Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Jumat, 23 Mei 2014

Cahaya Dari Bukhara

Amirul Mukminin fil Hadits, gelar itu didaulatkan para ulama kepada ahli hadits dari Kota Bukhara, Uzbekistan. Tak salah bila ulama besar di abad ke-9 M ini ditabalkan sebagai ‘Pemimpin Kaum Mukmin dalam Ilmu Hadits’. Betapa tidak, hampir seluruh ulama merujuk kitab kumpulan hadits sahih yang disusunnya.

Para ulama juga bersepakat, Al Jami’ as Sahih atau Sahih Al Bukhari—kumpulan hadits sahih sebagai kitab paling otentik setelah Al-Quran. Sahih Al Bukhari yang disusun ulama legendaris asal ‘kota lautan pengetahuan’—Bukhara—itu juga diyakini kalangan ulama Sunni sebagai literatur hadits yang paling afdol.

Sang ulama fenomenal itu mendedikasikan hidupnya untuk menyeleksi secara ketat ratusan ribu hadits yang telah dihafalnya sejak kecil. Karyanya yang sangat monumental itu bak cahaya yang telah menerangi perjalanan hidup umat Islam. Ribuan hadits sahih telah dipilihnya menjadi pedoman hidup umat Islam, sesudah Al-Quran.

Ulama besar dan ahli hadits nomor wahid ini memiliki nama lengkap Muhammad Ibnu Ismail Ibnu Ibrahim Ibnu Al Mughirah Ibnu Bardizbah Al Bukhari. Ia lebih dikenal dengan nama tanah kelahirannya, Bukhara. Dan, masyarakat Muslim pun biasa memanggilnya Imam Bukhari.

Pemimpin kaum Mukminin dalam ilmu hadits itu terlahir pada hari Jumat, 13 Syawal 194 H, bertepatan dengan 20 Juli 810 M. Sejak kecil, Imam Bukhari hidup dalam keprihatinan. Alkisah, ketika terlahir ke dunia, Bukhari cilik tak bisa melihat alias buta. Sang bunda tak putus asa dan tak tak pernah berhenti berdoa dan memohon kepada Allah SWT untuk kesembuhan penglihatan putranya.

Sang Khalik pun mengabulkan doa-doa yang selalu dipanjatkan ibu Imam Bukhari. Secara menakjubkan, ketika menginjak usia 10 tahun, penglihatan bocah yang kelak menjadi ulama terpandang itu kembali normal. Imam Bukhari sudah akrab dengan ilmu hadits sejak masih belia. Sang ayah, Ismail Ibnu Ibrahim, juga seorang ahli hadits yang terpandang.

Ismail merupakan salah seorang murid ulama terpandang, Hammad ibnu Zaid dan Imam Malik. Sang ayah tutup usia saat Imam Bukhari masih belia. Meski hidup sebagai seorang anak yatim yang serba pas-pasan, Bukhari cilik tak pernah putus asa. Ia menghabiskan waktunya untuk belajar dan belajar, tanpa merisaukan masalah keuangan.

Rabu, 21 Mei 2014

Lagi-Lagi Dusta Syi'ah Terbongkar

Beberapa waktu lalu, Syi'ah dari berbagai negara mulai dari Iran, Suria, Hizbullat-Libanon, bahkan sampai konco-konconya di Indonesia dengan aktifnya menebarkan fitnah "PEMBONGKARAN MAKAM HUJR IBN ADI AL-KINDY Radhiallahu 'anhu". Sahabat yang turut serta menghancurkan imperium Persia Majusi di Iran dan Mada'in, yang kemudian wafat di Suria. 

Tidak cukup di sini, mereka menebarkan 'foto' yang diklaim foto beliau, dan menuduh para mujahidinlah yang melakukan perbuatan terkutuk tersebut.

FAKTA

Fakta sebenarnya membuktikan bahwa foto yang tersebar bukanlah foto sahabat Hujr Ibn Adi Radhiyallahu 'anhu, melainkan foto dari salah seorang korban kebengisan Koalisi spesies Syi'ah. Korban ini bernama Mahrus al-Syarabji dari Hazzah-Damaskus. Beliau syahid–biiznillah pada 1/5/2013. Foto tersembut diambil dari video aslinya berjudul:

شام ريف دمشق حزة الشهيد محروس الشربجي 1 5 2013 تحذير الفيديو قاسي جداً

Lihat video aslinya di sini:
http://www.youtube.com/watch?v=6Ti6uS-ZHoM

Kemudian Spesies Syi'ah menguploud ulang video ini dengan judul: Photo sahabat Hujr Ibn Adi al-Syahid radhiyallahu 'anhu. Seperti video bertanggal 6/5/2013 :http://www.youtube.com/watch?v=JO-g6MFY4bQ

APA UNTUNGNYA BUAT SYI'AH?

Barangkali saudara/i pada bertanya, apa sih untungnya buat Syi'ah menebarkan fitnah seperti ini?

Dengan fitnah murahan seperti ini, Syi'ah mendulang keuntungan cukup banyak, di antaranya:

1.Memperburuk citra mujahidin, dengan tuduhan yang tersebar ke dunia.

2. Memicu konflik sectarian sunni-Syi'ah. Tentu siapa saja mengaku muslim di manapun pastilah merasa sangat marah dengan perbuatan ini. Etnis Syi'ah akan berusaha membalas dengan merusak simbol-simbol sunni, karena yang mereka tau pelakunya adalah sunni. Sebaliknya, diharapkan kaum sunni juga membalas merusak kuburan-kuburan yang dijadikan pusat ibadah Syi'ah, karena mereka tau bahwa pelaku sebenarnya adalah tentara Hizbullat-Libanon.

Senin, 19 Mei 2014

Catatan Sahabat Rasulullah Muhammad SAW (Umar bin Khattab)

Sungguh, tidaklah cukup untuk mencintai seseorang tanpa mencintai orang-orang disekitarnya. Mari kita mengenal dan mencintai para sahabat Rasulullah SAW.

“Seandainya ada nabi setelahku maka ia adalah Umar bin Khattab.” (HR.Tirmidzi)

Umar bin Khattab lahir 13 tahun setelah Tahun Gajah, sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi.

Umar bin Khattab masuk Islam pada tahun keenam kenabian saat berumur 27 tahun.

Umar bin Khattab adalah khalifah pertama yang mendapat gelar ’amirul mukminin.

Menurut Ibnu Umar, Umar bin Khattab berkulit putih bersih dengan kemerah-merahan. Postur tubuhnya tinggi, kepalanya botak dan beruban.

“Umar bin Khattab berpostur tinggi jauh melampaui umumnya manusia.” [Ubaid bin Umar]

”Kedua tulang pipinya menonjol, bagian depan jenggotnya besar dan di ujungnya ada warna hitam kemerah-merahan.” [Abi Raja Al-Athari]

Tahukah anda? Umar adalah keponakan dari Abu Jahal dan beliau juga keponakan secara hukum dari Rasulullah SAW. Ummu Salma, bibi Umar, menikah dengan Rasulullah SAW.

Umar bin Khattab diberi gelar Al Faruq oleh Rasulullah SAW.

Ibnu Sa’ad dari Dzakwan bertanya kepada ’Aisyah, “Siapa yang menggelari Umar bin Khattab dengan Al-Faruq?” Dia berkata: ”Rasulullah.”

Al Faruq artinya pembeda antara yang haqq (benar) dan yang bathil (salah).

Umar adalah salah satu sahabat yang dijamin masuk surga.

Rasul SAW pernah bermimpi melihat Umar ra di surga. Beliau SAW melihat seorang wanita sedang berwudhu disamping sebuah Istana. Kemudian Rasul SAW menanyakan milik siapa rumah itu, lalu dikatakan, "Milik Umar." (HR. Bukhari)

Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah mengalirkan kebenaran melalui lidah dan hati Umar.” (HR. Tirmidzi)

Sabtu, 17 Mei 2014

Peristiwa Syahidnya Husein (Cucu Rasulullah SAW)

Peristiwa Kesyahidan Husein bin Ali bin Abi Thalib

Bulan Muharram merupakan bulan yang agung dan memiliki banyak keutamaan; Nabi Musa ‘alaihissalam diselamatkan dari Firaun dan bala tentaranya di bulan Muharram. Untuk menghormati bulan ini, Allah haramkan peperangan walaupun perang tersebut bertujuan meninggikan kalimat-Nya. Di bulan ini pun terdapat suatu hari, yang dapat mengampuni dosa setahun yang lalu dengan berpuasa di hari tersebut. Namun, bulan Muharram juga mengisahkan sebuah duka, duka dengan wafatnya penghulu pemuda penghuni surga, cucu Rasulullah, Husein bin Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu.

Terkait peristiwa tersebut, ada sebuah kelompok yang rutin memperingati wafatnya Husein bin Ali radhiallahu ‘anhu dengan cara meratapi dan menyiksa diri. Mereka berandai-andai jika saja waktu itu mereka bersama Husein dan menolong Husein yang dizalimi. Mereka menamakan diri mereka Syiah, pencinta dan pendukung ahlul bait (keluarga Nabi). Setiap orang bisa mengklaim diri sebagai penolong keluarga Nabi, namun pertanyaannya adalah benarkah mereka menolongnya?

Kita tidak hendak saling menyalahkan, tidak juga memicu perpecahan, kita hanya akan mengangkat fakta sejarah bagaimana cucu manusia yang paling mulia ini bisa terbunuh di tanah Karbala.

Kita awali kisah ini dengan memasuki tahun 60 H ketika Yazid bin Muawiyah dibaiat menjadi khalifah. Saat itu Yazid yang berumur 34 tahun diangkat oleh ayahnya Muawiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu sebagai khalifah umat Islam menggantikan dirinya.

Ketika Yazid dibaiat ada dua orang sahabat Nabi yang enggan membaiatnya, mereka adalah Abdullah bin Zubeir dan Husein bin Ali bin Abi Thalib. Abdullah bin Zubeir pun dipinta untuk berbaiat, ia mengatakan, “Tunggulah sampai malam ini, akan aku sampaikan apa yang ada di benakku.” Saat malam tiba, maka Abdullah bin Zubeir pergi dari Madinah menuju Mekah. Demikian juga Husein, ketika beliau dipinta untuk berbaiat, beliau mengatakan, “Aku tidak akan berbaiat secara sembunyi-sembunyi, tapi aku menginginkan agar banyak orang melihat baiatku.” Saat malam menjelang, beliau juga berangkat ke Mekah menyusul Abdullah bin Zubeir.

Kabar tidak berbaiatnya Husein dan perginya beliau ke kota Mekah sampai ke telinga penduduk Irak atau lebih spesifiknya penduduk Kufah. Mereka tidak menginginkan Yazid menjadi khalifah bahkan juga Muawiyah, karena mereka adalah pendukung Ali dan anak keturunannya. Lalu penduduk Kufah pun mengirimi Husein surat yang berisi “Kami belum berbaiat kepada Yazid dan tidak akan berbaiat kepadanya, kami hanya akan membaiat Anda (sebagai khalifah).” Semakin hari, surat tersebut pun semakin banyak sampai ke tangan Husein, jumlanya mencapai 500 surat.