Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Minggu, 25 Mei 2014

Hadits : “Seandainya Setelahku Ada Nabi,……”

Al-Imaam At-Tirmidziy rahimahullah berkata :

حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بْنُ شَبِيبٍ، حَدَّثَنَا الْمُقْرِئُ، عَنْ حَيْوَةَ بْنِ شُرَيْحٍ، عَنْ بَكْرِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ مِشْرَحِ بْنِ هَاعَانَ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: " لَوْ كَانَ بَعْدِي نَبِيٌّ لَكَانَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ

Telah menceritakan kepada kami Salamah bin Syabiib : Telah menceritakan kepada kami Al-Muqri’, dari Haiwah bin Syuraih, dari Bakr bin ‘Amru, dari Misyrah bin Haa’aan, dari ‘Uqbah bin ‘Aamir, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Seandainya setelahku ada nabi, niscaya ia adalah ‘Umar bin Al-Khattaab” [As-Sunan, no. 3686].

Keterangan :

1.      Salamah bin Syabiib An-Naisaabuuriy, Abu ‘Abdirrahmaan Al-Hajuriy Al-Masma’iy; seorang yang tsiqah (w. 247 H). Dipakai Muslim dalam Shahih-nya [Taqriibut-Tahdziib, hal. 400 no. 2507].
2.      Al-Muqri’ namanya : ‘Abdullah bin Yaziid Al-Qurasyiy Al-‘Adawiy Al-Makkiy, Abu ‘Abdirrahmaan Al-Muqri’ Al-Qashiir; seorang yang tsiqah lagi mempunyai keutamaan (w. 213 H). Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya [idem, hal. 558-559 no. 3739].
3.      Haiwah bin Syuraih bin Shafwaan bin Maalik At-Tujiibiy, Abu Zur’ah Al-Mishriy; seorang yang tsiqah, tsabat, faqiih, lagi zaahid (w. 158/159 H). Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya [idem, hal. 282 no. 1610].
4.      Bakr bin ‘Amru Al-Ma’aafiriy Al-Mishriy; seorang yang shaduuq lagi ‘aabid (w. setelah 140 H pada masa pemerintahan Abu Ja’far). Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya [idem, hal. 176 no. 753].
5.      Misyrah bin Haa’aan Al-Ma’aafiriy, Abu Mush’ab Al-Mishriy; seorang yang dihukumi Ibnu Hajar maqbuul, yaitu jika ada mutaba’ah (namun jika tidak ada, maka lemah) (w. 128 H) [idem, hal. 944-945 no. 6724].

Saya (Abul-Jauzaa’) berkata :
Ahmad bin Hanbal berkata : “Ma’ruuf”. Ibnu Ma’iin berkata : “Tsiqah”. ‘Utsmaan bin Sa’iid Ad-Daarimiy berkata : “Shaduuq”. Al-‘Ijliy berkata : “Taabi’iy tsiqah”. Ibnu Hibbaan menyebutkannya dalam Ats-tsiqaat dan berkata : “Sering keliru dan menyelisihi”. Ia juga menyebutkannya dalam Al-Majruuhiin dan berkata : “Meriwayatkan dari ‘Uqbah bin ‘Aamir hadits-hadits munkar yang tidak ada mutaba’ah-nya. Yang benar tentang perkaranya adalah meninggalkan riwayat-riwayatnya yang ia bersendirian, dan boleh dijadikan i’tibar jika berkesesuaian dengan perawi tsiqaat”. Ibnu ‘Adiy berkata : “Aku harap, tidak mengapa dengannya”. Adz-Dzahabiy berkata : “Shaduuq”. Di lain tempat ia berkata : “Tsiqah”.

Al-Albaaniy berkata : “Padanya terdapat pembicaraan, namun ia tidak turun dari tingkatan hasan”. Abu Ishaaq Al-Huwainiy berkata : “Shaduuq, terdapat sedikit pembicaraan dalam hapalannya”. Basyar ‘Awwaad dan Al-Arna’uth menyimpulkan : “Shaduuq hasanul-hadiits”.
[lihat : Taariikh Ibni Ma’iin lid-Daarimiy hal. 204 no. 755, Ma’rifatuts-Tsiqaat 2/279 no. 1728, Tahdziibul-Kamaal 28/7-8 no. 5974, Tahdziibut-Tahdziib 10/55 no. 295, Al-Kaasyif 2/265 no. 5456, Miizaanul-I’tidaal 4/117 no. 8549, Ash-Shahiihah 1/646,Natsnun-Nabaal hal. 1366 no. 3371, dan Tahriir Taqriibit-Tahdziib 3/380-381 no. 6679].
Kesimpulan : Misyrah seorang yang shaduuq. Ibnu Hibbaan telah menyendiri dalam penyebutan jarh tersebut.
6.      ‘Uqbah bin ‘Aamir Al-Juhhaniy; salah seorang shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam (w. 60 H di Mesir). Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya [At-Taqriib, hal. 684 no. 4675].

Jumat, 23 Mei 2014

Cahaya Dari Bukhara

Amirul Mukminin fil Hadits, gelar itu didaulatkan para ulama kepada ahli hadits dari Kota Bukhara, Uzbekistan. Tak salah bila ulama besar di abad ke-9 M ini ditabalkan sebagai ‘Pemimpin Kaum Mukmin dalam Ilmu Hadits’. Betapa tidak, hampir seluruh ulama merujuk kitab kumpulan hadits sahih yang disusunnya.

Para ulama juga bersepakat, Al Jami’ as Sahih atau Sahih Al Bukhari—kumpulan hadits sahih sebagai kitab paling otentik setelah Al-Quran. Sahih Al Bukhari yang disusun ulama legendaris asal ‘kota lautan pengetahuan’—Bukhara—itu juga diyakini kalangan ulama Sunni sebagai literatur hadits yang paling afdol.

Sang ulama fenomenal itu mendedikasikan hidupnya untuk menyeleksi secara ketat ratusan ribu hadits yang telah dihafalnya sejak kecil. Karyanya yang sangat monumental itu bak cahaya yang telah menerangi perjalanan hidup umat Islam. Ribuan hadits sahih telah dipilihnya menjadi pedoman hidup umat Islam, sesudah Al-Quran.

Ulama besar dan ahli hadits nomor wahid ini memiliki nama lengkap Muhammad Ibnu Ismail Ibnu Ibrahim Ibnu Al Mughirah Ibnu Bardizbah Al Bukhari. Ia lebih dikenal dengan nama tanah kelahirannya, Bukhara. Dan, masyarakat Muslim pun biasa memanggilnya Imam Bukhari.

Pemimpin kaum Mukminin dalam ilmu hadits itu terlahir pada hari Jumat, 13 Syawal 194 H, bertepatan dengan 20 Juli 810 M. Sejak kecil, Imam Bukhari hidup dalam keprihatinan. Alkisah, ketika terlahir ke dunia, Bukhari cilik tak bisa melihat alias buta. Sang bunda tak putus asa dan tak tak pernah berhenti berdoa dan memohon kepada Allah SWT untuk kesembuhan penglihatan putranya.

Sang Khalik pun mengabulkan doa-doa yang selalu dipanjatkan ibu Imam Bukhari. Secara menakjubkan, ketika menginjak usia 10 tahun, penglihatan bocah yang kelak menjadi ulama terpandang itu kembali normal. Imam Bukhari sudah akrab dengan ilmu hadits sejak masih belia. Sang ayah, Ismail Ibnu Ibrahim, juga seorang ahli hadits yang terpandang.

Ismail merupakan salah seorang murid ulama terpandang, Hammad ibnu Zaid dan Imam Malik. Sang ayah tutup usia saat Imam Bukhari masih belia. Meski hidup sebagai seorang anak yatim yang serba pas-pasan, Bukhari cilik tak pernah putus asa. Ia menghabiskan waktunya untuk belajar dan belajar, tanpa merisaukan masalah keuangan.

Rabu, 21 Mei 2014

Lagi-Lagi Dusta Syi'ah Terbongkar

Beberapa waktu lalu, Syi'ah dari berbagai negara mulai dari Iran, Suria, Hizbullat-Libanon, bahkan sampai konco-konconya di Indonesia dengan aktifnya menebarkan fitnah "PEMBONGKARAN MAKAM HUJR IBN ADI AL-KINDY Radhiallahu 'anhu". Sahabat yang turut serta menghancurkan imperium Persia Majusi di Iran dan Mada'in, yang kemudian wafat di Suria. 

Tidak cukup di sini, mereka menebarkan 'foto' yang diklaim foto beliau, dan menuduh para mujahidinlah yang melakukan perbuatan terkutuk tersebut.

FAKTA

Fakta sebenarnya membuktikan bahwa foto yang tersebar bukanlah foto sahabat Hujr Ibn Adi Radhiyallahu 'anhu, melainkan foto dari salah seorang korban kebengisan Koalisi spesies Syi'ah. Korban ini bernama Mahrus al-Syarabji dari Hazzah-Damaskus. Beliau syahid–biiznillah pada 1/5/2013. Foto tersembut diambil dari video aslinya berjudul:

شام ريف دمشق حزة الشهيد محروس الشربجي 1 5 2013 تحذير الفيديو قاسي جداً

Lihat video aslinya di sini:
http://www.youtube.com/watch?v=6Ti6uS-ZHoM

Kemudian Spesies Syi'ah menguploud ulang video ini dengan judul: Photo sahabat Hujr Ibn Adi al-Syahid radhiyallahu 'anhu. Seperti video bertanggal 6/5/2013 :http://www.youtube.com/watch?v=JO-g6MFY4bQ

APA UNTUNGNYA BUAT SYI'AH?

Barangkali saudara/i pada bertanya, apa sih untungnya buat Syi'ah menebarkan fitnah seperti ini?

Dengan fitnah murahan seperti ini, Syi'ah mendulang keuntungan cukup banyak, di antaranya:

1.Memperburuk citra mujahidin, dengan tuduhan yang tersebar ke dunia.

2. Memicu konflik sectarian sunni-Syi'ah. Tentu siapa saja mengaku muslim di manapun pastilah merasa sangat marah dengan perbuatan ini. Etnis Syi'ah akan berusaha membalas dengan merusak simbol-simbol sunni, karena yang mereka tau pelakunya adalah sunni. Sebaliknya, diharapkan kaum sunni juga membalas merusak kuburan-kuburan yang dijadikan pusat ibadah Syi'ah, karena mereka tau bahwa pelaku sebenarnya adalah tentara Hizbullat-Libanon.

Senin, 19 Mei 2014

Catatan Sahabat Rasulullah Muhammad SAW (Umar bin Khattab)

Sungguh, tidaklah cukup untuk mencintai seseorang tanpa mencintai orang-orang disekitarnya. Mari kita mengenal dan mencintai para sahabat Rasulullah SAW.

“Seandainya ada nabi setelahku maka ia adalah Umar bin Khattab.” (HR.Tirmidzi)

Umar bin Khattab lahir 13 tahun setelah Tahun Gajah, sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi.

Umar bin Khattab masuk Islam pada tahun keenam kenabian saat berumur 27 tahun.

Umar bin Khattab adalah khalifah pertama yang mendapat gelar ’amirul mukminin.

Menurut Ibnu Umar, Umar bin Khattab berkulit putih bersih dengan kemerah-merahan. Postur tubuhnya tinggi, kepalanya botak dan beruban.

“Umar bin Khattab berpostur tinggi jauh melampaui umumnya manusia.” [Ubaid bin Umar]

”Kedua tulang pipinya menonjol, bagian depan jenggotnya besar dan di ujungnya ada warna hitam kemerah-merahan.” [Abi Raja Al-Athari]

Tahukah anda? Umar adalah keponakan dari Abu Jahal dan beliau juga keponakan secara hukum dari Rasulullah SAW. Ummu Salma, bibi Umar, menikah dengan Rasulullah SAW.

Umar bin Khattab diberi gelar Al Faruq oleh Rasulullah SAW.

Ibnu Sa’ad dari Dzakwan bertanya kepada ’Aisyah, “Siapa yang menggelari Umar bin Khattab dengan Al-Faruq?” Dia berkata: ”Rasulullah.”

Al Faruq artinya pembeda antara yang haqq (benar) dan yang bathil (salah).

Umar adalah salah satu sahabat yang dijamin masuk surga.

Rasul SAW pernah bermimpi melihat Umar ra di surga. Beliau SAW melihat seorang wanita sedang berwudhu disamping sebuah Istana. Kemudian Rasul SAW menanyakan milik siapa rumah itu, lalu dikatakan, "Milik Umar." (HR. Bukhari)

Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah mengalirkan kebenaran melalui lidah dan hati Umar.” (HR. Tirmidzi)