hari Uhud telah mengajak perang tanding, tetapi tiada seorang pun yang mau keluar menemuinya. Maka Az-Zubair bin Al-Awwam r.a keluar untuk menghadapinya. Mereka berdua bertarung sampai Az-Zubair r.a melompat ke atas untanya, dan menariknya jatuh ke atas tanah, dan di situ dia bertarung dengan Thalhah, sehingga akhirnya Az-Zubair dapat mengalahkan Talhah dan membunuhnya dengan pedangnya.

Lantaran itu Rasulullah Saw telah berkata: “Tiap-tiap Nabi ada pengiringnya, dan pengiringku ialah Az-Zubair r.a.”

Kemudian Beliau berkata lagi: “Kalau Az-Zubair tidak keluar melawannya, niscaya aku sendiri yang akan keluar dan melawannya, karena melihat ramai orang yang tidak sanggup melawannya.” (Al-Bidayah Wan-Nihayah 4:20)

Yunus memberitakan lagi dari Ibnu Ishak yang berkata: “Pada hari pertempuran Khandak, telah keluar Naufal bin Abdullah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi seraya mengajak untuk lawan tanding. Maka segera keluar menghadapinya Az-Zubair bin Al-Awwam r.a dan melawannya sehingga dia dapat membelah tubuh musuhnya menjadi dua, sehingga pedangnya menjadi tumpul.” (Al-Bidayah Wan-Nihayah 4:107)