Di jantung kota Mekkah, di tengah hiruk-pikuk kehidupan, hiduplah seorang pria yang dikenal karena keberaniannya, Umar bin Khattab. Ia adalah sosok yang tak pernah ragu dalam bertindak, dihormati oleh banyak orang, tetapi juga ditakuti karena ketegasannya. Namun, dibalik kekuatannya, Umar menyimpan kebencian yang mendalam terhadap ajaran Nabi Muhammad.
Pedang terhunus di tangannya. Ia berniat menghentikan ajaran Nabi Muhammad dengan kekerasan. Dalam perjalanannya, Umar bertemu dengan seorang sahabat Muslim, Nu'aym, yang mengetahui niat Umar.
Nu'aym, yang menyadari bahaya yang mungkin dihadapi Nabi Muhammad dan para sahabat, segera mendekati Umar. Dengan cerdik, Nu'aym mencoba menenangkan Umar. Ia berkata, "Wahai Umar, jika kau ingin menghancurkan Muhammad, pertimbangkan dulu keluargamu sendiri. Adikmu, Fatimah, dan suaminya telah memeluk Islam."
Mendengar ini, Umar langsung berbalik arah, penuh amarah, dan menuju rumah adiknya. Saat ia berjalan dengan langkah cepat, Nu'aym menambahkan, "Ingat, Umar, jangan lakukan sesuatu yang akan kau sesali nanti."
Amarah membara dalam dirinya. Dengan langkah besar dan penuh kemarahan, ia bergegas menuju rumah adiknya, berniat untuk menghukum mereka.
Sesampainya di rumah Fatimah, Umar mendengar suara bacaan Al-Qur'an. Tanpa ragu, ia masuk dan menemukan adiknya serta suaminya.
Umar yang marah menuntut untuk dihentikan, tetapi Fatimah, dengan wajah tenang, mengatakan, "Umar, cobalah mendengarkan sedikit dari apa yang kami baca."
Dalam amarah yang membara, ia menghunus pedangnya dan memukul adiknya, Fatimah. Namun, di tengah kemarahan itu, Fatimah dengan suara lembut namun tegas berkata, “Lakukan apa pun yang kau mau, Umar… Tapi kami tidak akan meninggalkan Islam.”
Kata-kata itu menyentuh hati Umar. Ia terdiam, matanya tertuju pada lembaran Al-Qur'an yang tergeletak di lantai. Dengan hati yang bergetar, ia meminta Fatimah untuk memberikannya. Umar membaca ayat-ayat suci itu. Setiap kata yang ia dengar seolah menyentuh relung hatinya yang paling dalam.
Dalam momen itu, Umar merasa ada sesuatu yang berubah.
Tanpa sadar, air mata mulai mengalir di pipi Umar. Ada sesuatu yang berubah dalam dirinya, seakan-akan hatinya yang keras mulai melembut.
Umar, yang dulu datang dengan niat untuk menghancurkan Islam, kini merasa ada panggilan yang kuat dalam dirinya. Ia memutuskan untuk menemui Nabi Muhammad. Dengan langkah yang penuh keyakinan dan keteguhan, dan dengan suara yang bergetar, ia mengucapkan dua kalimat syahadat, mengakui keesaan Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya.
Umar yang dulu penuh kebencian, kini menjadi salah satu pendukung paling setia dan kuat dalam Islam. Ia menjadi khalifah yang adil, membawa cahaya Islam ke seluruh dunia.
Kisah Umar masuk Islam adalah kisah tentang perubahan, tentang bagaimana cahaya hidayah mampu menerangi hati yang paling gelap.
Umar yang dulu dikenal sebagai musuh Islam, kini menjadi salah satu pendukung paling kuat dalam agama ini. Peristiwa ini mengubah seluruh kehidupannya dan juga sejarah Islam.
Baca Juga : Peristiwa Terbunuhnya Umar bin Khattab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!