Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Selasa, 22 September 2009

Rasulullah Dan Anak Yatim

Hari Raya Idul Fitri telah tiba. Sejak pagi-pagi sekali, semua orang sibuk mempersiapkan pesta menyambut lebaran. Kota Madinah dipenuhi suasana gembira. Waktu pelaksanaan shalat Id semakin dekat. Tua-muda dengan mengenakan pakaian terbaru mereka pergi menuju lapangan. Anak-anak turut beserta orangtua mereka, bermain dan bercanda di tempat yang agak jauh dari orang dewasa. Suasana di sekitar lapangan semakin semarak dengan aroma wewangian yang melenakan dari pakaian yang melambai-lambai serta saputangan yang berkibar-kibar ditimpa riuh-rendah suara anak-anak yang tiada henti.

Usai shalat Id anak-anak tampak sibuk mengucapkan selamat lebaran. Ketika Rasulullah SAW hendak pulang, beliau melihat seorang bocah bertubuh kurus memakai baju compang-camping, duduk sendirian di salah satu sudut lapangan sembari melelehkan air mata.

Rasulullah berjalan menghampiri anak tersebut, dengan penuh kasih sayang mengusap pundaknya dan bertanya, “Mengapa menangis, Nak?”
Si anak dengan marah menyingkirkan tangan Rasulullah dan berkata, “Tinggalkan aku sendiri! Aku sedang berdoa.”
Rasulullah membelai rambut bocah itu dan dengan suara yang penuh kelembutan beliau bertanya kembali, “Katakan padaku, Nak! Apa yang terjadi padamu?”

Bocah itu menyembunyikan wajah di antara kedua lututnya, lalu berkata,” Ayahku terbunuh dalam peperangan melawan Muhammad. Ibuku sudah kawin lagi dengan orang lain. Harta benda milikku dijarah orang. Aku hidup bersama dengan ibuku, tetapi suaminya yang baru telah mengusirku pergi. Hari ini semua anak-anak sebayaku bercanda dan menari-nari dengan mengenakan pakaian barunya, tetapi diriku? Aku tidak punya makanan yang kumakan dan tidak pula atap yang melindungiku.”
Air mata Rasulullah mulai menetes. Tetapi beliau mencoba untuk tetap tersenyum sembari bertanya, “Jangan bersedih anakku! Aku juga kehilangan ayah dan ibu saat aku masih kecil.”

Si anak menengadahkan kepalanya dan menatap Rasulullah, ia segera mengenali wajah itu dan ia pun merasa sangat malu. Dengan nada penuh kasih Rasulullah berkata, ” Jika aku menjadi ayahmu dan Aisyah menjadi ibumu, dan Fatimah saudaramu, apakah kamu akan merasa bahagia, anakku?” Si anak mengangguk, “Tentu.”

Rasulullah menggandeng tangan anak malang itu dan membawanya ke rumah. Beliau memanggil Aisyah, “Terimalah anak ini sebagai anakmu.” Aisyah memandikan anak itu dengan tangannya sendiri dan memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Setelah memakaikan pakaian padanya, Aisyah berkata, “Sekarang pergilah Nak. Kamu bisa bermain dengan teman-temanmu, dan bila sudah kau rasa cukup, pulanglah.”

Ibu, Eric Rindu Ibu

Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya
lumayan tampan namun terlihat agak bodoh.
Sam, suamiku, memberinya nama Eric.

Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini
memang agak terbelakang.
Saya berniat memberikannya kepada orang lain
saja.

Namun Sam mencegah niat buruk itu.
Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga.

Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun
melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil.

Saya menamainya Angelica.
Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga
Sam.

Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian
anak-anak yang indah-indah.

Namun tidak demikian halnya dengan Eric.
Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut.
Sam berniat membelikannya, namun saya selalu
melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga.
Sam selalu menuruti perkataan saya.

Rabu, 16 September 2009

AS, Polisi Yang Sering Melanggar

Apa jadinya kalau aturan lalu lintas yang ada di jalan raya justru dilanggar oleh bapak-bapak polisi sebagai pembuat peraturan tersebut. Kelihatannya rambu-rambu yang dibuat itu memang hanya diperuntukan bagi para pengguna jalan, tapi tidak untuk polisi. Meski bukan sebagai bentuk pelanggaran, misalnya mobil polisi parkir di sembarang tempat, motor polisi masuk jalan tol, dan lain-lain. Bagi orang awam ada penilaian, ternyata polisi sendiri tidak memberikan contoh yang baik.
Tamsil itu sepertinya pas buat negeri Paman Sam yang saat ini masih dirundung duka pasca tragedi WTC. Di satu sisi AS menyuarakan diri sebagai polisi dunia. Di sisi lain ia juga tampil sebagai pihak yang mudah saja melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang sudah disepakati negara-negara di dunia.

Sedikit saja dalam catatan kita, seperti keengganan Amerika melaksanakan hasil-hasil kesepakatan dua kontrak politik berskala mondial soal pertahanan dan lingkungan hidup. Pertama, perjanjian Traktat ABM (Anti Ballistic Missile) tahun 1972. Intinya, negara-negara yang terlibat dalam kontrak itu setuju tidak membangun sistem pertahanan antirudal nasional dan sistem sejenis di negaranya masing-masing. Tujuan kesepakatan ini adalah membuat masing-masing pihak tak dirangsang untuk melakukan serangan pertama. Karena ia tahu, pembalasan musuh akan menghancurkan dirinya.

Senin, 10 Agustus 2009

Allah Ta’ala Mengharamkan Zina dan Sebab-Sebab yang Mengarah Kepadanya

Kaidah syari’at yang suci menegaskan bahwa ketika Allah Ta’ala mengharamkan sesuatu, maka Dia juga mengharamkan sebab-sebab, jalan serta wasilah yang mengarah kepadanya. Hal ini untuk mewujudkan maksud dari pengharaman sesuatu tersebut, mencegah agar tidak sampai kepadanya atau mendekatinya. Disamping menjaga agar tidak terjadi perbuatan dosa serta ke-madharat-an yang menimpa individu ataupun masyarakat.

Sekiranya Allah Ta’ala mengharamkan sesuatu, namun membolehkan wasilah yang mengarah ke sana, niscaya akan terjadi kontradiksi atas pengharaman tersebut. Sangat mustahil syari’at Rabb semesta alam mengandung unsur seperti itu.

Perbuatan zina adalah kekejian yang besar, sangat buruk, dan sangat berbahaya terhadap kewajiban-kewajiban agama. Oleh karenanya, pengharaman zina telah diketahui dalam agama secara pasti. Allah Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Israa: 32).

Oleh karenanya, Allah Ta’ala mengharamkan sebab-sebab yang mengarah kepada perbuatan zina seperti ikhtilath (campur baur antara laki-laki dengan perempuan), perempuan yang menyerupai laki-laki maupun sebaliknya, dan hal-hal lain yang bisa menimbulkan keraguan, fitnah, dan kerusakan.

Renungkanlah rahasia agung yang terkandung dalam rahasia-rahasia dan mukjizat Al-Qur’an Al-Karim. Ketika Allah Ta’ala menyebutkan kekejian zina dan pelarangannya secara tegas pada pembukaan surat An-Nur, mulai dari awal hingga ayat ke tiga puluh tiga. Allah Ta’ala menyebutkan tiga belas wasilah untuk menanggulangi perbuatan dosa tersebut serta menjaga agar tidak menimpa masyarakat muslim yang masih menjaga nilai-nilai kesucian. Wasilah tersebut berupa amalan, ucapan, dan kemauan.