Pernahkan
terlintas pertanyaan dibenak anda?
1. Apakah ada tuntunan
dari Rasul shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam mengenai tertib
(susunan) dzikir setelah sholat fardhu ?
2. Berapa jauh
(jaraknya) orang bisa lewat di depan orang yang sedang sholat yang tidak
menggunakan pembatas (sutrah) ?
Dengan meminta pertolongan dari Allah, pertanyaan
anda dijawab sebagai berikut :
Jawaban
Pertanyaan Pertama :
Para
ulama sepakat akan disunnahkannya dzikir setelah sholat sebagaimana yang
dikatakan oleh Imam Nawawy dalam kitab Al-Adzkar 1/200 tahqiq Salim Al-Hilaly.
Akan tetapi tidak ada tuntunan secara pasti dari Nabi shollallahu ‘alaihi wa
‘ala alihi wa sallam mengenai urutan/tertib dzikir tersebut. Maka boleh
berijtihad dalam urutan dzikir tersebut.
Tapi
bagi orang yang memperhatikan konteks hadits-hadits tentang dzikir di belakang
sholat bisa menyimpulkan suatu kesimpulan yang baik tentang urutannya. Berikut
ini kami sebutkan hadits-hadits tersebut :
Hadits
Pertama : Hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata :
مَا كُنَّا نَعْرِفُ انْقِضَاءَ صَلاَةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ إِلاَّ بِالتَّكْبِيْرِ
“kami
tidak mengetahui selesainya sholat Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi
wa sallam, kecuali dengan (mendengar) takbir”.(HR. Bukhary-Muslim).
Hadits
ini menunjukkan disyari’atkannya mengucapkan takbir dengan suara yang keras dan
Ibnu ‘Abbas menjadikan ini sebagai tanda selesainya sholat Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam yang berarti takbir itu diucapkan
langsung setelah sholat.
Hadits
Kedua : Hadits Tsauban radhiyallahu ‘anhu beliau berkata :
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاَثًا وَقَالَ : اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَلاَمُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ
“Adalah
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam apabila selesai dari
sholatnya, beliau istighfar (meminta ampun) tiga kali dan beliau membaca :
“Allahumma Antas salam wa minkas Salam tabarakta ya dzal Jalali wal Ikram”
(Wahai Allah Engkau adalah As-Salam [1] dan dari-Mulah
keselamatan. Maha berkah Engkau wahai Pemilik Al-Jalal (keagungan) dan Al-Ikram
(kemuliaan). (HR. Muslim)
[1] Berkata Ibnu ‘Allan
dalam Al-Futuhut Ar-Rabbaniyah 3/33 : “yaitu Yang Maha Selamat dari perubahan
dan afat (penyakit/kerusakan) atau (Yang Maha) Pemberi keselamatan bagi siapa
yang Engkau kehendaki”.
Imam
Al-Auza‘iy rahimahullah – salah seorang rawi hadits tersebut di atas- ditanya :
“Bagaimana istighfar ?”, beliau menjawab : “Kamu memgucapkan Astaghfirullah,
Astaghfirullah“.
Dan
serupa dengannya hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha riwayat Muslim :
كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمَ لَمْ يَقْعُدْ إِلاَّ مِقْدَارَ مَا يَقُوْلُ : اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَلاَمُ تَبَارَكْتُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ
“Adalah
Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam apabila beliau salam, beliau
tidak duduk kecuali sekedar membaca : “Allahumma Antas salam wa minkas Salam
tabarakta ya dzal Jalali wal Ikram”.



+Melaknat+%E2%80%98Amru+bin+Ash.jpg)