Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Rabu, 30 Oktober 2013

Sepenggal Kisah Dari Keikhlasan Para Salaf

Ikhlas… sebuah kata yang mudah diucapkan dengan lidah namun tidak mudah melekat di hati, lihatlah keadaan para salaf kita, mereka orang yang paling terjaga hatinya, menyelami kehidupan mereka seperti kita bertamasya ke taman bunga, indah di mata, wangi terasa, dan keteduhan akan datang menyapa kita.

Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata, ”Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlak luhur mereka.” (Al-Madkhol, 1/164, Mawqi’ al-Islam).

Para salaf dahulu selalu menjaga hati mereka, mereka takut mata-mata manusia melihat ibadahnya, mereka menyembunyikan amal baktinya melebihi kondisi mereka dalam menyembunyikan emas-permata, mereka takut digugurkan pahala amal ibadah mereka.

”Sebagian kaum salaf mengatakan, ”Aku berharap ibadahku hanyalah antara diriku dengan Alloh, tidak ada mata yang melihatnya.””

Marilah kita simak mutiara kisah dari para salaf, yang dengannya akan tergambar luasnya samudra keikhlasan mereka :

Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata : ”Tidaklah aku bersungguh-sungguh mengobati sesuatu hal, melebihi kesungguhanku dalam menjaga hatiku, karena ia selalu berubah-ubah padaku.” (Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 18, karya Ibnu Rojab al-Hambali, cet. Ke-1, Dar el-Aqidah, Kairo, Mesir tahun 2002).

Benarlah apa yang beliau katakan, karena hati manusia ibarat kapas yang berada di tanah yang luas lagi lapang, kemudian datanglah angin kencang yang menyapa, maka terombang-ambinglah kapas tadi melaju tanpa tujuan.

Keikhlasan kaum salaf dalam menangis karena Alloh

Diriwayatkan bahwa Sufyan ats-Tsauri rahimahullah menangis, kemudian beliau berkata, ”Aku takut ditulis oleh Alloh sebagai orang yang celaka,” beliau terus menangis, kemudian berkata, ”Aku takut keimanan ini dicabut dari diriku ketika aku akan meninggal dunia.” ini menunjukkan bagaimana takutnya beliau dari terbaliknya hati dari keimanan menuju kekufuran. (Khusnus Khotimah wa Suu’uhaa, karya Kholid bin ’Abdurrohman asy-Syayi’, hal. 4, cet. Al-Maktab at-Ta’awuny).

Selasa, 29 Oktober 2013

Kisah Nabi Ishak Dan Nabi Ya’kub A.s

Nabi Ishaq A.s adalah putera Nabi Ibrahim A.s dari isterinya Siti Sarah, sedang Nabi Ismail A.s adalah puteranya dari Siti Hajr, dayang yang diterimanya sebagai hadiah dari Raja Namrudz.

Tentang Nabi Ishaq ini tidak dikisahkan dalan Al-Qur’an kecuali dalam beberapa ayat di antaranya adalah ayat 69 sehingga 74 dari surah Hud, seperti berikut:

69. ” Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami {malaikat-malaikat} telah datang kepada Ibrahim membawa khabar gembira mereka mengucapkan “selamat”.Ibrahim menjawab: “Selamatlah” maka tidak lama kemudian Ibrahim menjamukan daging anak sapi yang dipanggang.

70. “Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. malaikat itu berkata ” Jangan kamu takut sesungguhnya kami adalah {malaikat-malaikat} yang diutus untuk kaum Luth.”

71. “dan isterinya berdiri di sampingnya lalu di tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira akan {kelahiran} Ishaq dan sesudah Ishaq {lahir pula} Ya’qub.”

72. Isterinya berkata ” sungguh mengherankan apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua dan suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua juga? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang aneh.”

73. Para malaikat itu berkata ” Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? {itu adalah} rahmat Allah dan keberkatan-Nya dicurahkan atas kamu hai ahlulbait! sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah. “

74. “Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya dia pun bersoal jawab dengan {malaikat- malaikat} Kami tentang kaum Luth.” { Hud : 69 ~ 74 }

Selain ayat-ayat yang tersebut di atas yang membawa berita akan lahirnya Nabi Ishaq A.s dari kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia yang menurut sementara riwayat bahwa usianya pada waktu itu sudah mencapai sembilan puluh tahun, terdapat beberapa ayat yang menetapkan kenabiannya di antaranya ialah ayat 49 surah “Maryam” sebagai berikut:

” Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah Kami anugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya’qub. Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi.”

Dan ayat 112 dan 113 surah “Ash-Shaffaat” sebagai berikut :

” 112. Dan Kami dia khabar gembira dengan {kelahiran} Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang sholeh. 113. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada {pula} yang zalim terhadap dirinya dengan nyata.”

Catatan Tambahan

Diriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim A.s wafat pada usia 175 tahun. Nabi Ismail A.s pada usia 137 tahun dan Nabi Ishaq A.s pada usia 180 tahun.

Al-Qur’an al-Karim hanya menyebutkan sekilas tentang kisah Nabi Ishak A.s. Kelahiran nabi ini membawa suatu kejadian yang luar biasa dimana para malaikat menyampaikan berita gembira tentang kelahirannya. Kelahirannya terjadi setelah beberapa tahun dari kelahirannya Nabi Ismail A.s, saudaranya. Siti Sarah sangat senang dengan kelahiran Ishak dan kelahiran putranya Yakub A.s. Tetapi kita tidak mengetahui bagaimana kehidupan Nabi Ishak A.s dan bagaimana kaumnya bersikap padanya. Yang kita ketahui hanya, bahwa Allah s.w.t memujinya sebagai seorang nabi dari orang-orang yang soleh.

Senin, 28 Oktober 2013

Bohong Yang Dibolehkan

Bolehkah berbohong dalam Islam?

Dusta atau bohong adalah perbuatan haram. Tidak ada keringanan untuk berdusta dalam Islam, kecuali karena darurat atau kebutuhan yang mendesak. Itu pun dengan batas yang sangat sempit. Seperti tidak dijumpai lagi cara yang lain untuk mewujudkan tujuan yang baik itu, selain harus bohong.

Ada satu cara yang mirip dengan dusta tapi bukan dusta. Dalam kondisi ‘kepepet’, seseorang bisa menggunakan cara ini untuk mewujudkan keinginannya tanpa harus terjerumus ke jurang kedustaan. Cara itu, bernama  ma’aridh atau tauriyah. Bentuknya, seseorang menggunakan kata yang ambigu, dengan harapan agar dipahami lain oleh lawan bicara.

Sebagai contoh, disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:

Suatu ketika Nabi Ibrahim pernah bersama istrinya Sarah. Mereka berdua melewati daerah yang dipimpin oleh penguasa yang zhalim. Ketika rakyatnya melihat istri Ibrahim, mereka lapor kepada raja, di sana ada lelaki bersama seorang wanita yang sangat cantik, sementara penguasa ini punya kebiasaan, merampas istri orang dan membunuh suaminya. Penguasa itu mengutus orang untuk menanyakannya. “Siapa wanita ini?” tanya prajurit. “Dia saudariku.” Jawab Ibrahim. Setelah menjawab ini, Ibrahim mendatangi istrinya dan mengatakan,

يا سارة ليس على وجه الأرض مؤمن غيري وغيرك، وإن هذا سألني فأخبرته أنك أختي فلا تكذبيني

“Wahai Sarah, tidak ada di muka bumi ini orang yang beriman selain aku dan dirimu. Orang tadi bertanya kepadaku, aku sampaikan bahwa kamu adalah saudariku. Karena itu, jangan engkau anggap aku berbohong… dst.”

Nabi Ibrahim ‘alahis salam dalam hal ini menggunakan kalimat ambigu. Kata “saudara” bisa bermakna saudara seagama atau saudara kandung. Yang diiginkan Ibrahim adalah saudara seiman/seagama, sementara perkataan beliau ini dipahami oleh prajurit, saudara kandung.

Jumat, 25 Oktober 2013

Allah Memanggil Kita Hanya 3 Kali Saja Seumur Hidup

Ibu berkata ; Allah hanya memanggil kita 3 kali saja seumur hidup.
Keningku berkerut ; Sedikit sekali Allah memanggil kita..?
Ibu tersenyum ; Iya, tahu tidak apa saja 3 panggilan itu..?
Saya menggelengkan kepala.

1). Panggilan pertama adalah Adzan, ujar Ibu.

Itu adalah panggilan Allah yang pertama. Panggilan ini sangat jelas terdengar di telinga kita, sangat kuat terdengar. Ketika kita sholat, sesungguhnya kita menjawab panggilan Allah. Tetapi Allah masih fleksibel, Dia tidak 'cepat marah' akan sikap kita.

Kadang kita terlambat, bahkan tidak sholat sama sekali karena malas. Allah tidak marah seketika. Dia masih memberikan rahmat Nya, masih memberikan kebahagiaan bagi umat Nya, baik umat Nya itu menjawab panggilan Adzan-Nya atau tidak. Allah hanya akan membalas umat Nya ketika hari Kiamat nanti.

Saya terpaku, mata saya berkaca-kaca, terbayang saya masih melambatkan sholat karena meetinglah, mengajarlah dan lain-lain.

Masya Allah...

Ibu melanjutkan,

2). Panggilan yang kedua adalah Panggilan Umrah/Haji

Panggilan ini bersifat halus. Allah memanggil hamba-hambaNya dengan panggilan yang halus dan sifatnya 'bergiliran' . Hamba yang satu mendapatkan kesempatan yang berbeda dengan hamba yang lain. Jalannya bermacam-macam. Yang tidak punya uang menjadi punya uang, yang tidak merencanakan, ternyata akan pergi, ada yang memang merencanakan dan terkabul.

Ketika kita mengambil niat Haji / Umrah, berpakaian Ihram dan melafazkan 'Labaik Allahuma Labaik/ Umrotan', sesungguhnya kita saat itu menjawab panggilan Allah yang ke dua.

Saat itu kita merasa bahagia, karena panggilan Allah sudah kita jawab, meskipun panggilan itu halus sekali.

Mata saya semakin berkaca-kaca, Subhanallah...

Saya datang menjawab panggilan Allah lebih cepat dari yang saya rancangkan...

Alhamdulillah...