Anak-anak adam
tidak pernah terlintas dalam pikiran mereka untuk membunuh sesama mereka.
Karena pembunuhan itu adalah kejadian yang tidak pernah mereka alami dikalangan
mereka. Namun iblis dan anak buahnya telah bertekad bulat untuk menyeret
anak-anak Adam kedalam perbuatan saling menumpahkan darah diantara mereka.
Kemarahan Qabil kepada Habil yang dipicu oleh membaranya api kedengkian kepada
saudaranya, adalah kendaraan tunggangan syaiton untuk menggiring anak Adam itu
kepada perbuatan keji membunuh adik kandungnya sendiri.
Bermula Adam
merasa resah di suatu sore, mengapa Habil belum kembali kekeluarganya dari
kegiatannya mengembala kambing dan sapinya, padahal hari sudah semakin gelap.
Akhirnya Adam memerintahkan Qabil untuk menjemput adiknya agar cepat pulang.
Dan ketika Qabil ketemu Habil di tempat gembalanya, diajaklah sang adik untuk
segera pulang karena dinanti ayah dan ibu dirumah. Dan diperjalanan pulang itu,
Qabil sempat kembali mengungkit kekesalannya, mengapa persembahan kurbannya
tidak di terima oleh Allah sementara kurban sang adik justru diterima Allah.
Habil mencoba menasihati kakaknya agar dapat membuka mata untuk melihat
kekurangan yang ada pada dirinya. Habil menyatakan kepada kakaknya: “Hanyalah yang
diterima kurbannya oleh Allah itu adalah dari orang yang ikhlas dalam
ketakwaannya.” Mendengar nasihat ini, Qabil yang sedang membara kemarahannya
kepada sang adik, bertambah marah lagi dan menyalalah api kemarahan itu
sehingga tidak dapat dikendalikan. Qabil menyatakan kepada adikya: “Oo, jadi
kau rupanya menuduh aku tidak ikhlas dalam mempersembahkan kurban kepada Allah.
Atau yang ikhlas itu hanya kamu saja?”