Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Kamis, 14 Maret 2013

Misteri Matematika Dalam Kehidupan

Pernahkah Anda berpikir bahwa:
1. Mengapa PLUS di kali PLUS hasilnya PLUS?
2. Mengapa MINUS di kali PLUS atau sebaliknya PLUS di kali MINUS hasilnya MINUS?
3. Mengapa MINUS di kali MINUS hasilnya PLUS?

Hikmahnya adalah :

(+) PLUS = BENAR
(-) MINUS = SALAH

1. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu hal yang BENAR adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya :
+ x + = +

2. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu yang SALAH atau sebaliknya mengatakan SALAH terhadap sesuatu yang BENAR adalah suatu tindakan yang SALAH.
Rumus matematikanya :
+ x - = -
- x + = -

Selasa, 12 Maret 2013

Ketegasan Rasulullah SAW

Suatu ketika di zaman Rasulullah SAW pada masa ‘Fathul Makah’ (pembebasan kota Mekah), ada seorang wanita Quraisy yang mencuri. Wanita tersebut seorang bangsawan dari Bani Makhzum. Mereka bingung dalam memutuskan perkara tersebut.

Dalam perundingan salah seorang dari mereka mengusulkan untuk membicarakannya kepada Usamah. Melalui Usamah mereka berniat untuk memintakan syafa’at atau ampunan dari Rasulullah SAW atas wanita tersebut. Mereka tahu bahwa Usamah adalah salah seorang yang dicintai oleh Rasulullah SAW. Berharap Rasulullah mengabulkan permintaan Usamah.

Ketika Usamah menyampaikan kepada Rasulullah SAW perihal keinginan mereka. Rasulullah SAW menjawab, “Apakah engkau hendak membela seseorang agar terbebas dari hukum yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT?”

Setelah itu Rasulullah SAW berdiri dan berkhutbah, “Wahai manusia sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kamu adalah, apabila seorang bangsawan mencuri, mereka biarkan. Akan tetapi apabila seorang yang lemah mencuri, mereka jalankan hukuman kepadanya. Demi Dzat yang Muhammad berada dalam genggaman-Nya. Kalau seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri. Niscaya aku akan memotong tangannya.”

Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan agar memotong tangan wanita tersebut. Setelah itu wanita tersebut bertaubat dan menikah. (HR Bukhari Muslim)

Di sini sangat jelas sekali bagaimana ketegasan Rasulullah SAW dalam menjalankan perintah Allah swt. Bagaimana Rasulullah saw bersikap terhadap yang hak dan yang bathil. Rasulullah SAW tidak mengenal istilah kolusi, korupsi dan nepotisme.

Senin, 11 Maret 2013

Khaulah Binti Malik (Penyebab Turunnya Ayat 1-2 Surat Al-Mujadillah)

Sastrawati yang rajin beribadah itu, suatu hari datang menemui Rasulullah saw dan bercerita mengenai suaminya (Aus Ibnu Shamit). Khaulah adalah istri dari seorang yang sudah lanjut usia dan buruk perangainya. Suatu hari sang suami memintanya berhubungan, namun Khaulah menolaknya dengan berbagai alasan. Aus ibnu Shamit pun marah dan mengeluarkan kata-kata, “Bagiku, kamu tidak ubahnya seperti punggung ibuku.” Setelah itu ia keluar rumah. Tak lama pria tua itu kembali mendatangi istrinya.

Khaulah pun berkata, “Demi Allah jangan coba mendekatiku. Kamu telah berkata seperti itu. Biarkan Allah dan Rasul-Nya yang menghukumi antara kita.”

Mendengar itu suaminya marah besar. Tanpa menggubris perkataan istrinya, ia segera menarik dan mendekapnya dengan kasar. Sebagaimana perempuan muda yang memiliki tenaga, Khaulah mampu menghindar dari suaminya yang sudah tua dan berlari menuju rumah Rasulullah saw.

Setelah mendengar cerita Khaulah, Rasulullah saw bersabda, “Wahai Khaulah, anak pamanmu itu adalah orang tua, maka bersabar dan bertakwalah kepada Allah Ta'ala.”

Tak lama setelah itu, turunlah ayat Allah ketika Nabi sedang berselimut hendak tidur. Nabi pun kembali memanggil Khaulah dan berkata, “Sesungguhnya Allah telah menurunkan beberapa ayat Al-Qur'an atas perkara kamu dan suamimu.” Lalu beliau membacakan firman-Nya.

“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan perempuan yang membantah engkau (ya Muhammad), tentang suaminya dan ia mengadu kepada Allah dan Allah mendengar perbantahan kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat. Orang-orang yang menzihar istrinya di antara kamu (yaitu katanya: engkau seperti punggung ibuku, artinya menjadi haram atasku), tiadalah istri mereka itu menjadi ibunya. Ibu mereka tidak lain hanya perempuan yang melahirkan mereka. Sesungguhnya mereka itu mengatakan perkataan yang munkar dan bohong. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha pengampun.” (Al Mujadillah [58] : 1-2)

Ali bin Abi Tholib

Berbicaralah dengan manusia dengan bahasa yang mudah dipahami (Ali r.a.).

Dilahirkan di Mekkah 32 tahun sejak kelahiran Rasulullah dan 10 tahun sebelum kenabian Muhammad bin Abdullah (Rasulullah). Nama lengkapnya Ali bin Abu Tholib bin Abdul Mutholib bin Hasyim al-Qursy al-Hasyimy. Satu kakek dengan Rasulullah, yaitu kakek pertama; Abdul Mutholin. Nama panggilannya Abul Hasan, kemudian Rasulullah memberikan nama panggilan lain, yaitu Abu Turob. Ibunya bernama Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdul Manaf al-Qursyiah al-Hasyimiah.

Mengenai pribadinya, wajahnya tampan, beliau berkulit sawo matang, kepalanya botak kecuali bagian belakang, matanya lebar dan hitam, pundaknya lebar (kuat), tangan dan lengannya kuat, badanya besar hampir-hampir gemuk dan tubuhnya tidak tinggi dan tidak pendek (sedang). Beliau adalah sosok laki-laki ceria dan banyak tertawa.

Pada tahun 2 Hijriah, Rasulullah menikahkan dengan putrinya, Fatimah. Beliau belum pernah menikah ketika menikahi Fatimah hingga wafatnya Fatimah. Fatimah wafat 6 bulan setelah wafatnya Rasulullah. Selama hidupnya beliau menikahi 9 wanita dengan 29 anak; 14 laki-laki dan 15 perempuan. Diantara putra beliau yang terkenal adalah Hasan, Husain, Muhammad bin al-Hanifah, Abbas dan Umar.

Pada masa jahiliyah(zaman sebelum kedatangan Islam), beliau belum pernah melakukan kemusyrikan dan perbuatan yang dilarang oleh Islam. Dalam sejarah kemunculan Islam, beliau termasuk golongan pertama yang masuk Islam dari anak-anak. Umurnya waktu itu 10 tahun. Pada waktu terjadi peristiwa hijrah umurnya 23 tahun dan ikut berhijrah bersama Rasulullah.

Setelah wafatnya Utsman akibat serangan yang dilakukan oleh pembrontak, beliau menjadi kholifah yang keempat pada tahun 35 Hijriah. Selama 4 tahun, 8 bulan dan 22 hari beliau memangku jabatan sebagai kholifah.